Seminggu berlalu setelah kejadian Narra bertemu Amarra di food court, dirinya dan Gavin ntah mengapa menjadi jarang saling memberi kabar. Mungkin karena sebelumnya Gavin pernah mengatakan bahwa seminggu ini dirinya akan disibukkan dengan kegiatan di sekolahnya. Ntah, Narra tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan Gavin dan kegiatan apa yang dilaksanakan di sekolahnya.
Sekarang Narra sedang berada di taman sekolah bersama ketiga temannya, siapa lagi kalau bukan Key, Tasya, dan Dipta, oh! jangan lupakan satu orang lagi Elandra. Jadilah mereka berlima disini, duduk di bangku taman sambil memakan jajanan warung yang sebelumnya sudah di beli di warung kantin.
Krek!
Itu bukan suara tulang patah, tetapi suara kacang kulit yang di kupas oleh Dipta. Setelah di kupas dengan jahilnya Dipta lemparkan ke wajah Elandra yang juga tengah memakan semangka yang ia bawa ke sekolah sebagai bekal. Agak aneh memang membawa semangka untuk menjadikannya bekal, tapi ya begitulah Elandra.
"CK! Lo diem deh Dip," cetus Elandra.
"Bodo," jawab Dipta dengan wajah tengilnya.
"Dih, aneh banget Lo jadi orang,"
"Lebih aneh elo bego, bawa bekel kok semangka." Ucap Dipta sarkas.
"Dih?! Suka-suka gue lah, mau bawa semangka kek, duren kek, melon kek. Kenapa Lo yang sewot." Ucap Elandra merasa kesal karena semangkanya serasa di hina.
"Heeh, kumaha maneh weh."
"Lo berdua berisik banget dah," ucap Tasya.
"Tau ya, gue nikahin juga lama-lama," sambung Key.
"DIH NAJIS!"
"DIH NAJIS!"
Dipta dan Elandra membalas dengan serempak.
"Lo ngikutin gue mulu sih?" Ucap Dipta.
"Dih? Ngaca! Lo yang ngikutin gue!"
"Berisik kalian berdua, kenapa selalu ngebacotin hal yang gak guna sih? Bener kata si Key, lama-lama dinikahin juga nih kalian berdua." Ucap Narra dengan nada kesalnya.
"Buset yang galau galak amat," ucap Dipta.
"SSSTTT! Berisik Dipta!" Ucap Key dan Tasya berbarengan.
"CK, yaudah sih biasa aja."
"Pfft, mampus." Gumam Elandra sambil menahan tawanya namun sialnya masih terdengar oleh Dipta.
"Lo juga berisik macan."
"Dih."
"Dah dah diem deh kalian, gue lagi galau juga."
"Galau kenapa Lo Ra? Tumbenan amat galau?"
Narra tak menggubris pertanyaan dari Dipta, Narra hanya memasukkan pilus ke dalam mulutnya dan mengunyahnya sampai habis. Narra hanya terdiam wajahnya seperti banyak sekali fikiran di otaknya, banyak pertanyaan seputar Gavin di sana. Namun pada akhirnya Narra juga jengah dan memutuskan untuk ke kelas saja.
"Tau deh, gue gak mood." Narra Langsung bangkit dan berjalan menuju kelasnya.
Tasya, Key, Dipta dan Elandra hanya melongo melihat kepergian Narra yang tiba-tiba.
"Lah bocah, dia yang ngajak ke sini padahal eh malah dia juga yang minggat duluan." Ucap Tasya.
"Udah diemin aja, dia lagi butuh waktu buat sendiri kali," timpal Elandra.
Selanjutnya mereka yang berada di taman pun hanya bisa mengangguk dan menghela nafas.
Narra duduk di bangkunya dengan tenang, melipat kedua tangannya di atas meja dan menenggelamkan wajahnya disana. Mungkin dirinya terlihat sangat tenang, tapi tidak dengan hati dan pikirannya. Di dalam otak Narra sangat penuh pertanyaan kemana Gavin selama seminggu ini? Bahkan pesan yang ia kirim kemarin pun belum dibaca sama sekali sampai sekarang, lalu dengan siapa Gavin selama seminggu ini? Bukannya Narra tidak ada inisiatif untuk mencarinya sendiri, namun sudah beberapa kali ia mencoba menghubunginya dan mendatangi sekolah juga rumahnya namun tak kunjung ketemu.
Bahkan saat Narra ke rumahnya saja disana kosong, sepi seperti tidak ada yang mengisi. Tanpa sadar, Narra pun terlelap sampai mata pelajaran terakhir. Kebetulan sekali sekarang sedang istirahat kedua jadi hanya tinggal tersisa 1 mata pelajaran saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Rainy Night || End.
Fanfiction"Ra! Ra tunggu Ra, dengerin penjelasan gue dulu," ucap Gavin sambil mencoba meraih tangan Narra namun ditepis kasar oleh Narra. "Mana Gavin yang dulu gue kenal, hm?" Ucap Narra lirih. "MANA GUE TANYA?! Lo berubah Vin, gue gak nyangka." "Kita putus."...