CERPEN : KALEA

3.2K 397 23
                                    

Part 11
______

"Mau kemana lo?!" tegur Zian saat Kalea berdiri. Ia menjaga jarak, siapa tau saja Kalea langsung menjitaknya.

"Ke toilet. Mau muntah karena lihat lo!" sahut Kalea ketus.

"Dih!" Zian mendelik kesal. Ia kemudian duduk di tempat Kalea tadi dan mencomot potongan daging kalkun dari atas piring milik Kalea. Di hadapannya ada El yang menatap risih ke arahnya dan ia cuek-cuek saja.

"Lo ngapain di sini, kunyuk?! Mending lo pergi deh, jangan ganggu makan siang gue dan Kalea!" ujar El sinis.

Zian mendelik sinis pada El.

"Lo aja yang pergi!"

El tertawa. "Kalau gue pergi. Nanti Kalea marah soalnya gak ada yang bayar nih makanan."

"Ya bayar sekarang!"

El menatap malas bocah di hadapannya. Ia meneguk wine-nya. Di balik gelas, ia tersenyum. Lalu melipat tangan di tepi meja. Menatap Zian dengan seksama. "Lo suka sama Kalea?"

Tepat pertanyaannya selesai, Zian berhenti mengunyah. Kedua mata sipit Zian melotot dan tawa El pecah. "Beneran lo suka sama Kalea?" Seharusnya El sudah tau jawabannya. Tapi, ia ingin mendengarnya langsung dari Zian. Karena ingin membuktikan dugaannya.

Tapi Zian hanya diam. Membuatnya mengangguk-angguk pelan lalu menyeringai. "Kalea cocok gak sama gue?"

"Mana ada cocok? Lo udah tua!"

El menatap malas Zian yang mencercanya. Usianya masih tiga puluh tahun. Bagi ukuran seorang pria, itu masih muda.

"Elo yang gak cocok sama Kalea! Masih bocil!"

El berhasil membakar emosi Zian.

"Gue bukan bocil!"

"Bocil tetep aja bocil!" cibir El. Kembali menyeringai. "Kalea gak cocok sama lo. Cocoknya sama gue. Dewasa, mapan, tampan, berkarisma lagi."

"Nye, nye, nye!" ejek Zian membuat El tertawa dan semakin meledek Zian, 'bocil', yang membuat Zian geram.

"Bocil, bocil, bocil!"

Orang-orang yang melihat hal tersebut, dapat menebak jika siapa yang 'bocil'. Meski usinya telah dikategorikan dewasa, tapi belum tentu sikapnya dewasa.

●•••●

"Le, gue nebeng ya?" ujar Zian mengikuti Kalea. Bukan hanya langkah Kalea yang berhenti, tapi juga El. Yang membuat Zian mendorong El agar menjauh. Mengusir El. "Jam makan siang udah habis. Mending lo balik ke kantor lo!"

"Walaupun gue gak balik, gak bakal ada masalah!" ujar El sombong.

"Dicoret dari daftar warisan, baru tau rasa lo," cibir Kalea membuat Zian tertawa puas menatap El yang ekspresinya kini suram.

"Ya udah, calon suami lo ini pergi dulu. Cari duit yang banyak biar resepsi pernikahan kita nanti mewah dan meriah!" El mengulurkan tangan dan mengacak rambtut Kalea. Sebelum El mendapat amukan, El segera kabur.

Kalea sendiri hanya mengumpat, sementara Zian tidak bisa menutupi rasa cemburunya. Kalea menatap Zian dengan kening mengkerut. Ada apa dengan bocah itu?

"Lo kenapa? Mau boker?"

Zian menggeram kesal. "Gue cemburu! Kagak mau boker!"

"Hah?" Kalea melongo. Cemburu apaan? Ia menatap kepergian El, lalu kembali menatap Zian dengan pandangan aneh. "Lo suka sama El?"

Kali ini giliran Zian yang melongo. Lalu tersenyum kecut. "Tau ah. Sebel gue sama lo!"

"Mau ke mana lo?! Bukannya lo mau nebeng?!" seru Kalea saat Zian beranjak pergi. "Dih! Dasar aneh!"

CERPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang