CERPEN : KALEA

2.9K 386 83
                                    

Part 5
_____

"Shit, shit, shit, shit!!!"

Menaikkan kecepatan tangannya, Zian kembali menggosokkan tangannya di bawah sana. Ia berdesis-desis seraya mengumpat. Meski tangannya pegal, tapi ini harus segera dituntaskan.

"Aarrrggghhh!"

"Gak usah lebay!!"

Zian mendelik pada Mauri yang duduk di hadapannya. Adiknya itu sangat pelan menggosok voucher. Malah baru dua selesai yang dikerjakan Mauri.

Tangan Zian terasa panas karena terlalu lama menggosok voucher belanja milik Mommy.

"Gimana, udah selesai?" Mommy menghampiri mereka dengan mata berbinar.

"Udah Mommy!" seru Mauri kegirangan, hendak berbuat curang, tapi Zian tak akan membiarkan.

"Ngapain lo?!" Melotot pada adiknya itu yang balas melotot. Lalu ia menatap Mommy dan mengumpulkan voucher yang ia gosok tadi. Jumlahnya lumayan banyak. "Abang yang gosokin semua ini, Mom. Bagi sedikit, ya?"

Mommy memukul tangannya lalu mengambil semua voucher tersebut. Membuatnya melongo. Tangannya pegal karena menggosok terlalu banyak voucher itu, masa Mommy tidak memberikannya satu saja?

"Mom!"

"Minta di Daddy-mu!"

"Mommy, ini buat Adek, ya?" Mauri menunjuk tiga voucher di hadapannya. Memasang tampang semanis mungkin. Mommy mengangguk pelan kemudian melangkah pergi.

"Gak adil!!" seru Zian tak terima. Mauri segera mengamankan voucher miliknya dan berlari pergi.

Zian mendengus kesal, ia menggerakkan tangannya yang pegal. Kemudian berdiri. Memilih masuk ke dalam kamarnya.

Tatapan Zian tertuju pada tempat sampah. Segera ia mengunci kamarnya kemudian mencari kantongan. Menaruh semua sampah tersebut ke dalam kantongan.

Jangan sampai Mommy tau jika ia menggunakan banyak tisu.

Untuk menghilangkan jejak, ia segera turun dan ke halaman depan untuk membakar sampah tersebut. "Maafin Ayah ya, bukannya Ayah gak sayang sama kalian, tapi ini semua demi kebaikan kalian dan juga Ayah," ujarnya pelan seraya menaruh dada di depan dada. Memasang ekspresi sedih.

Usai membakar sampah tersebut, ia kembali masuk ke kamarnya dan menghempaskan tubuhnya di atas ranjang.

Saat teringat sesuatu, wajahnya memerah.

"Anjir!!" umpatnya kesal. Kesal pada dirinya sendiri. Segera meraih ponselnya dan menelepon Kalee. "Kal, gue butuh bantuan lo!"

Tidak berapa lama temannya itu datang dengan ekspresi bingung, ia menyuruh Kalee menutup pintu dan mengajaknya bicara serius.

"Lo mau ngomong apa sih?"

"Gue suka sama kakak lo!"

Kalee mengerjap pelan. Lalu mengangguk. Tapi kemudian berteriak. "Serius lo?!!"

Zian mengangguk mantap. Sudah lama ia merasakan hal tersebut, selalu ingin mengganggu wanita tersebut karena hanya ingin mencari perhatiannya.

"Gila! Gila!" seru Kalee lagi seraya berdiri dan merinding. Ia mengusap kedua lengannya. "Lo masih waras kan, Yan?"

"Masihlah! Maksud lo nanya kewarasan gue apa?!" Zian merasa tersinggung, matanya memicing menatap kesal Kalee.

"Lo suka sama Mas Kala. Gimana gue gak nanya kewarasan lo?! Pantas aja selama ini lo selalu nolak cewek yang mau deket lo dan lo gak pernah mau PDKT sama cewek manapun."

CERPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang