Narra memasuki ruang kelasnya dan menduduki bangkunya. Ruang kelas masih terasa sepi karena sekarang baru jam 06:10 masih terlalu pagi untuk anak sekolah sudah ada di kelas, jadilah hanya dirinya yang sudah datang. Seperti biasa, kebiasaan Narra di kelas adalah tidur dengan menyembunyikan wajahnya di lipatan tangannya di atas meja. Baru saja ia memejamkan matanya tiba-tiba suara bariton memanggil namanya.
"Narra."
Dengan terkejut Narra mengangkat kepalanya, "H-hah? Apa?" Jawab Narra sambil mengerjapkan matanya berkali-kali.
Elandra terkekeh merasa lucu melihat tingkah Narra, "kaget banget lu keliatannya."
"Ya lagian tiba-tiba manggil, kenapa Ndra?"
"Mau gua ajak ngomong, gua duduk di sini ya." Ucap Elandra sambil menarik bangku di samping Narra.
"Hm, kenapa?"
"Gua tau ini bukan ranah gua dan gua juga gak mau ikut campur sebenernya soal ini, tapi mau gak mau gua harus omongin ini sama lu." Ucap Elandra dengan mode serius.
Narra mengerenyitkan dahinya, "kenapa Ndra?"
"Soal Gavin."
Ekspresi Narra langsung berubah menjadi dingin.
"Apa?" Tanya nya dingin lalu membuang muka ke arah depan.
"Gavin gak sepenuhnya bersalah."
"Dih, tau darimana lo? Gue liat pake mata kepala sendiri, anjing dia enak-enak sama tuh cewek." Jawab Narra dengan nada ketus.
"Gua tau lu kecewa banget sama dia, tapi coba liat dari sisi diri dia, coba liat dari sudut pandang lain. Dia selama ini mau coba jelasin semuanya sama lu, tapi lu susah di hubungi, bahkan lu juga blok semua yang berhubungan sama dia. Dia udah dapetin buktinya Nar asal lu tau." Jelas Elandra.
Ntah mengapa, ada sedikit rasa sesak, nafasnya terasa berat saat Elandra mencoba menjelaskan kepada Narra. Apakah ini efek dari ia menyukai sosok Narra juga?
"Gue gak bisa."
"Narra..."
"Ndra, gue udah terlanjur kecewa sama dia."
"I know."
"Gue gak mau denger apapun tentang dia lagi."
"Narra, sekali atau nyesal karena gak sama sekali?" Ucap Elandra.
"Ndra, lo gak ngertiin gue. Hati gue udah hancur banget, gue down banget."
"Gua tau, gua paham, tapi jangan gini Narra. Lu sadar gak sih sesayang apa dia sama lu? Secinta apa dia sama lu? Jangan denial sama perasaan sendiri Nar, gua tau lu juga still have the same feeling."
Narra hanya terdiam.
"Jangan kemakan ego sendiri."
Ucap Elandra lalu bangkit dan duduk di bangkunya sendiri.
Narra hanya bisa melamun memikirkan perkataan Elandra, dadanya kembali sesak. Bayang-bayang kala itu terputar kembali dan Narra benci itu.
***
Sekarang jam makan siang, seperti biasa Gavin bersama kedua temannya sedang berkumpul di taman belakang sekolah sambil meminum es tea jus dan gorengan.
"Gua udah ngomong sama si Elandra."
"Hm, terus?" Jawab Rendy.
"Gua gatau dia udah sampein atau belum."
"Sabar aja," ucap Nandra.
"Kurang sabar apa lagi gua?"
"Udah ketemu abangnya?" Tanya Nandra.
"Belum, sibuk katanya."
"Coba ajak lagi sekarang, siapa tau hari ini ada waktu dia." Timpal Rendy.
"Hm,"
Gavin mengeluarkan ponselnya dari saku celana, dan mencoba menghubungi Jean selaku kakak dari mantan kekasihnya itu.
"Hallo bang, ada waktu?"
"Balik ngampus ya, jam 4." Jawab Jean di sebrang sana
"Sip, tempat kemaren ya."
"Hm."
Setelahnya Gavin mematikan panggilan secara sepihak.
***
Suara deru motor milik Gavin berhenti ketika ia mematikan mesin motornya di parkiran kafe. Sekarang sudah pukul 03:45 Gavin sudah tiba dan menunggu kedatangan Jean. Masih ada waktu sekitar 15 menit sampai Jean datang, Gavin memilih untuk memesan minuman untuk menemaninya menunggu Jean.
Sambil menunggu, Gavin membuka tasnya dan mengeluarkan laptop dan juga flashdisk yang berisi barang bukti kalau Gavin tidak bersalah. Tunggu punya tunggu akhirnya Jean pun datang.
"Vin." Panggilnya.
"Eh Bang," balas Gavin lalu berjabatan dengan Jean.
"Langsung aja, jadi gimana? Apa bukti yang lu punya?" Ucap Jean secara langsung.
Gavin menyambungkan flashdisk ke laptop miliknya, dan membuka file berisi video Amara yang sedang mencampurkan obat perangsang di dapur kafetaria hotel.
"Ini Bang." Gavin menunjukkan videonya.
"Ini Amara, gua inget banget waktu itu Amara pake baju ini. Dan udah jelas kalau ini Amara." Jelas Gavin.
Jean menonton video itu secara seksama, memperhatikan setiap detail gerak-gerik Amara. Bagaimana dia mencampurkan minuman milik Gavin dengan obat perangsang. Tanpa disadari jemari Jean pun mengepal kencang. .
"Berengsek!"
"Lu udah percaya Bang?"
"Lu yakin gak bersalah disini? Lu yakin itu obat perangsang?" Tanya Jean memastikan.
"Bang gua harus ngomong apa lagi? Gua juga waktu itu udah siapin surprise buat Narra sampe sewa hotel. Kurang effort apalagi gua sayang sama Narra Bang? Abang bisa tanya Nandra sama Rendy kalau gak percaya. Cuma gua apesnya ketemu tu cewek sial aja." Ucap Gavin terlihat putus asa kali ini.
Jean yang melihat itu memikirkan kembali semuanya, bukti dan surprise yang di rencanakan. Mungkin Gavin memang benar tak sepenuhnya salah.
"Oke, gua coba ngomong sama Narra."
Gavin yang tadinya menunduk kini mengangkat kepalanya menatap Jean penuh harap.
"Seriusan?"
"Hm, gua coba sebisa gua. Kalau dia tetap gak mau gua gak tau harus gimana lagi. Lu tau Narra sekecewa apa sama lu." Jawab Jean.
"Oke Bang, setidaknya lu udah coba kalau memang Narra beneran gak mau. Gua siap gak siap, mau gak mau harus kehilangan dia."
Jean menatap Gavin, entah kenapa Jean merasa Gavin sangat serius dengan adiknya itu. Jean merasa Gavin sangat tulus dan benar-benar menyayangi adik perempuannya.
"Hm, kalau gitu gua cabut ya. Tolong kirim rekaman itu sama gua buat jaga-jaga."
"Oke Bang, makasih banyak ya Bang."
Gavin melihat punggung Jean yg menjauh lalu menghilang dibalik pintu keluar. Gavin menghela nafas panjang, ia merasa lelah. Lelah batin, fisik pun tak kalah lelah.
Gavin memindahkan video CCTV tersebut ke ponselnya dan mengirimnya ke Jean."Semoga Narra mau ketemu gua."
"Semoga usaha gua gak sia-sia." Monolognya.
Setelah membereskan semua barang-barangnya, Gavin pun pergi meninggalkan kafe tersebut dan kembali melanjutkan perjalanannya untuk pulang ke rumah.
--------------------
Semoga ada yg inget Yaa...
Makasih udah mampir, kalau ada typo mohon di maafkan hikss....Jangan lupa tinggalkan jejak kalau kamu suka ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
The Rainy Night || End.
Fanfiction"Ra! Ra tunggu Ra, dengerin penjelasan gue dulu," ucap Gavin sambil mencoba meraih tangan Narra namun ditepis kasar oleh Narra. "Mana Gavin yang dulu gue kenal, hm?" Ucap Narra lirih. "MANA GUE TANYA?! Lo berubah Vin, gue gak nyangka." "Kita putus."...