CERPEN : KALEA

7.3K 503 18
                                    

Part 1
_____

Jeep wrangler sport berwarna hitam memasuki kawasan rumah sakit. Cara pengemudi yang membawa mobil tersebut terkesan ugal-ugalan bahkan saat memarkir posisinya tidak pas di garis. Bukan karena baru bisa mengemudikan mobil, tapi karena rasa cemas yang membuatnya tak bisa berkonsentrasi.

Segera pengemudi mobil itu turun dan beranjak memasuki rumah sakit tersebut. Langsung saja naik ke lantai tujuh.

Keluar dari lift, ia berlari hingga tiba di tujuan. Salah satu kamar inap VIP.

Kalea menghela nafas pelan.

Sudah berapa lama ia tak bertemu Ayah?

Dua tahun?
Bukan.

Tiga tahun?
Bukan juga.

Saking lamanya ia tak bisa mengingat. Coba Kalea ingat-ingat dulu.

Usia Kalea saat kabur dari rumah karena Ayah diam-diam menikah dengan Tante Feby, yaitu dua puluh dua tahun. Setahun kemudian ia berkelana ke luar negeri. Memutuskan melanjutkan pendidikannya di Massachusetts Institute of Technology, Cambridge, Amerika Serikat. Di sana ia tak hanya kuliah, tapi juga bekerja untuk memenuhi biaya hidup. Ya meski Kalandra berperan penting juga untuk membiayainya.

Kalau saja bukan karena mendapat kabar jika Ayah sakit, sudah pasti ia tak akan menginjakkan kakinya di sini.

Saat sudah siap untuk bertemu Ayah, ia segera membuka pintu di hadapannya.

Kalea mengerjap pelan menatap dua bocah yang ikut menatap ke arahnya. Yang satunya terasa tak asing, dan satunya lagi masih sangat kecil.

Kalea beralih menatap ke arah pintu yang baru terbuka, sosok Ayah yang dituntun oleh Tante Feby.

Tatapannya bertemu dengan Ayah. Ayah menarik kedua sudut bibirnya ke atas, kondisi Ayah terlihat lemah.

"Lea ...," ujar Ayah pelan. Ada kerinduan yang mendalam pada putrinya yang pembangkang itu. Rasanya ia ingin segera memeluk Kalea.

Kalea diam, kini beralih menatap Tante Feby yang tersenyum padanya. "Lo becus gak sih jagain bokap gue?! Kenapa dia sampai sakit begini?! Ah atau lo ya yang bikin dia sakit biar lo bisa nguasain hartanya?!"

Rasa benci pada Tante Feby telah mendarah daging pada Kalea. Langsung saja ia menyemburkan perasaannya itu pada sosok yang sekarang terhenyak.

Dua anak kecil yang ada di sana sekarang ketakutan. Kalea melirik anak yang paling kecil.

Damn! Kenapa bocah itu mirip dengannya?!

"Ini anak siapa?! Kenapa mirip sama aku?!" teriak Kalea seraya menunjuk bocah tersebut.

"Kalea, semua ini bukan salahnya Tante Feby," sahut Ayah lembut. Ia menatap anak kecil yang ditunjuk Kalea tadi. "Itu Kanya, adik kamu."

"What?! Enggak! Dia bukan adikku!" Rasanya Kalea ingin membenturkan kepalanya di tembok agar ia hilang ingatan.

Harusnya Kalandra yang memberinya keponakan, bukan?

Kenapa Ayah yang malah memberikannya seorang adik?!

Bocah itu kemudian menangis. Segera Tante Feby meraihnya dan menenangkannya. Anak kecil lainnya yang Kalea duga adalah anak Tante Feby duduk di sebelah ibunya. Sementara Ayah kini di atas brankar.

"Sini Nak, Ayah kangen sama Lea. Mau peluk Lea." Ayah tidak mengacuhkan Kalea yang menolak kehadiran adik tirinya tersebut.

Kalea menatap sinis Tante Feby dan anak-anaknya, bahkan melotot pada Kanya yang telah berhenti menangis. Tapi kemudian kembali menangis saat ia pelototi.

CERPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang