Key.

159 27 7
                                    

Narra baru saja turun dari motor Abangnya -Jaendra- yang mengantarkannya ke sekolah.

"Makasih ya bang, hati-hati di jalan," ucapnya setelah menyalami Jaendra.

"Hm." Setelahnya Jaendra pergi ke kantornya untuk bekerja.

Bicara soal Jaendra, dia itu anak pertama dari Irene dan juga Chakra. Umurnya sudah 22 tahun, dia baru saja lulus dari kuliahnya jurusan manajemen bisnis. Jaendra anaknya sangat tekun dan kompetitif sekali, sekarang setelah lulus ia pun bekerja di kantor perusahaan yang berbeda dengan Ayahnya. Ia memilih bekerja di perusahaan yang berbeda karena dia berfikir bahwa dia tidak selalu bisa mengandalkan dari orang tuanya, ia harus bisa bangkit sendiri untuk dirinya.

Selepas kepergian Jeandra, Narra memasuki gerbang sekolahnya, berjalan dengan santai sambil merasakan kesegaran udara di pagi hari ini. Lumayan banyak pepohonan di halaman sekolahnya, membuat suasana pagi ini begitu segar dan menyehatkan.

Narra memasuki gedung sekolahnya dan langsung menuju ke kelasnya yang ada di lantai tiga. Menaiki tangga satu persatu sampai akhirnya ia sampai di kelas tercintanya itu. Sudah banyak siswa siswi di kelasnya, suasananya juga sudah ramai, mungkin hanya tinggal beberapa siswa lagi yang agaknya sedikit terlambat. Narra menaruh tasnya di bangku yang ia duduki.

"Si key kemana? Tumben amat belum datang," Tanya Narra kepada Tasya yang berada di sampingnya.

"Gatau," balasnya.

"Dip Lo tau g-"

"Weh Elandra ganteng datang!!" Ucap Dipta rusuh seakan yang datang adalah artis ternama saja.

Elandra yang baru saja memasuki kelas mengerutkan keningnya bingung, saat hendak ke bangkunya ia sempat menghampiri Dipta dan menaruh lengannya di kening Dipta, seperti akan memeriksa suhu tubuh.

"Gak panas ah, kenapa Lo? Stres, gila, atau kurang waras?" Sarkas Elandra membuat murid yang ada disana ikut tergelak mendengarnya.

"Anjing Lo Ndra."

"Udah diemin aja si Dipta emang gitu anaknya," ucap Tasya.

"Emang gue mah dinistain mulu lah, capek."

"Lo kan emang nistaable banget Dip," timpal Narra.

"Emang bangke ya, udah seneng gue ada temen cowok di circle gue, eh kelakuannya kayak macan." Dipta berkata seakan dunia sangat tidak adil kepadanya.

"Kok macan?"

"Iya, Lo kan galak!" balas Dipta sok tersakiti.

"Dih, mana ada." Elandra terkekeh mendengar ucapan Dipta.

"Si Key kemana? Tumben amat gak masuk." Dipta menelisik ke seluruh penjuru kelas mencari keberadaan Keyvarra dia berfikir, mungkin Key terselip di kolong meja?

"Gatau gue juga," ucap Tasya.

"Mana bentar lagi masuk," ucap Narra.

Elandra hanya menyimak saja.

Menit demi menit pun berlalu, guru yang akan mengajarpun akhirnya datang ke kelas, tapi Key belum juga datang. Narra bertanya tanya, kenapa Key belum datang? Biasanya jam segini ia sudah merusuh di kelas.

"Selamat pagi anak-anak,"

"Pagi Bu!"

"Mari kita mulai mata pelajaran hari ini, kita lanjutkan materi Minggu lalu ya anak-anak. Silahkan dibuka buku catatannya," ucap Bu Hanna.

Semua murid membuka buku catatannya masing-masing, Narra masih merasa khawatir dengan Key, pasalnya ia tidak sama sekali mengabarinya bahwa ia tidak masuk hari ini. Ia pun berinisiatif untuk menghubunginya, tapi sebelumnya ia harus minta izin terlebih dahulu kepada Bu Hanna.

The Rainy Night || End.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang