semakin sakit.

82 4 4
                                    

Sudah terhitung lima hari Narra di rumah sakit ini, bisa dibilang keadaan Narra berangsur terus baik. Narra sudah tidak selalu merasakan mual, dan juga sudah tidak selemas waktu itu. Selama beberapa hari terakhir juga teman Narra sampai wali kelas Narra pun sempat menjenguk dirinya tak lupa dengan bingkisan yang begitu numpuk di sofa rumah sakit. Narra sangat mensyukuri betapa banyak orang baik yang menyayangi dirinya dengan tulus.

Mungkin tubuh Narra terlihat berangsur baik, tapi tidak dengan hati dan perasaannya. Dirinya masih mengharapkan Gavin ada disini, di sampingnya. Menemaninya, menghibur dirinya, dan menyemangati dirinya, namun itu semua hanya angan-angan yang nyatanya Gavin tidak pernah ada disini sampai detik ini, bahkan untuk mengetahui dirinya saja Narra tidak tahu kemana Gavin pergi selama ini.

Rindu, mungkin kata yang sangat cocok untuk mewakili perasaan Narra saat ini. Ia sangat merindukan Gavin nya yang selalu membuatnya tertawa, ia rindu senyumannya apalagi mata bulan sabitnya yang lucu ketika Gavin tersenyum, ia juga merindukan harum maskulin Gavin ketika dalam pelukannya. Ya, Narra merindukan semua tentang Gavin. Sampai rasanya ingin menangis karena saking rindunya.

Selama lima hari ini pula Narra terbaring di atas ranjang, ingin rasanya Narra keluar untuk menghirup udara segar di luar, mungkin di taman? Kedengarannya ide yang bagus. Narra memutuskan untuk bertanya kepada Irene, sang ibunda.

"Ma, mau ke taman boleh?"

"Nanti ya? Jangan sekarang."

"Yah Ma, pleasee~" Ucap Narra memohon.

"No, kan katanya mau ada temen kamu ke sini. Tunggu dulu sebentar."

"Ya udah iya . ."

Tak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu dari luar. Mendengar itu Irene pun bangun dan berjalan menuju pintu lalu membukakan pintu tersebut.

"Elandra? Sendirian aja?"

"Hehe, iya Tante yang lain lagi ada kegiatan mendadak tadi. Jadi El sendiri aja kesini, gak apa-apa kan Tan?" Jawab Elandra.

Irene tersenyum manis, "iya gak apa-apa, ayo masuk."

Elandra memperhatikan senyuman Irene yang sangat menawan itu.

Pantes anaknya cantik, emaknya aja spek bidadari.

"Iya Tante, makasih." Elandra pun masuk ke dalam ruang rawat inap Narra dan duduk di bangku yang ada di sebelah ranjang Narra.

Bibir Narra merekah ketika melihat Elandra masuk, "Hai, Ndra." Sapanya.

"Hai, gimana keadaanya?"

"Udah lumayan membaik nih," jawabnya.

"Ah syukurlah."

"By the way, Lo sendiri aja? Yang lain mana?" Tanya Narra ketika sadar Elandra hanya datang seorang diri.

"Iya, yang lain lagi pada sibuk urusan masing-masing dulu. Gapapa ya? Ada gua di sini."

Narra menganggukkan kepalanya, "iya gapapa, makasih banyak loh udah sempetin jenguk dari kemarin-kemarin." Ucapnya merasa tidak enak.

"Santai aja, lagian gua juga kan lagi Free," jawabnya dengan Nada santai.

Irene memanggil Narra, " Sayang, Mama keluar dulu ya sebentar, Elandra tolong jaga Narra, gapapa ya?"

"Iya Tante, gapapaa tenang aja." Jawabnya.

Setelahnya terjadi keheningan diantara mereka berdua. Elandra tiba-tiba teringat dirinya pada saat berjalan menuju ruangan Narra, ketika ia melewati taman rumah sakit.

Flashback on.

Elandra turun dari motornya dan berjalan memasuki rumah sakit, melewati koridor yang di sampingnya terdapat taman rumah sakit yang cukup luas. Dari kejauhan Ia melihat seorang wanita yang tak asing dimatanya. Seperti pernah lihat, tapi Elandra tidak dapat mengingatnya dengan jelas. Namun tetap Elandra perhatikan wanita itu berjalan di sebrang koridor menuju taman sambil membawa seperti semangkuk makanan dan botol Tumblr di genggamannya. Tetap Elandra perhatikan sampai akhirnya ia dapat melihat wanita itu mendatangi seorang lelaki yang tengah terduduk di kursi roda dengan perban di kepalanya. Ia telisik dari kejauhan lelaki itu tersenyum kearah wanita yang mendatanginya, ia sangat kenal senyuman itu. Sangat-sangat kenal, dan setelah diingat kembali ia juga mengenal wanita itu.

The Rainy Night || End.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang