CERPEN : CITRA

7.6K 628 6
                                    

Part 5
_____

"Masih ada yang dibutuhkan, Pak?"

Arga menegakkan kepala, tersenyum tipis seraya menggeleng menatap sosok pria yang usianya jauh di atasnya, tapi memanggilnya 'Pak' karena ia merupakan calon bos di perusahaan real estate milik Janitra.

"Gak usah panggil, 'Pak'. Saya belum resmi jadi bos. Santai aja."

"Dibiasakan, Pak. Saya jadi gak enak kalau sebut nama Bapak aja."

"Saya masih dua puluh satu tahun lho." Arga tertawa pelan, merasa geli. Usianya baru dua puluh satu tahun, tapi sudah dipanggil 'Pak'. Ia merasa tua.

Pria bernama Bram tersebut hanya tersenyum tipis. Sosok yang ditunjuk oleh Bayanaka untuk membimbing Arga menjadi CEO di perusahaan tersebut.

Bram pamit keluar dari ruangan tersebut meninggalkan Arga yang terpekur mempelajari dokumen tersebut. Lalu menghela nafas pelan. Merasa lelah pikiran dan juga fisiknya.

Tiga hari menemani Citra di rumah sakit, kuliah dan harus selalu berada di kantor mempelajari semua dokumen kerja, dibimbing oleh Bram.

Arga bersandar seraya memejamkan mata, bergumam pelan seraya mengetuk-ketukkan jari di pahanya.

Kalau saja ia tidak menikah dengan Citra, sudah pasti saat ini ia menikmati masa nongkrong bersama teman-temannya, juga berkencan dengan Shalita. Bukan malah pusing memikirkan pekerjaan.

Ponsel Arga berdenting, ia membuka mata dan melihat nama Bunda tertera di layar. Segera membaca chat Bunda yang bertanya apakah ia bisa makan malam bersama di rumah. Karena sudah lama mereka tidak makan bersama semenjak Arga menikah.

Sebenarnya Arga malas, sangat malas ke rumahnya. Sikap orang tuanya yang tidak percaya padanya membuatnya kecewa. Apalagi pada Ayah.

Rasa kecewa Arga sudah tertanam sedalam-dalamnya dan bertahun-tahun sejak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Arga yang bukan anak kandung Bunda Rere. Arga yang tidak pernah dipertemukan dengan ibu kandungnya, tidak dikenalkan. Ayah menyembunyikan fakta tersebut membuatnya kecewa luar biasa.

Kembali suara denting ponselnya terdengar. Chat Bunda kembali masuk.

Bunda : Arga ga bisa ya?
Bunda : ya udah ga papa, lain kali aja ya

Menghela nafas pelan, ia membalas chat Bunda. Mengatakan jika ia bisa. Tidak ingin membuat Bunda bersedih. Meski Bunda bukan ibu kandungnya, tapi Arga begitu menyayangi Bunda.

Lalu ia terpekur lagi dengan dokumen di hadapannya.

Saat bosan, ia kembali ke ponselnya. Kini membuka chat room Shalita.

Sudah sampai di rumah?

Chat-nya dua hari yang lalu tidak terbalas, bahkan tidak terbaca.

Arga pikir setelah Shalita menghampirinya di makam dua hari yang lalu, hubungannya dengan Shalita kembali dekat. Tapi, ia salah. Shalita masih saja menjauh darinya.

Kembali lagi, ia menghela nafas pelan. Kemudian mengetik, mengirim chat pada Shalita. Mengingatkan wanita itu untuk makan karena tau jika saat ini Shalita sedang sibuk. Kebiasaan wanita itu lupa makan jika sudah fokus belajar.

Meski tidak pernah mendapat balasan, Arga tetap rutin mengirim chat pada Shalita. Berharap jika Shalita akan membalasnya suatu saat nanti ....

CERPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang