*Prolog*

302 9 0
                                    



Happy Reading!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Happy Reading!!!

****

Sekitar dua belas tahun yang lalu.

Seorang gadis kecil dengan rambut di kepang dua sedang terduduk di lantai sembari menangis. Air mata gadis kecil itu tak henti berderai di saat anak laki laki dengan sengaja menginjak tangan kanannya. Sedangkan anak laki laki beserta ketiga temannya asik menertawakan nasib malang gadis kecil itu.

Tidak ada siapapun di dalam kelas kecuali Ziva dan keempat anak laki laki yang selalu mengganggunya. Semua murid sedang berada di kantin karena memang waktunya istirahat. Ziva hanya bisa pasrah dan menangis setiap kali anak anak nakal ini mengganggunya. Bahkan untuk mengangkat wajah saja, Ziva tidak mampu. Dirinya terlalu takut untuk membalas perlakuan anak nakal di depannya.

Entah karena apa keempat teman sekelasnya ini selalu saja menyakiti dirinya. Ziva pun juga tidak tahu. Tapi yang pasti gadis kecil itu tidak pernah sekalipun membuat masalah dengan Laskar-nama anak laki-laki yang dengan sengaja menambah kekuatan menginjaknya. Jika ia melaporkan perbuatan Laskar kepada gurunya pun, rasanya percuma. Anak nakal itu akan membalikkan fakta bahwa Ziva lah yang bersalah dan Laskar akan menjadi.

Bahkan hari itu di saat Laskar mengganggunya lagi, ayahnya juga sempat datang ke sekolah untuk menegur anak nakal itu. Namun nihil.

"Aww sakit. " Ziva meringis dengan air mata yang masih meluncur deras dari kedua matanya.

"Hahaha, rasain kamu sakit kan?. Makanya jangan ngaduan. " Cibir Laskar sembari tertawa bersama teman temannya.

"Berhenti!. " Suara lantang penuh ketegasan itu membuat Laskar dan teman temannya menoleh ke sumber suara. Di sana mereka bisa melihat seorang anak laki laki berdiri di ambang pintu kelas. Menatap tajam keempat anak nakal itu.

Dia, Aksara Shaka Marvelion. Seorang murid baru kelas tiga SD, teman sekelas Laskar dan Ziva.

"Jangan ganggu dia!. " Ucapnya lagi sembari mendorong pelan kaki Laskar dari tangan Ziva. Aksara membantu gadis kecil itu berdiri dan menyuruhnya untuk duduk di salah satu bangku barisan depan.

"Heh anak baru, kenapa kamu selalu ikut campur?!." Laskar mendelik tajam ke arah Aksara. Tanda tak suka dengan orang yang baru saja mengganggu kesenangannya.

"Kamu nggak liat dia udah nangis? Kenapa kamu ganggu dia terus?. " Tanya Aksara dengan nada jengkel. Ia benar benar sudah jengah dengan perlakuan Laskar dan ketiga temannya. Baru tiga minggu ia pindah dan selama tiga minggu itu pula ia melihat Laskar dan ketiga temannya terus mengganggu Ziva.

"Terus kenapa kalo dia nangis? Biarin aja, diakan emang cengeng. Ngaduan pula. Dasar lemah!. "

"Terserah. Mending sekarang kamu pergi. Jangan gangguin Ziva lagi. Atau aku aduin ke Bu guru?. " Ucap Aksara sungguh sungguh. Membuat Laskar dan ketiga temannya menatap nyalang Aksara dan Ziva yang masih menunduk menangis.

AKSARAZIVA (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang