CERPEN : SHARMA

2.7K 370 27
                                    

Part 10
______

Sejak pertengkaran mereka, Sharma dan Benja berjarak. Meski mereka berada di satu tempat, mereka tak saling bicara. Kalau saja tak ada Remy, sudah pasti mereka tidak akan berada di satu tempat.

Remy telah keluar dari rumah sakit, Benja yang mengantar Sharma dan Remy pulang ke rumah.

Karena Benja juga memotong alis kirinya sehingga Remy pun tak lagi merengek, mengatakan alisnya jelek.

"Jadi, belum bisa ke sekolah ya, Dad?" tanya Remy pada Benja yang langsung tersenyum geli. Benja mengusap rambut Remy dengan gemas.

"Suka, kan?"

Remy tertawa senang membuat Benja menarik pelan puncak hidung anaknya itu. "Tapi, nanti kalau udah sembuh, harus ke sekolah lagi. Oke?"

Remy mengangguk.

"Remy, ganti baju dulu." Sharma menginterupsi percakapan ayah dan anak tersebut, tanpa menatap Benja. Remy pun beranjak. Sharma membantu Remy mengganti baju. Sementara Benja sedang fokus ke ponselnya.

"Kamu .... kamu mau nginep?" Sharma memilih mengalah karena tak ingin Remy bertanya-tanya dengan sikap orang tuanya yang saling tak bicara.

"Remy, Daddy pulang dulu, ya?" Benja tidak mengacuhkannya, hanya pamit pada Remy.

"Mommy sama Daddy berantem?" Pertanyaan Remy membuat Sharma menatap putranya tersebut.

"Iya nih. Daddy lagi ngambek." Sharma memasang ekspresi cemberut. Menutupi, agar Remy tak tau jika orang tuanya memang sudah bertengkar.

"Pasti Mommy ngejek Daddy kan karena alis Daddy dipotong?" Sharma tertawa pelan.

"Mommy ke bawah dulu, ya?" Remy mengangguk. Sharma pun menyusul Benja yang tengah memakai sepatu.

"Ben, sikap kamu kekanakan tau gak." Sharma langsung mencerca Benja, merasa kesal dengan sikap Benja.

Benja mengangkat pandangannya, mengghunuskan tatapan tajam pada Sharma. "Kamu bilang aku kekanakan?"

"Iya!" Tantang Sharma. Kini Benja berdiri. Lalu melangkah, Sharma pun mencekal Benja membuat Benja menepis tangannya. "Kita harus ngomong Ben!"

"Ngomong apa?! Mau menggurui aku lagi?! Harusnya kamu ngaca, Sharma!" desis Benja tajam.

"Bukan itu Ben ..." Benja menunjuk Sharma membuat Sharma diam.

"Kita gak perlu bicara!" Setelah itu Benja pergi meninggalkan Sharma.

Kalau saja tak ada Remy, sudah pasti Sharma berteriak pada Benja. Kenapa laki-laki itu keras kepala sekali? Padahal Sharma hanya ingin mengatakan agar Benja tak bersikap dingin padanya di hadapan Remy.

Tak ingin lagi menggurui Benja tentang memaafkan Om Gibran. Karena Sharma pun tersadar jika apa yang Benja pernah katakan ada benarnya. Seharusnya Sharma tak menggurui Benja, padahal dia sendiri tak bisa menggurui diri sendiri. Dan semakin tersadar jika urusan Benja dengan Om Gibran bukan urusannya.

Saat hendak mengunci pintu pagar, kedatangan mobil yang tak asing mengurungkan niatnya. Berdiri menunggu sosok itu turun dari mobil.

Regan turun dari mobil, membawa sebuah kotak lego seri Ninjago temple of the endless. Seketika mengingat jika saat Regan menjenguk Remy, anaknya itu dengan seenak jidat minta dibelikan lego karena Regan yang mengatakan tak sempat membeli sesuatu untuk Remy. Harusnya Regan tak perlu meladeni Remy.

"Buat Remy?"

"Masa buat kamu." Sharma mendengus seraya menerima kotak tersebut.

"Sebenarnya aku paling males beliin Remy mainan kayak gini. Pasti nyuruh aku yang susun, abis itu dia bongkar lagi dan potongan-potongannya bakal hilang," gerutu Sharma.

CERPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang