Happy Reading*
*
*
*****
"Ironisnya, keluarga yang seharusnya dijadikan tempat untuk pulang, malah menjadi tempat yang paling asing untuk dipijak. Hanya karena sebuah ego, mampu menghancurkan segalanya."—Aksara Shaka
"Manusia di ciptakan supaya berguna, bukan untuk terlihat sempurna. Di dunia ini yang sempurna hanyalah satu yaitu, Sang Pencipta. "—Ziva Zeelvira Zanastha
****
Hari ini adalah hari dimana Aksara kembali bersekolah. Ya, cowok itu sudah kembali pulih. Luka di kedua sikunya sudah mengering. Kakinya juga sudah merasa lebih baik dari kemarin. Aksara sudah tidak sabar lagi untuk bertemu dengan sahabatnya. Meski ia harus pasang badan jika Ziva akan marah nantinya. Semoga saja ia nanti akan baik baik saja.
Setelah memikirkan jawaban yang matang untuk pertanyaan pertanyaan Ziva yang mungkin nanti menyerang nya layaknya wartawan. Aksara berjalan mendekati pintu kamarnya, berniat keluar. Semalam, ia meminta Andhika untuk menjemputnya di apartemen. Mengingat bahwa motor besarnya masih berada di bengkel. Dan satu lagi, Aksara tidak setega itu untuk meninggalkan motor kesayangannya teronggok mengenaskan di pinggir jalan. Maka, malam dimana ia di bawa ke rumah sakit, Aksara meminta Pak Haris—bodyguard kepercayaannya— untuk mengurusnya.
Baru saja Aksara membuka pintu kamarnya, terdapat Pak Haris yang berdiri di sana dengan tangan mengepal di udara. Hal itu membuat Aksara sedikit tersentak. "Maaf, Tuan—"
"Panggilnya jangan Tuan, Pak. Keliatan kalo tua banget. Saya masih muda kali. Panggilnya langsung nama, kalo enggak Den aja. Biar samaan sama Bi Una. " Tukas Aksara yang di akhiri dengan senyuman kecil.
Pak Haris yang mendengarnya tersenyum. Inilah yang ia sukai dari anak majikannya itu. Sangat sopan dan baik hati. Anak itu tak pernah berbicara keras atau pun berlaku kasar pada bodyguard dan juga maid di sini. "Baik, Den Aksa. "
Aksara mengangguk. "Jadi, ada apa Pak Haris ada di depan kamar saya? " Tanya Aksara.
"Oh iya, Tuan Arron ingin bertemu dengan, Den Aksa. Beliau meminta Den Aksara ke rumah sebelah. " Jawab Pak Haris memberitahu maksudnya.
Aksara mengangguk dengan senyum ramah. "Iya, Pak. Saya ke sana sekarang. " Aksara menutup pintu kamar. Setelah berpamitan kepada Pak Haris, cowok itu berjalan menuruni tangga rumah menuju ke rumah Arron.
Saat sampai di depan pintu utama, Aksara berpapasan dengan Andhika. "Wuisssss! Seger amat tuh muka lo. " Kekeh Andhika.
Aksara memutar kedua bola mata malas. "Lo kira tiga hari di apartemen tanpa keluar nggak ngebosenin? "
"Punya bosen juga lo ternyata. Salah lo, siapa suruh sembunyi segala. Derita lo. " Andhika melipat kedua tangan di depan dada sembari bertumpu pada pintu rumahnya.
"Terserah lo. " Aksara menatap sebal Andhika. Kemudian berbalik badan melihat rumah lantai dua di seberang jalan sana. "Zee, udah berangkat ya? " Tanyanya pada Andhika.
"Udah tadi, di anter sama Bang Zero. Kenapa? "
Aksara memiringkan kepalanya ke arah Andhika. "Nggak papa. Cuma nanya. "
Andhika mengerutkan keningnya. "Bentar, lo... Belum kasih tau Ziva kalo lo masuk hari ini? "
Aksara menggeleng. "Belum."
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARAZIVA (ON GOING)
Teen Fiction*#FOLLOW SEBELUM MEMBACA#* Spionase... Galaxy.... Saturnus.... Tentang Dia.... Yang mencoba mencari sebuah kata bahagia. Tentang Seseorang.... Yang tak tau dimana keberadaannya. Alur hidup yang selalu dipaksa untuk sempurna. Masalah yang selalu d...