Gavin.

854 100 24
                                    

🎵 Now playing music: Bentuk Cinta-Eclat.

Motor itu kini melaju dengan tenang di tengah ramainya jalan raya di pusat kota. Mereka saling menikmati waktu yang tengah mereka lalui, seakan semuanya akan selalu indah apa adanya seperti saat ini. Menikmati setiap detik yang terjadi, menikmati setiap menit moment yang tercipta, saling merasakan kasih sayang satu sama lain.

Menit berlalu, kini mereka memasuki area salah satu perumahan yang diyakini adalah daerah tempat tinggal Narra berada. Berhenti di depan sebuah rumah besar bercat warna putih dengan struktur rumah yang terlihat cukup modern pada saat ini.

Narra turun dari motor Gavin lalu mencoba melepas kaitan pada helm namun ntah mengapa itu terasa sangat sulit. Hingga akhirnya Gavin pun ikut turun dari motor dan membantu membukakan kaitan helm dengan hati hati. Narra yang sedang di bukakan helm nya oleh Gavin pun sedikit agak mendongak memberi space untuk mempermudah Gavin melepaskan helmnya. Dengan posisi sedekat ini membuat jantung Narra sedikit berdebar, ntah mengapa setiap di dekat Gavin dia selalu merasa salah tingkah. Memang sangat tidak sehat jika berlama-lama didekat Gavin, tapi Narra suka!

Tak butuh waktu lama helm yang dikepala Narra pun berhasil terlepas dan langsung ditaruh di atas motornya.

"Udah gih kamu masuk," ucap Gavin

"Kamu dulu aja, aku nunggu kamu pergi."

"Enggak. Kamu masuk dulu baru aku pergi." Gavin membalikkan tubuh Narra hingga menghadap gerbang rumahnya.

"Ih kamu mah, yaudah." Narra berjalan mendekati gerbang rumahnya namun terhenti ketika Gavin kembali memanggilnya.

"Ra."

". . ." Narra masih diam di posisinya tanpa berbalik badan.

"Narra."

"Hmm?" Tanya Narra tetap pada posisinya membelakangi Gavin.

Gavin berjalan mendekati Narra yang masih enggan membalikkan tubuhnya. Dengan sigap Gavin memeluk Narra dari belakang lalu berbisik.

"Good night, sayang."

Selepasnya Gavin langsung melepaskan pelukannya lalu mengusap kepala Narra dan berbalik jalan ke arah motor nya, lalu menaikinya dan menyalakan mesinnya.

"Ra, aku pulang." Pamit Gavin dan langsung mengendarai motornya meninggalkan Narra yang masih Shock akibat perlakuannya.

Narra memegangi dadanya yang merasakan degupan jantungnya sangat terasa. Dengan buru-buru Narra membuka gerbang rumahnya lalu masuk kedalam rumahnya dengan perasaan yang masih salah tingkah.

.

Gavin melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Dia sangat bahagia sekali karena hari ini dia bisa menghabiskan waktu bersama sang kekasih. Mengingat mereka yang beda sekolah dan memiliki jadwal free yang berbeda membuat mereka jarang menghabiskan waktu bersama seperti hari ini.

Gavin sudah sampai rumahnya, membunyikan klakson untuk meminta penjaga membukanya. Setelah dibukakan gerbang rumahnya Gavin segera masuk ke halaman rumahnya dan langsung memarkirkan motornya ke dalam garasi rumahnya. Selesai memarkirkan motornya, Gavin memasuki rumahnya yang keadaanya sangat terasa sepi. Di rumah sebesar ini Gavin hanya tinggal bersama ayahnya, Bundanya sudah meninggal sekitar satu tahun lalu. Ditinggalkan oleh sang ibunda tercinta membuat keadaan rumah terasa sangat dingin, tak ada canda tawa lagi disana, tidak ada teriakan Bunda lagi yang menyuruhnya untuk mandi, tidak ada lagi wangi masakan Bunda. Huuh, sekarang Gavin tiba-tiba saja merindukan Bundanya itu.

Gavin menaiki tangga rumahnya dengan sedikit lesu karena merasa sedikit capek pulang malam, berjalan menuju kamar membuka pintu bercat putih itu lalu memasuki kamarnya. Menaruh ponsel di dalam sakunya ke atas meja nakas yang ada samping kasur lalu merebahkan tubuhnya di kasur. Menatap langit-langit kamarnya dalam sunyi, membayangkan betapa hampa hidupnya saat ini ketika Bunda sudah pergi jauh mengingat dirinya dengan sang ayah tidak terlalu dekat. Ayah yang selalu meninggalkannya keluar kota, Ayah yang jarang ada di rumah, Ayah yang selalu bekerja tanpa ada waktu untuk Gavin.

The Rainy Night || End.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang