Part 10
______Balairung kampus yang diberi julukan Kampus Perjuangan tersebut dipenuhi orang-orang yang merayakan kelulusan mereka atau hari wisuda. Wisudawan dan wisudawati serta keluarga masing-masing bersuka cita.
Setelah rangkaian acara selesai, semuanya menghambur keluar. Saling berpelukan dan mengucapkan selamat atas kelulusan mereka. Juga ada yang mulai melakukan potret bersama. Mencari tempat yang bagus. Salah satunya keluarga Kalee. Pria itu begitu gagah memakai toga. Senyumnya terus menerus mengembang. Menerima ucapan selamat dari sesama teman-temannya dan keluarganya.
"Senyumnya gak usah lebar!" Kalee memperbaiki caranya bersenyum. "Aelah! Gak usah sok dingin. Lo bukan Mas Kala!"
Kalee menyesal menyuruh Zian yang menjadi fotografernya. Ya, tapi kalau ada gratis, kenapa harus cari yang lain!
Mengikuti arahan Zian hingga ia puas berfoto sendirian. Zian memperlihatkan hasil fotonya. "Kalau jelek. Lo maklum aja. Soalnya gue biasanya moto monyet atau anjing." Kalee mendelik pada Zian. "Tapi tenang aja. Ini bagus kok."
Temannya itu cengengesan.
Ayah serta Tante Feby, Desya dan dua anak Ayah lainnya juga hadir. Begitupun Kalandra. Kakaknya itu berpenampilan rapi. Mengikat rambut gondrongnya dan mencukur brewok dan kumisnya menjadi sedikit lebih tipis dari sebelumnya.
"Yuk, yuk foto. Abis itu kita makan," suruh Zian menyengir saat Kalee melotot kesal padanya.
"Tunggu Lea dulu," ujar Ayah. Lalu menatap Kalandra. "Kalea mau ke sini, kan?"
Beberapa hari ini, Kalea memang menginap di rumah Kalandra.
Kalandra hanya mengangguk pelan.
"Kenapa gak bareng lo sih, Mas?" protes Kalee. Ia merasa kesal pada Kalea karena kakaknya itu tidak melihatnya saat upacara kelulusan tadi. Ia pun juga was-was jika Kalea tidak hadir karena ada istri Ayah serta anak-anak Ayah lainnya.
"Bang Kalee congratulation!" Seruan tersebut membuat mereka menoleh, melihat sosok Mauri yang membawa buket balon wisuda.
Zian mengernyit menatap adiknya itu yang tiba-tiba datang.
"Eh Ri, gue yang wisuda bukan Mas Kala!" tegur Kalee dengan tampang datar menatap Mauri yang malah memeluk Kalandra. Gadis tujuh belas tahun itu terkikik, memasang tampang sok malu.
"Ih salah peluk. Tadi kakiku keseleo." Kemudian memeluk Kalee dan memberikan buket balon tersebut pada Kalee. Kalandra sendiri masih datar menatap kelakuan bocah tersebut. Sudah biasa, jika bertemu dengan Mauri, Mauri selalu bertingkah centil.
"Hai Kanaka! Ih dasar gembul!" seru Mauri pada Kanaka dan mengecup pipi bayi enam bulan tersebut yang tersenyum cerah. Mauri juga menyapa Om Darius dan Tante Feby. Pokoknya gadis itu sangat heboh!
"Lo sama siapa ke sini?!" tanya Zian pada adiknya itu.
"Ih fotoin dulu dong!" Mauri memeluk lengan Kalee. Memerintah Zian agar memotretnya bersama Kalee.
Kalee siap tersenyum, tapi sosok yang sejak tadi ia nanti membuatnya mendorong Mauri hingga hasil fotonya berantakan. Mauri menggerutu karena hampir saja terjatuh. "Ih Bang Kalee, aku hampir jatuh!"
"Hampir doang," balas Kalee dengan ringisan pelan. Lalu beralih menatap sosok Nora yang kini tiba di hadapannya. Ada juga Sharma.
Nora memberikan paper bag dari brand ternama pada Kalee. Suara lembut wanita itu menyapanya. "Selamat Kalee atas kelulusannya."
"S-sama-sama!"
"Jangan lupa napas lo!" ejek Zian membuat wajah Kalee memerah apalagi semuanya ikut mengeje, kecuali Kalandra yang hanya diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
CERPEN
Short StoryKumpulan beberapa cerita..... LIST : ⬇️ 1. CERPEN : CITRA✔️ 2. CERPEN : ODIT✔️ 3. CERPEN : AURORA✔️ 4. CERPEN : FREYA✔️ 5. CERPEN : KALEA✔️ 6. CERPEN : UNA✔️ 7. CERPEN : SHARMA✔️ Copyright ©2021 NanasManis