CERPEN : AURORA

5.3K 586 34
                                    

Part 13
______

Ardan tergesa-gesa berjalan menelusuri koridor rumah sakit, tempat Aurora dibawa. Perasannya tidak karuan setelah mendapat informasi dari Alisha. Tiba di depan ruangan Aurora, ia melihat Alisha duduk di kursi besi ruangan itu. Sendirian.

Segera ia menghampiri Alisha yang keadaannya begitu berantakan. Masih mengenakan saragam sekolah. "Kamu kenapa, Dek?" Ardan tak tau perihal apa yang terjadi pada Alisha.

"A-aku gak pa-pa kok, Bang." Alisha mendongak. Ia tak berani menceritakannya pada Ardan tentang apa yang terjadi. "Di dalam ada Kak Rora." Mengendikkan dagu ke arah ruang perawatan Aurora.

Pintu ruangan tersebut terbuka dan sosok Kalea keluar.

Wanita itu terlihat meringis. "Ah gue lupa kalau Rora udah nikah. Jadi gak sempat hububgin lo. Gue cuma hubungin nyokapnya."

Ardan masih terlihat linglung, bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi. Karena Alisha hanya memberitahunya jika Aurora masuk ke rumah sakit, tanpa tau apa yang terjadi.

"Ini sebenarnya apa yang terjadi? Aurora kenapa?" Ardan menantap Kalea lalu Alisha. "Kamu juga kenapa?"

Kalea melirik Alisha yang kini menunduk seraya memeluk tas ranselnya. Kalea pun memusatkan tatapannya menatap suami temannya itu dan menjelaskan apa yang terjadi.

●•••●

"Ardan." Ardan disambut senyum ceria Aurora. Istrinya itu duduk di atas brankar, ditemani Mami yang ikut menatap ke arahnya. "Aku hamil lho," ujar Aurora ceria lalu mengulum senyum.

Ardan tersenyum. Mami pun keluar membiarkan Ardan dan Aurora bersama.

"Sini deh." Aurora menarik tangan Ardan lalu menyentuh perutnya. Menunduk untuk melihat tangan Ardan yang besar kini berada di atas perutnya. "Aku kira, aku mens. Terus tiba-tiba perutku agak gak nyaman. Kalea sama Alisha panik jadinya bawa aku ke sini."

Aurora menegakkan kepala. Ardan yang tadi menunduk untuk menatap perut Aurora, menagak. Membalas tatapan Aurora. "Kata dokter aku hamil."

"B-bukannya keluar darah?" tanya Ardan khawatir.

"Kata dokter gak pa-pa. Janinnya sehat kok." Aurora tersenyum menenangkan, ia kini merasakana usapan lembut tangan Ardan di perutnya. Aurora pun mengingat sesuatu.

"Ah Alisha gimana? Dia baik-baik aja, kan?"

"Iya. Kamu gak usah khawatir. Besok,  aku ke sekolahnya buat aduin ini ke gurunya."

"Mereka anak-anak nakal Ardan. Pokoknya mereka harus dihukum. Aku gak suka mereka lakuin itu ke Alisha," ujar Aurora menggebu-gebu. Lalu menatap serius Ardan. "Atau kalau bisa Alisha pindah sekolah aja. Sekolah yang murid-muridnya gak ada yang nakal."

"Iya. Iya Sayang. Kamu gak usah cemasin Alisha. Alisha baik-baik aja kok. Yang perlu dicemasin sekarang itu kamu."

"Aku gak pa-pa kok, Ardan. Dedek bayinya juga gak pa-pa." Aurora kembali tersenyum menenangkan. Ardan ikut tersenyum kembali menunduk menatap perut Aurora. Masih senantiasa mengusapnya dengan lembut.

Saat tadi dihubungi Alisha jika Aurora masuk ke rumah sakit, ia langsung membatalkan pesanan penumpang. Kalang kabut mengemudikan motor saking cemasnya dirinya. Apalagi saat Kalea memberitahu jika Aurora hamil dan mengeluarkan darah. Bukan hanya pada Aurora, ia cemas. Tapi pada anak mereka juga.

Setetes air mata jatuh, keluar dari mata Ardan membuat Aurora menunduk untuk melihat wajah Ardan yang memerah dan terlihat emosional. "Ardan kok nangis?" Aurora menatap cemberut Ardan.

CERPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang