Happy Reading
*
*
*
****
Jangan pernah memaksakan dirimu untuk menjadi sempurna, tapi carilah tempat dimana kekurangan mu bisa di terima
****
BRAK
Motor milik Aksara menabrak pohon di samping trotoar jalan. Aksara meringis kesakitan di saat kakinya tertimpa badan motor. Kedua sikut nya yang di balut jaket hitamnya robek dan berdarah. Perlahan Aksara mengangkat motornya dan menarik kakinya keluar. Setelah berhasil, cowok itu bersandar di bawah pohon sembari melepas helm fullface nya. Nafasnya naik turun dengan degup jantung berdetak kencang. Aksara masih shock dengan kejadian beberapa menit yang lalu. Menit dimana dirinya di ambang kematian. Jika sedetik saja dirinya tidak membelokkan stang motornya—secara mendadak— mungkin dirinya sudah di pastikan berada di ICU sekarang.
Dan juga seseorang yang dengan sengaja menendang badan motornya untuk menyadarkan dirinya. Aksara tidak akan tahu jika di depannya ada sebuah truk melaju ke arahnya. Aksara berhutang nyawa pada sosok itu. Orang dengan motor CBR hitamnya juga ikut terjatuh karenanya. Orang itu ada di seberangnya. Dia adalah Raven Pallawa Dikta, sahabatnya.
"GOBLOKKK!!! LO MAU NANTANG MAUT, HAH? LO MAU BUNUH DIRI SA? " Raven menyeberang menghampiri Aksara dengan perasaan marah dan takut.
Aksara hanya diam sembari menetralkan deru nafasnya.
"GILA LO!! Di depan lo truk muatan 40 ton, Sa. Lo bisa mati! Punya otak kan lo?! " Seru Raven yang duduk di samping Aksara. Cowok itu tidak apa apa, hanya saja tangan kirinya sedikit tergores aspal. Itupun tidak separah Aksara.
"Tenang, Rav, "
"Gimana bisa gue tenang goblok?! Lo nyaris ketabrak, bego! Untung gue liat lo tadi, kalo nggak udah sekarat lo sekarang. " Raven masih sangat emosi atas kejadian tadi. Wajar saja jika Raven berbicara kasar terhadap Aksara. Sahabat mana yang tidak khawatir jika ada di posisi Raven sekarang? Apalagi truk muatan 40 ton nyaris menabrak sahabatnya di depan mata kepalanya sendiri.
Aksara yang mendengar makian dari sahabatnya yang emosian tersenyum tipis. Raven memang orang yang tempramental, mudah marah, dan emosian. Berbanding balik dengan Skala yang memiliki kesabaran yang sangat luas. Tapi, Aksara tahu di balik sifatnya yang begitu, Raven tengah mengkhawatirkan dirinya.
"Gue nggak kenapa napa. Santai aja! Masih kaget aja tadi. Lo gimana? Lo nggak papa kan? Lo juga jatoh tadi, Rav "
Raven melirik sinis Aksara di sampingnya. "Dengan keadaan lo yang begini, lo masih tanya gimana keadaan gue? Luka gue sama lo itu parahan lo! Gue cuma sedikit kegores aspal. Sedangkan lo? " Berhenti sejenak memperhatikan luka Aksara. "Kedua sikut lo luka sampek berdarah, Sa. Kaki lo tadi juga ketindih sama motor lo. Untung aja lo pake helm. Kalo enggak gue yakin tuh kepala lo bocor! Kalo aja Ziva sampek tau—"
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARAZIVA (ON GOING)
Teen Fiction*#FOLLOW SEBELUM MEMBACA#* Spionase... Galaxy.... Saturnus.... Tentang Dia.... Yang mencoba mencari sebuah kata bahagia. Tentang Seseorang.... Yang tak tau dimana keberadaannya. Alur hidup yang selalu dipaksa untuk sempurna. Masalah yang selalu d...