CERPEN : CITRA

7K 614 12
                                    

Part 6
_____

Citra menatap Arga dengan perasaan iba setelah mengetahui kehidupan tragis ibu kandung pria itu. Selama ini perasaan sedih pria itu ditutupi oleh sikapnya yang ceria dan selalu jahil pada orang-orang terdekatnya, termasuk dirinya dulu, sebelum mereka menikah, menyeret Arga ke dalam hidupnya.

Arga kerap kali mengejeknya, apalagi menyematkan 'Tuan Putri' padanya karena sikapnya yang manja. Citra begitu kesal jika Arga menganggunya. Tapi, sekarang ia malah merindukan sikap Arga tersebut. Tidak menyukai sikap Arga yang begitu dingin, dan juga agak kasar.

Tapi, semuanya karena dirinya, bukan?

Salahnya.

Pria itu berubah karena dirinya. Ia tidak bisa menuntut apapun, apalagi tentang perubahan sikap Arga.

"Ngapain lo lihatin gue terus?" Citra tersentak, ia baru sadar jika mereka telah tiba di rumah. Pria itu telah melepas sabuk pengaman, kini menatapnya. Seperti biasa pandangannya begitu dingin.

"Gak pa-pa," meski Arga tidak membalas senyumnya, Citra tetap tersenyum. Arga keluar dari mobil begitu saja. Meninggalkan dirinya.

Sejak hamil, Citra selalu gelisah ketika hendak tidur. Banyak pikiran yang memenuhi kepalanya. Dan sekarang pikiran tersebut bertambah setelah mengetahui tentang ibu kandung Arga.

Ia menoleh menatap Arga yang telah terlelap. Tadi sebelum terlelap, pria itu tidur memunggungi dirinya. Seperti biasa. Namun, ketika tidurnya nyenyak posisi tidur Arga akan berubah. Kini menghadap ke arahnya.

Citra menatap pria itu dalam diam.

Entah kenapa ia ingin menyentuh wajah Arga, dengan pelan tangannya terulur lalu mengusap pipi Arga yang terasa dingin. Mungkin efek pendingin kamar tersebut. Lalu naik ke atas, mengelus alis Arga yang tebal. Kembali ke pipi, tapi kini pipi kiri Arga. Jika pria itu tersenyum, maka lesung pipitnya akan nampak. Namun, sekarang ia tidak pernah lagi melihatnya karena ekspresi Arga yang begitu dingin.

Betapa terlukanya wajah damai di hadapannya saat ini. Pasti Arga menyimpan luka yang mendalam di hatinya. Ia saja yang mendengar cerita tentang ibu kandungnya Arga merasa begitu sakit, apalagi Arga yang mengalaminya.

Entah, apakah Arga telah berdamai dengan keadaannya?

Tapi menurut Citra, sudah pasti belum. Meski tidak menunjukkan entah kenapa ia yakin jika Arga belum berdamai dengan masa lalunya. Tentunya sangat susah untuk menerima kenyataan tersebut.

Merasa dibohongi selama bertahun-tahun, saat mengetahui kebenarannya, tapi malah terlambat. Ibu kandungnya telah tiada, tanpa pertemuan mereka sebagai ibu dan anak setelah lama berpisah.

Perpisahan kedua orang tuanya, tapi Arga yang malah menderita.

Dan kini Arga kembali memanggul beban. Menderita karena dirinya. Arga yang tidak tau apapun, ia malah menyeret pria itu.

Citra menarik tangannya menjauh dari wajah Arga. Ia memperbaiki posisi tidurnya. Kini menatap langit-langit kamar seraya mengusap perutnya.

●•••●

Citra menatap batu nisan di hadapannya. Ia tiba di tempat ini beberapa menit yang lalu menggunakan taksi. Bertanya pada penjaga makam letak makam Miranda. Tidak lupa menyebut nama Arga yang datang setiap tanggal dua puluh dua setiap bulannya dan ia diantar.

Miranda.

Entah apa masalah yang menimpa sosok wanita tersebut sehingga memutuskan mengakhiri hidupnya. Meninggalkan dua anaknya.

CERPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang