Sinar mentari sudah menerangi bumi, berusaha membangunkan setiap insan yang masih saja terlelap dalam mimpinya. Sama seperti kedua insan yang kini masih memejamkan matanya dengan posisi yang tak berubah dari semalam.
Narra mengerjapkan matanya dikala sinar itu masuk melalui celah gorden menusuk penglihatannya menjadi silau. Ia buka matanya perlahan sambil mengumpulkan nyawanya yang masih tertinggal di alam mimpi. Narra merasakan tubuhnya seperti ada beban dan ternyata benar saja, Gavin masih memeluk tubuhnya sepanjang malam.
Narra mencoba melepaskan pelukan Gavin secara perlahan agar tidak menganggu acara tidurnya, namun pada saat Narra bergerak perlahan Gavin sudah membuka matanya.
"Hey, bangun sayang udah pagi loh." Ucap Narra sambil mengusap kening Gavin.
"Eum? Hu'um," Gavin pun menjauhkan tubuhnya dan bangun namun masih terduduk di atas ranjangnya.
"Aku jadi nginep kan, mana enggak kasih kabar ke orang rumah."
"Kamu di sini ini, lagian kan kita gak ngapa-ngapain." Ucap Gavin santai, lalu turun dari ranjangnya dan memasuki kamar mandi yang ada di kamarnya.
Narra pun ikut turun dari ranjang milik Gavin dan membenahi seprai, sarung bantal, selimut dan menata bantal di atas ranjangnya dengan telaten dan rapi. Narra pun mengambil sapu dan menyapu sedikit kotoran debu yang ada di lantai kamar Gavin, setelah selesai menyapu Narra membenahi piring dan gelas bekas semalam Gavin makan dan minum obat ke dapur dan mencucinya. Lalu Narra pun menyiapkan sarapan untuk dirinya dan juga untuk Gavin, tak lupa juga menyiapkan obat yang di butuhkan oleh sang kekasih. Setelah selesai, semuanya ia tata di atas meja dengan rapi dan menunggu Gavin untuk turun lalu sarapan bersama.
"Enak, ini beneran kamu yang masak?"
"Ya iyalah, disini emang ada siapa lagi selain aku?" Jawab Narra dengan sedikit menyombongkan diri.
"Iya juga sih."
"Hm,"
"Nanti aku mau izin Ay," ucap Gavin tiba-tiba.
"Izin apa? Kesiapa?"
"Ke papa mama kamu untuk nikahin kamu." Ucap Gavin dengan serius.
"UHUKKK UHUKKK!! DUH DUH KESELEQ,"
Narra yang tengah mengunyah pun tiba-tiba tersedak dikala mendengar ucapan Gavin barusan.
"Hah?! Yang bener? Ril gak nih?" Ucap Narra.
"Yehh, di seriusin malah becanda."
"YA LAGIAN, TIBA-TIBA BANGET?!" Ucap Narra heboh.
"Ck, biasa aja kali. Lagian kan kita udah sama-sama."
"Sama-sama gimana maksudnya?" Tanya Narra.
"Sama-sama suka, sama-sama sayang, sama-sama cinta, sama-sama memiliki, sama-sama menginginkan satu sama lain, sama-sama ingin nikah hahahaha. Enak tau kalau udah nikah tuh," ucap Gavin.
"Enaknya gimana?"
"Ya enak lah, bisa ngelakuin ini itu dengan bebas." Ucap Gavin.
"Ini itu gimana?" Tanya Narra karena merasa sedikit ambigu dengan ucapan Gavin yang kurang jelas.
"Aku bisa satu rumah sama kamu, aku bisa kasih nafkah buat kamu, aku bisa bahagiain kamu, aku bisa ngelakuin semua yang kita mau, aku bisa ekhem sama kamu." Jelas Gavin.
"Ekhem?"
"Iya ekhem."
"Apanya yang ekhem?" Tanya Narra lemot.
"Udahlah bocil mana ngerti."
"ENAK AJA BOCIL BOCIL!!!" Teriak Narra tak terima ketika di panggil bocil oleh Gavin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Rainy Night || End.
Fanfic"Ra! Ra tunggu Ra, dengerin penjelasan gue dulu," ucap Gavin sambil mencoba meraih tangan Narra namun ditepis kasar oleh Narra. "Mana Gavin yang dulu gue kenal, hm?" Ucap Narra lirih. "MANA GUE TANYA?! Lo berubah Vin, gue gak nyangka." "Kita putus."...