Part 6
_____Kalea kabur entah ke mana. Tentu Freya tak ingin tinggal di sana karena Kalea tidak ada. Maka, keesokan harinya ia membereskan barang-barangnya, tidak lupa untuk memesan taksi menuju rumah sakit. Kalandra juga tak pulang dari semalam membuatnya tak bisa meminta tolong pada Kalandra untuk mengantarnya.
"Frey, kamu mau ke mana?" tegur Om Darius saat ia membawa koper dan tas jinjing serta tas ranselnya yang berada di punggungnya. Wajah Om Darius terlihat sedih, tidak semangat seperti biasanya, tapi pria itu tetap mengulas senyum.
"Em .... aku sama Mommy udah gak marahan, Om." Freya terpaksa berbohong. Ia juga merasa tak enak jika harus jujur kalau ia akan pergi dari rumah karena Kalea pergi juga. Karena tau Om Darius mungkin saja tetap menahannya untuk tinggal.
"Ah ... bukan karena Kalea pergi, kan?"
"Oh bukan kok, Om. Emang aku udah gak marahan sama Mommy terus mau balik ke rumah. Sebenarnya dari minggu lalu, tapi karena Om gak ada di rumah makanya baru bisa pamit sekarang." Dengan lancar Freya membohong. "Ya udah Om, aku pergi. Terima kasih sudah nampung aku beberapa bulan ini."
Freya mencium punggung tangan Om Darius. Ia juga pamit pad ibu tiri Kalea, Tante Feby.
Kalau ia tetap tinggal di sini, sama saja mendukung pernikahan Om Darius, bukan? Freya adalah teman yang baik, akan terus berada di pihak Kalea.
Tiba di rumah sakit, teman-temannya menatap dirinya yang membawa koper juga tas pakaian.
"Frey, kok bawa koper?" Mereka memang selalu menginap di rumah sakit, tapi bukan berarti membawa koper juga, kan?
Freya menyengir kaku pada Dewi dan Sandi. "Em ... gue ... gue mau balik tinggal di penthouse gue. Soalnya gue gak mau para penggibah bikin gue makin banyak pahala." Freya tertawa bersama Dewi dan Sandi. Sengaja mengeraskan suaranya agar Gracia dan kawan-kawannya mendengarkan.
Karena tiga hari ke depan Freya akan berada di rumah sakit, maka ia akan berpikir keras untuk mencari tempat tinggal.
Sebaiknya ia meminjam uang Megumi lalu mencari tempat kos yang murah dan dekat dengan rumah sakit agar tak mengeluarkan banyak biaya transportasi.
Dan keputusan Freya untuk meminjam uang di Megumi sirna karena ponsel Megumi tidak aktif. Kalau Aurora, temannya itu sedang hamil, Freya tak ingin mengganggu ketenangan temannya. Sementara Citra, ponselnya juga tidak aktif.
Freya berjongkok dengan rasa frustasi. Kalau pinjam di teman-temannya yang lain, ia sudah terlanjur bohong.
"Frey, kamu ngapain di sini?"
Freya tersentak dan refleks jatuh terduduk, ia mendongak menatap Nevan.
Rumah sakit ini luas dan posisi Freya berada di lorong yang jarang dilalui orang-orang karena area tersebut merupakan kamar mayat. Lalu kenapa ia bertemu Nevan di sini?!
"Uji nyali," ujar Freya asal seraya berdiri.
Hendak pergi, tapi Nevan mencekal lengannya. "Kamu kenapa?" tanya pria itu. Freya menepis pelan tangan Nevan lalu melangkah pergi.
Menelusuri koridor hendak kembali ke ruang istirahat, tapi langkahnya berhenti saat melihat sosok yang ia kenalnya. "Arga!" serunya.
Pria itu menoleh membuatnya segera menghampiri Arga. "Lo ngapain di sini? Citra yang masuk ke rumah sakit?" tanyanya. Kejadian Citra pernah masuk ke rumah sakit membuat Freya cemas karena temannya itu ingin bunuh diri.
Arga tidak langsung menjawab, ekspresi pria itu begitu lemas.
"Bayinya Citra meninggal semalem."
Freya menutup mulutnya menggunakan telapak tangan, matanya membulat. Ia segera meminta Arga agar mengantarnya bertemu Citra.
KAMU SEDANG MEMBACA
CERPEN
Short StoryKumpulan beberapa cerita..... LIST : ⬇️ 1. CERPEN : CITRA✔️ 2. CERPEN : ODIT✔️ 3. CERPEN : AURORA✔️ 4. CERPEN : FREYA✔️ 5. CERPEN : KALEA✔️ 6. CERPEN : UNA✔️ 7. CERPEN : SHARMA✔️ Copyright ©2021 NanasManis