Menjadi pacar dari cowok dengan tempramen buruk tentu akan menjadi malapetaka. Apalagi jika mereka suka melakukan kekerasan fisik maupun verbal.
Sayang, Malika harus menelan telak jika dirinya telah terjerat lingkar hubungan beracun bersama Gama, sa...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Tumben langsung dijawab, biasanya ngartis dulu. Lo kangen gue ya, Sayang?"
Gama tersenyum sinis, matanya menggelap—segelap langit malam. Tatapan tajam miliknya terpusat hanya pada Malika. Satu alis Gama pun ikut terangkat.
"Jawab," suruh Gama.
Malika masih diam. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Yang ada dibenaknya hanya rasa takut. Takut akan amukan dan amarah Gama yang sepertinya akan meledak malam ini.
"GUE BILANG JAWAB, KA!!"
Gama tersenyum menakutkan, memberikan ponsel milik Malika. Dari tatapan mata itu, Malika bisa menyimpulkan jika Gama mendesaknya untuk melakukan apa yang dia inginkan. Dia tidak ingin dibantah.
"S-saka." Ragu-ragu Malika mulai berbicara. Gadis itu mencoba untuk menetralkan suara agar tidak terdengar seperti orang yang ketakutan.
"Lo kenapa, Babe?"
Jawaban di seberang sana membuat gadis itu memejamkan mata. Kepalanya bagai dihantam sesuatu. Kondisi ini terlalu mendesak Malika, dia tidak tahu harus bagaimana.
"Jawab, Sayang," tekan Gama menyeringai.
Untuk kali ini Malika menggeleng. Malika tidak ingin salah bicara karena nanti akan berakibat fatal.
Gama menarik kembali tangannya. Menatap layar ponsel itu dalam sebelum kembali menatap mata Malika.
Gama tersenyum penuh arti.
Naas sekali nasib ponsel itu. Gama melemparnya begitu keras hingga ponsel tersebut hancur tak berbentuk. Ada beberapa kepingan yang memantul dan berserakan, tapi Malika sudah tidak peduli. Sekarang fokusnya hanya satu—bagaimana cara menjelaskan kesalahpahaman ini kepada Gama.
"Gam, aku bisa jelasin," cicit Malika.
Tersenyum sinis, Gama bergerak mendekat. Memojokkan tubuh Malika di sudut kasur. "Jelasin apa? Mau jelasin kalo lo selingkuh dan berhubungan sama Saka di belakang gue?"
"Gue kira lo cewek yang selama ini gue cari, tapi gue salah. Lo sama aja. Cuma karena lo selalu sabar ngadepin gue bukan berarti lo bakal setia."
"Bukan begitu, Gama," sela Malika cepat.
"TERUS GIMANA ANJING?! LO MAU BILANG KALO GUE SALAH PAHAM?!"
Malika tersentak mendengar teriakkan itu. Nyalinya semakin menciut. Sisi itu kembali, sisi kasar dan di luar kendali dari Gama.
"Aku bisa jelasin semuanya biar kamu ngerti. Bener apa kata kamu, ini salah paham. Maka dari itu—"
"GUE NGGAK BUTUH PENJELASAN DARI LO! SATU FAKTA KALO SAKA SUKA TELEPON LO MALEM-MALEM UDAH JADI BUKTI KALO LO EMANG SELINGKUH SAMA DIA!" tuduh Gama.
"Lo pengkhianat!"
Gama semakin mendekat. Mencengkeram rahang Malika kuat dengan tatapan mata yang penuh kobaran api.