jadi ini?

111 4 0
                                    

Pagi hari yang cerah, Narra sudah bersiap-siap dengan outfit casualnya. Seperti yang dikatakan semalam oleh calon mertuanya, Narra akan ke rumah Gavin hari ini. Sangat kebetulan sekali hari ini tanggal merah, jadi sekolah Narra pun libur.

Narra duduk di meja riasnya, menatap dirinya di cermin dan memoleskan sedikit bedak dan liptint untuk membuat kesan fresh pada wajahnya. Terihat simple namun tetap menawan di wajah Narra. Setelah selesai dengan acara make-up nya Narra mengambil Sling bag nya dan memasukkan dompet, ponsel, dan beberapa makeup yang sekiranya bisa ia gunakan untuk touch up nanti.

"Ketemu ayang harus cantik," ucapnya pada diri sendiri.

Setelah selesai semuanya, ia pun turun ke lantai satu untuk sarapan terlebih dahulu. Setelah sarapan Narra pun berpamitan kepada Irene.

"Ma aku berangkat ya."

"Sayang, kita semua ikut ya? Sekalian mau silaturahmi sama ayahnya Gavin." Ucap Iren.

Chakra dan Jean hanya mengangguk menyetujui ucapan wanita kesayangan mereka itu.

"Tumben?" Tanya Narra sambil menahan senyumnya.

"Gaboleh?" Tanya Jean.

"Ya boleh lah!! Ayok sekarang. Takutnya mereka udah nunggu."

Setelah itu keluarga Cemara itu pun bersiap untuk pergi ke rumah Gavin. Narra memasuki mobil dengan chakra yang menyetir mobilnya, Iren di sebelah kursi kemudi dan Jean duduk di belakang bersama Narra.

Perjalanan menuju ke rumah Gavin di penuhi dengan keheningan, tak ada satupun yang mengajak untuk berbicara. Narra memilih untuk membuka ponselnya yang sepi, tidak ada notifikasi apapun dari Gavin. Bahkan puluhan pesan yang semalam Narra kirimkan saja belum di balas bahkan di baca pun juga belum.

"Kenapa deh? Tumben banget gak bales." Gumamnya.

Namun ia tak begitu menghiraukan persoalan ini, karena hari ini ia akan bertemu langsung dengan Gavin. ia akan menceramahi kekasihnya itu! Bagaimana bisa dia mendiaminya seperti ini? Tidak tahu kah Narra sangat kesal?! Memikirkannya saja sudah membuat Narra naik pitam sendiri.

Sudah setengah jam lebih di perjalanan akhirnya Narra dan keluarga pun memasuki wilayah perumahan Gavin. Dari kejauhan Narra melihat di pekarangan rumah Gavin terdapat banyak sekali orang dan terdapat sebuah tenda kecil di depan garasi rumahnya, tak lupa dengan bangku bangku yang berjejer di halaman tersebut.

"Mah, kok rame banget ya rumah Gavin?"

Yang ditanyai hanya diam saja.

"Bang, kok rame ya? Kenapa sih? Kayak mau nikahan aja pake tenda segala." Tanya Narra ke orang yang ada di sebelahnya.

Lagi-lagi Jean pun diam.

"Pah, kok pada diem?"

"Udah diem dulu, nanti kamu juga tau sendiri."  Ucap Chakra lalu memarkirkan mobilnya di depan rumah Gavin bersamaan dengan mobil-mobil lain yang berjejer di jalan depan rumah Gavin.

Mereka pun keluar dari mobil, dari luar Narra mendengar suara mengaji yang begitu ramai. Narra mengerutkan keningnya heran.

"Mah..." Narra memegang erat tangan Iren.

Narra menoleh ke kanan dan ke kiri betapa terkejutnya ia baru menyadari ternyata terdapat bendera berwarna kuning berkibar di tiang garasi rumah Gavin.

Jantung Narra semakin berdebar kencang, memikirkan apa yang sedang terjadi saat ini. Pikiran Narra sudah tak karuan.

Narra melangkah perlahan memasuki rumah Gavin, hingga sesampainya di ambang pintu ia melihat seorang yang ia kenal sudah terbujur kaku dan di kelilingi oleh banyak orang yang tengah membacakan Yasin.

The Rainy Night || End.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang