CERPEN : SHARMA

3.1K 380 39
                                    

Part 4
_____

Benja memarkir mobilnya di halaman sebuah rumah bergaya modern tropis. Banyak tanaman hijau di sekitar rumah tersebut sehingga menambah kesan tropis.

Menoleh menatap Remy yang terlelap. Sudah pasti anaknya itu lelah usai bermain dengan para sepupunya. Melepas sabuk pengaman dari badannya kemudian dari badan Remy. Keluar lebih dulu untuk membuka pintu, mengeluarkan Remy dari mobil, menggendongnya putranya tersebut.

Benja disambut Mama yang membuatnya tersenyum menatap wanita yang paling ia sayangi itu. Mama tersenyum cerah menatapnya, apalagi saat menatap cucunya. Tangannya terulur untuk mengusap rambut Remy. "Kayaknya capek banget."

"Di rumahnya Kak Nini, gak berhenti lari-larian bareng Dante sama Gavi." Mama tersenyum, menyuruhnya untuk segera masuk ke kamar.

Benja jarang menginap di rumah ini, tapi Mama tetap menyediakan kamar untuknya. Benja masuk ke kamar yang memiliki nuansa yang begitu homey. Membaringkan Remy di atas ranjang. Melepas sepatu dan juga kaos kaki dari kedua kaki anaknya itu. Lalu berdiri. Mendengus geli melihat wajah lelah Remy yang tercetak jelas. Matanya tak sepenuhnya rapat.

Mengingat perkataan Sharma, jika gaya tidur Remy sama seperti dirinya.

Hampir saja ia lupa. Merogoh saku celananya, mengeluarkan ponsel dan mengirim pesan pada Sharma jika ia membawa Remy ke rumah Mama. Kalau Mama meminta agar ia dan Remy menginap, ia akan menginap.

Sharma tentu tidak akan protes, apalagi seharian ini Sharma disibukkan dengan pekerjaannya.

Benja memutuskan untuk mandi. Setelah itu, ia mengecek ponselnya lagi dan menerima pesan dari Sharma. Sudah menduga, Sharma tak akan protes. Malah menyuruhnya untuk menginap dua malam karena Remy juga tak sekolah.

Setelah membalas pesan Sharma, ia memutuskan keluar dari kamar. Berpapasan dengan Om Arkana.

"Benja." Benja hanya tersenyum tipis pada Om Arkana. "Mamamu lagi masak di dapur."

Benja mengangguk.

Meski Om Arkana telah menikah dengan Mama, tapi tetap saja mereka tidak akrab.

"Mau nemenin Om minum teh di beranda samping?" Tawaran Om Arkana diangguki Benja. Mereka pun duduk santai di kursi seraya menikmati secangkir teh hangat. Menunggu datangnya malam. "Dari rumahnya Nini?"

"Iya Om."

"Ada Dante?"

"Ada." Benja yang sedari tadi tak menatap Om Arkana, mengalihkan tatapannya pada pria paruh baya tersebut. Raut wajahnya menunjukkan kerinduan. Benja tau jika Om Arkana merindukan cucunya dan tentunya putranya juga. "Ada Dayyan sama istrinya juga," sambungnya membuat Om Arkana menatapnya.

Sejak Om Arkana menikah dengan Mama tiga tahun lalu, hubungan Om Arkana dengan Dayyan meregang. Begitupun hubungannya dengan Dayyan. Dayyan yang selalu bersikap ramah padanya, berubah dingin.

Adapun sikap Dayyan yang kurang ajar pada Mama membuat Benja tak menyukai Dayyan.

"Sikapnya Dayyan ke kamu gimana?" tanya Om Arkana.

"Kayak biasanya." Om Arkana hanya mengangguk pelan. Lalu kembali melamum.

Benja mengetukkan jarinya di lengan kursi. Terdiam sejenak kemudian menatap lamat Om Arkana.

"Seharusnya Om Kana gak nikahin Mama."

Om Arkana kembali balas menatapnya, kini dengan kening mengkerut. "Kenapa kamu ngomong begitu?"

"Karena pernikahan kalian membuat hubungan Om Kana dan Dayyan meregang. Dayyan membenci Om, begitupun membenci Mama."

Om Arkana menghela nafas pelan. "Mendiang ibunya Dayyan ..."

CERPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang