Gavin kini tengah berada di kamar sang ayah, duduk di sofa kamar dengan Dandi yang ada di hadapannya. Menatap tajam ke arah depan, dengan secangkir teh hangat di atas meja.
"Kamu bener gak ngapa-ngapain?"
"Iya."
"Kok Narra pake baju kamu?"
"Baju dia basah."
"Terus kenapa pintu kamar di tutup?"
"Pengen aja."
"Halah."
Dandi menyeruput secangkir teh hangat yang ada dihadapannya.
"Udah tidur sana."
"Gavin tidur disini ya," Gavin langsung membanting tubuhnya ke ranjang milik ayahnya.
"Enak aja. Di kamar tamu sana," Dandi melempar bantal ke wajah anaknya itu.
"Gamau."
"Yaudah, ayah tidur sama Narra Di kamar kamu."
Mendengar itu Gavin langsung bangun dan keluar kamar, "ancamannya ngeri boss," ucapnya sebelum menutup pintu kamar.
Gavin memutuskan untuk turun ke ruangan keluarga, dengan membawa bantal dan selimut ia banting tubuhnya di sofa ruang keluarga. Mengambil remote TV yang ada di meja dan menyalakan TV. Merasa bosan dengan tontonan yang itu-itu saja ia pun beralih memainkan ponselnya.
Oh ya, mengapa Gavin tidur di ruang keluarga, karena Narra akhirnya memilih untuk menginap saja dan tidur di kamar milik Gavin. Gavin memilih untuk menelfon Narra.
"Hallo," suara Narra terdengar di telfon.
"Kamu gak takut di kamar aku sendirian?" Tanya Gavin.
"Enggak."
"Beneran?"
"Iyalah!"
"Kamu gak tau aja di kamar aku suka ada yang ketok-ketok pintu sendiri, terus ada yang ketok jendela tengah malem, suka ada yang nyalain keran air, lampu suka tiba-tiba mati sendiri, terus suk--"
"CK! Apasih, sok nakut-nakutin. Gak akan takut aku," ucap Narra dengan nada sok pemberaninya.
"Yeehh orang beneran," ucap Gavin.
Narra yang sebenernya sudah meringkuk dan sedikit merasa takut di atas ranjang milik Gavin itu memeluk gulingnya erat. Ntah mengapa suasana di kamar Gavin kini menjadi sedikit mencekam setelah di ceritakan mistis oleh sang pemilik kamar itu sendiri.
"Ay . ."
"Terus ya, suka ada yang tarik selimut, terus jari kakinya suka di tarik-tarik, nanti tengah malem suka ada barang yang tiba-tiba jatuh-"
"Sshhh udah-udah ih! Berisik kamu sok nakut-nakutin segala." Padahal aslinya Narra memang sudah panas dingin.
"Beneran loh ay, kamu gak percaya?"
"Gak. Gak percaya." Tolaknya mentah-mentah.
"Bener, aku pernah denger buku dimeja aku pada jatuh tau teru--"
BRUKK!!
"AAAAKKK!! ITU APAAN YANG JATUH?! HUAAAAA KAMU KESINI DONGG AKU TAKUTTT!" Teriak Narra ketakutan, dirinya langsung menarik selimut sampai menutupi seluruh tubuhnya.
"Itu suara apa?!" Tanya Gavin panik ketika mendengar suara benda jatuh.
Gavin pun langsung berlari ke lantai dua tempat dimana kamarnya berada, langsung ia dorong pintu kamar dengan kencang dan mendapati Narra yang meringkuk ketakutan di atas ranjangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Rainy Night || End.
Fanfiction"Ra! Ra tunggu Ra, dengerin penjelasan gue dulu," ucap Gavin sambil mencoba meraih tangan Narra namun ditepis kasar oleh Narra. "Mana Gavin yang dulu gue kenal, hm?" Ucap Narra lirih. "MANA GUE TANYA?! Lo berubah Vin, gue gak nyangka." "Kita putus."...