CERPEN : KALEA

3K 391 58
                                    

Part 12
______

Terbiasa bekerja selama empat tahun terakhir membuat Kalea merasa bosan tinggal di rumah ataupun kesana-kemari. Apalagi jika berada di rumah, ia akan tiap hari bertemu dengan Tante Feby yang selalu membuatnya naik darah. Jangan lupakan anak-anak wanita itu juga.

Tante Feby sama sekali tidak pernah mencari masalah padanya, bahkan selalu berusaha bersikap baik layaknya seorang ibu. Dan itulah yang membuat Kalea tidak suka!

Walaupun Tante Feby tidak pernah menunjukkan definisi ibu tiri yang jahat, di mata Kalea, wanita itu tetap ibu tiri yang jahat!

Maka dari itu, karena ia tak ingin terkena hipertensi, ia memutuskan untuk bekerja. Bekerja di perusahaan Ayah karena dulunya tempat kerja Kalea di bidang desain industri.

Kalea tetap profesional, meski perusahaan tersebut milik Ayah. Mengikuti setiap aturan yang ada.

Meski mengantuk berat, ia tetap bangun. Membasuh wajahnya, menyikat gigi lalu mandi, tanpa keramas. Bahkan setelah memakai baju, ia tak menyisir rambutnya. Hanya mengacak-acaknya saja.

Keluar dari kamar, ia bertemu dengan Tante Feby yanga baru saja keluar dari kamar di hadapannya. Tante Feby mengulas senyum lembut dan itu membuatnya langsung badmood.

Bisa dipastikan jika para junior arsitek nanti mendapat pelampiasan dari Kalea.

"Kalea mau sarapan apa?"

Kalea melengos, menuruni tangga.

"Atau mau Tante buatin bekal? Kamu gak sempat sarapan di rumah, kan?"

Ternyata Tante Feby mengikutinya. Ia pun menghentikan langkahnya lalu menoleh menatap Tante Feby yang berada lebih tinggi darinya. "Gak usah caper! Sampai kapan pun gue akan pernah nerima lo jadi nyokap gue! Lo harus paham!"

Kalea hendak melangkah, tapi Tante Feby kembali bersuara membuatnya diam.

"Sampai kapan kamu mau seperti ini Lea?" Kalea sama sekali tidak menoleh. "Kala dan Kalee juga gak menerima Tante. Tapi sikap mereka gak seperti kamu. Tante gak maksa kamu untuk terima Tante, tapi apa bisa kamu gak bersikap kasar pada Tante dan juga pada anak-anak Tante."

Kalea menoleh menatap tajam Tante Feby. "Makanya gak usah caper! Lo bilang lo gak mau maksa gue buat nerima lo! Tapi lo terus menerus caper ke gue. Tawarin buatin makananlah! Tanya kondisi gue! Bahkan sok-sok"an mau beresin kamar gue!!" sentak Kalea lalu mendengus sinis. "Kalau lo tau diri, mending lo pergi deh dari sini! Rumah ini suram sejak kedatangan lo!"

Kalea menuruni tangga. Menghentakkan kakinya kesal. Tidak mengacuhkan Ayah yang ia lewati begitu saja.

Mengemudikan mobilnya dengan perasaan dongkol. Rasanya ingin meremas-remas wajah sok tersakiti Tante Feby.

Menghela nafas pelan. Jangan sampai karena wanita itu pagi harinya hingga malam nanti menjadi buruk.

●•••●

El mengajaknya makan siang, tentu Kalea langsung mengiyakan ajakan tersebut. Tidak lagi makan di sebuah fine dining, melainkan makan di rumah makan Padang. Karena bosan makan rendang, ia memesan gulai. Kalau urusan perut, ia akan lebih dulu meluncur. Apalagi rumah makan tersebut berada di sekitar tempat kerjanya.

Tidak berapa lama El tiba.

"Lo gak keramas, kan?"

Kalea mendelik malas menatap El. "Lo ajakin gue makan atau mau komentarin rambut gue?"

El tertawa, ia berhenti saat pesanannya tiba. Mulai ikut makan.

"Lo ada kerjaan daerah sini?" tanya Kalea.

CERPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang