usaha

49 5 1
                                    

Sudah terhitung dua minggu lamanya setelah Gavin mendapatkan bukti bahwa Amarra lah yang menuangkan obat perangsang ke dalam minuman milik Gavin, dan selama itu pula Narra masih saja tidak bisa diajak bicara oleh Gavin.

Setiap kali Gavin meminta waktu untuk menjelaskan semuanya, Narra selalu menolak dengan berdalih bahwa dirinya membutuhkan waktu. Padahal, sudah terhitung lebih dari dua minggu Gavin memberi waktu untuk Narra bisa memberi waktu untuknya guna menjelaskan semuanya. Gavin semakin bingung harus bagaimana ia bisa menjelaskannya, bahkan sempat beberapa hari kemarin Narra memblokir nomornya yang membuat Gavin semakin susah untuk menghubungi Narra.

Jujur, Gavin sangat merindukan senyuman Narra yang manis bahkan lebih manis dari madu, ia juga merindukan Narra menggenggam erat tangganya namun kini sudah tak ada lagi genggaman itu, untuk melihatnya secara langsung saja sudah susah. Gavin merindukan semuanya yang ada pada Narra, ia ingin kembali seperti dulu lagi. Akankah? Bisakah semua kembali seperti dulu lagi?

"Woy Vin!"

Gavin tersentak ketika mendengar namanya diteriaki oleh Nandra.

"Hm?" Gavin mengangkat sebelah alisnya.

"Gimana? Udah ada kabar dari mantan lu?" Tanya Nandra sembari duduk di hadapan Gavin dan disusul oleh Rendy yang duduk di sebelah Nandra.

Gavin menggelengkan kepalanya.

"Gini deh, udah dua minggu nih nungguin keputusan dari si Narra malah nihil. Mending lu kasih tau dulu abangnya, terus kasih tau juga temen-temen deketnya biar bisa bantuin si Narra supaya cepet sadar." Ucap Rendy.

Bukannya menjawab, Gavin malah menatap Rendy.

"Ape? Cakep ya gua?" Tanya Rendy.

Gavin langsung membuang wajahnya ke Sampang Kanan, "najis."

"Halah lu suka denial."

"Bacot."

"Yaudah jadi gimana saran gua?" Ucap Rendy mengalah.

"Oke."

"Oke apa?"

"Oke gua coba."

"Nah gitu, karena saran di terima nanti fee nya bisa di transfer aja ya." Ucap Rendy sekenanya.

"Anjing emang gak ada ikhlas ikhlas nya lu jadi temen Ren."

"Di dunia ini gak ada yang gratis Cok, ya minimal Starbuck lah," sela Nandra sambil mengangkat-angkat alisnya.

"Ck, dahlah gua balik." Gavin mengambil tasnya dan langsung meninggalkan kelas yang sudah sepi tersebut.

"Yah bocah malah cabut."

"Dah kagak ngapa dah, mending lu anterin gua balik Ren." Ucap Nandra.

"Dih, berani bayar berapa?"

"Hahaha anjrit lu, mending sendiri gua." Setelah itu pun mereka juga meninggalkan kelas dan menuju parkiran.

***

Gavin melemparkan tasnya asal ke atas ranjang king size miliknya dan membanting tubuhnya ke atas ranjang. Ia tatap langit-langit kamar yang putih bersih itu sambil memikirkan saran yang di berikan Rendy tadi di sekolah.

"Bisa juga sih," monolognya.

"Apa gua coba dulu ya?"

"Ah coba dulu kali ya, siapa tau aja manjur saran dari ni monyet satu."

Gavin mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana seragamnya, lalu ia hubungi Jean.

Calling...

The Rainy Night || End.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang