Part 4
_____Kalea keluar dari kamar mandi seraya menggosok rambutnya menggunakan handuk. Ia berhenti bersiul dan menatap datar sosok yang menyusun bajunya ke dalam lemari. Ia menghempaskan handuk ke lantai hingga membuat Tante Feby menoleh dan berhenti dari kegiatannya.
Wanita itu tersenyum, tapi ia tetap dengan ekspresinya yang datar. "Beraninya lo sentuh barang-barang gue!!" bentak Kalea seraya menghampiri Tante Feby, mendorong wanita itu menjauh dari lemari lalu menarik keluar semua pakaian yang sudah wanita itu susun.
"Kalea, Tante cuma ..."
"Gak usah caper lo! Sana keluar! Jangan pernah mausk ke kamar gue!" Kalea menyeret wanita itu keluar dari kamar.
"Tapi Kalea, biarin Tante bantuin kamu susun ..." Kalea membanting pintu dengan keras. Sehingga ucapan Tante Feby tak selesai.
Menghembuskan nafas kasar. Belum sehari tinggal di sini, ia sudah naik darah.
Meraih baju kaos serta celana pendek di atas lutut. Tidak lupa ia mengaplikasikan skincare di wajahnya. Meski jiwanya sebelas dua belas dengan laki-laki, tapi untuk perawatan wajah Kalea tetap memakainya. Tapi tidak untuk riasan wajah. Kalea akui tak tau caranya karena ia tak pernah belajar dan tak menginginkan hal tersebut.
Ia juga telah melepas perban yang menutupi punggung tangannya akibat bekas cakaran anjing tadi pagi. Lukanya belum sepenuhnya mengering, tapi Kalea tidak ingin membalutnya lagi. Cukup meneteskan obat merah.
Tanpa menyisir, ia keluar dari kamar.
Kamar di sebelah terdengar berisik membuatnya mengintip. Kalee dan Zian sedang bermain playstation. Bukan hanya ada dua pria itu, tapi Desya juga ada di sana, menyemangati Kalee yang melawan Zian.
Dengan sengaja ia memukul pintu kamar hingga ketiga orang itu tersentak kemudian menoleh ke arahnya. Tapi, kemudian seruan Kalee langsung terdengar. Zian kembali menatap layar TV, tim NBA-nya gagal, ia menatap kesal Kalee yang ambil kesempatan, kemudian Kalea yang memasang ekspresi tak bersalah, padahal gara-gara wanita itu ia dikalah.
Sementara itu Desya menggeser duduknya untuk bersembunyi dibalik punggung Kalee. Sangat takut pada Kalea yang galak.
"Heh! Jangan deket-deket sama adek gue!!" sentak Kalea galak membuat Kalee maupun Zian melongo menatap Kalea.
Kalea bukanlah kakak posesif. Wanita itu selalu saja bertengkar dengan Kalee. Kenapa tiba-tiba seperti ini?
Kalee bergidik ngeri, ia menoyor kepala Kalea yang masih menghunuskan tatapan tajam pada Desya yang langsung berlari keluar.
"Wah! Kayaknya akibat digigit anjingnya Pak Tigor, Kal," ujar Zian pelan, tapi mampu didengar Kalea. "Lihat aja rambutnya mulai berdiri."
Kalee tertawa. Mata Kalea melotot.
"Nah kan! Matanya melotot, Kal!" seru Zian terbelalak. Entah, apakah pria itu serius atau bercanda. Tapi ekspresinya begitu dramatis. "Kal!!"
Zian tidak sempat kabur karena sudah ditangkap Kalea lalu pergelangan tangannya di gigit. "Ya Allah!! Istighfar Le! Kalee bantuin gue!!"
Kalee hanya tertawa ngakak. Kalea berhenti menggigit tangan Zian hingga meninggalkan bekas. Pria itu mengaduh sakit seraya menggerak-gerakn tangannya lalu tangannya menjuntai lemah. "Duh, duh udah mati rasa nih! Tanggung jawab lo, Lea!!"
Kalea mendatarkan pandangannya menatap Zian yang meraung berlebihan, sedangkan adiknya tertawa dengan memegang perutnya.
"Beliin gue pizza!! Kalau gak gue laporin lo ke komnas HAM!"
KAMU SEDANG MEMBACA
CERPEN
Short StoryKumpulan beberapa cerita..... LIST : ⬇️ 1. CERPEN : CITRA✔️ 2. CERPEN : ODIT✔️ 3. CERPEN : AURORA✔️ 4. CERPEN : FREYA✔️ 5. CERPEN : KALEA✔️ 6. CERPEN : UNA✔️ 7. CERPEN : SHARMA✔️ Copyright ©2021 NanasManis