CERPEN : CITRA

17.1K 833 72
                                    

Part 12
______

"Aku udah ngasih tau Papi." Gerakan Arga yang sedang mengeringkan rambutnya berhenti. Ia menoleh menatap Citra yang duduk di tepi ranjang, menatap dirinya yang baru selesai mandi.

"Ngasih tau apa?" Arga agak bingung dengan perkataan Citra yang tiba-tiba. Ia menghampiri Citra lalu duduk di sebelah wanita itu yang otomatis menyerong posisi duduknya mengarah padanya.

"Ngasih tau semuanya, Ga. Tentang kebohonganku. Aku udah jujur." Suara Citra bergetar, air mata menumpuk di kedua bola matanya. Berusaha keras menahan tangisnya agar tidak keluar. "Terima kasih," sambungnya. Arga hanya terdiam menatapnya.

"Ka-kamu udah baik banget sama aku, padahal aku jahat banget sama kamu. Kenapa kamu baik banget, Ga? A-aku terlihat makin jahat kalau kamu sebaik ini." Citra menunduk, mengusap kedua matanya yang basah. Terbata-bata mengungkapkan isi hatinya tentang betapa baiknya pemuda di depannya saat ini.

"Awalnya aku emang benci banget sama kamu, karena kamu nuduh aku dan nyeret aku padahal aku gak salah sama sekali." Arga bersuara, begitu tenang. Tangannya terulur untuk menyentuh dagu Citra, menegakkan kepala wanita itu agar tatapan mereka bertemu. "Kamu udah tau kan masa lalu orang tuaku, tentang Bundaku yang meninggal karena bunuh diri?"

Citra mengangguk pelan.

"Waktu kamu mau bunuh diri, aku langsung teringat Bundaku. Meski masalah yang kalian hadapi gak sama, tapi aku yakin kalau masalah kalian begitu berat makanya punya keinginan buat bunuh diri. Waktu itu Bundaku sendirian, gak ada seseorang yang berada di sampingnya. Aku selalu berharap, kalau waktu bisa di putar, aku mau jadi seseorang yang berada di samping Bunda biar Bunda gak mengakhiri hidupnya, tapi ..."

Suara Arga mulai bergetar. Setiap kali mengingat sosok ibu kandungnya membuatnya merasa sesak, perasaannya seperti teriris-iris. Begitu pedih.

Diam sejenak, untuk mengontrol dirinya tetap tenang lalu meneruskan, "Aku gak mau lagi orang-orang yang aku kenal seperti Bundaku. Apalagi orang-orang terdekatku, salah satunya kamu. Istriku."

Dada Citra berdesir mendengar kata 'Istriku'. Air matanya kembali meleleh mengalir begitu saja.

"Aku bakal selalu berada di sisi kamu ..." Tangan Arga terulur untuk menangkup wajah Citra, menyeka air mata wanita itu. "Jangan nangis. Apapun yang terjadi ke depannya, kamu gak sendirian. Ada aku. Tentunya orang tua dan Mas Erik juga bakal selalu di sisimu. Kamu juga punya temen-temen yang peduli sama kamu."

Citra mengangguk pelan.

Hal yang mengusiknya sejak tadi adalah setelah pengakuannya, apa yang akan terjadi? Membuatnya merasa gundah. Tidak tenang. Bukan karena ia akan kehilangan warisan ataupun dikeluarkan dari Janitra. Citra merasa bersalah karena membuat semua orang yang menyayanginya kecewa padanya. Terutama pada orang tua, kakak serta eyangnya.

Tubuhnya ditarik, masuk ke dalam pelukan Arga. Ia membalas pelukan Arga. Menyandarkan kepalanya di pundak pria itu. Merasa begitu nyaman dan tenang.

Citra terpekur, kemudian menghela nafas panjang. Air matanya kembali berlomba-lomba turun, mengalir dengan deras. Menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Arga, menghirup aroma tubuh itu. Ia bisa merasakan dekapan Arga semakin erat padanya.

Sanggup kah ia melepas pria tersebut?

●•••●

Kebusukan Faras telah diketahui semua anggota keluarga Janitra, tentunya keluarga istrinya juga. Berbagai makian dan sumpah serapah telah dilayangkan pada Faras baik itu dari Mami Citra, Erik bahkan dua adik Papanya yang lain. Juga dari kedua mertuanya yang langsung saja menyuruh anaknya bercerai dari Dairah.

CERPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang