Happy Reading
*
*
*
****
"Kamu tau? Satu kata yang mampu membuatku merasa tidak berguna untuk hidup adalah kehilanganmu. "—Ziva Zeelvira Zanastha—
****
"Manusia yang paling nggak tau diri itu, orang yang udah berkali-kali di tolong tapi masih bisa anggap kita musuh. "
—Andhika untuk Laskar—
****
Pukul sebelas malam Ziva terbangun dari tidur nyenyaknya. Gadis itu keluar dari kamar untuk mengambil air mineral di dapur. Tak lupa tangan yang memegang ponselnya. Sebenarnya, Ziva sedikit parno. Menuruni tangga kamarnya yang panjang membuatnya malas. Di tambang lagi ruangan yang terlihat gelap dan sunyi. Hanya beberapa lampu yang di hidupkan. Tapi, tetap saja ia sedikit takut mengenai ucapan Zero waktu lalu yang mejahilinya. Meski bercanda, tetap saja membuat jantungnya berdegup kencang. Apalagi sekarang tengah hujan.
Saat Ziva kembali lagi ke kamarnya, ponselnya berdenting pertanda pesan baru masuk. Ia mengernyit, lalu matanya beralih melihat jam dinding kamarnya. Jam sebelas lewat lima menit. Siapa yang menghubunginya malam-malam begini? Ziva mengangkat bahu acuh. Mencoba mengabaikan. Mungkin itu hanya pesan biasa yang di kirim di grup kelas. Terkadang teman satu kelasnya itu mengirim pesan gabut di grup tengah malam begini. Itu juga menjadi hal yang biasa menurutnya. Jadi, Ziva kembali meletakkan ponsel di nakas kemudian naik ke kasur empuknya untuk melanjutkan tidurnya.
Ting
Dentingan ponselnya membuat Ziva mengurungkan niat. Ziva mendudukkan diri. Ia menghela nafas gusar.
"Siapa sih? Nggak tau apa udah malem? Ganggu aja deh. " Gerutunya kesal karena terganggu. Buru-buru, Ziva mengambil ponselnya dan mengecek siapa pengganggu yang mengirimkan pesan tengah malam begini.
Kedua mata Ziva yang mulanya terlihat sayu menahan kantuk, kini kedua matanya melotot sempurna. Bahkan rasa kantuk yang ia rasakan hilang begitu saja setelah melihat nama yang letaknya paling atas. Ziva mengucek kedua matanya untuk melihat apakah ia melantur atau tidak. Mengerjap beberapa kali. Tapi, nama yang tertera di sana sama sekali tidak salah. Ini benar, dan Ziva dibuat tercengang membaca namanya kembali.
"Kenapa dia ngechat gue? Otaknya konslet atau gimana? " Monolog Ziva masih belum percaya.
"Buka nggak ya? Nggak deh. Tapi nanti kalo penting gimana? " Ziva kembali menimang keputusan nya. Harusnya, Ziva tidak perlu bersusah payah untuk melihatnya. Toh, orang yang mengirimkan pesan itu pasti tidak ada tujuan. Pasti juga tidak penting.
"Buka aja deh. " Hendak membuka, namun tangannya terhenti saat nomor itu kembali mengetik sesuatu. Ziva terdiam sejenak dan menunggu. Hingga akhirnya Ziva mengerutkan keningnya saat Laskar menyebut nama Aksara dalam room chat nya. Alhasil, membuat Ziva segera membukanya.
Deg.
Detak jantung Ziva rasanya seperti berhenti saat kedua matanya melihat sebuah foto yang di kirim oleh Laskar. Ziva tertegun. Tenggorokannya tercekat. Gadis itu seketika diam tak berkutik. Kedua matanya memanas. Jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Seluruh tubuhnya tiba-tiba melemas. Kedua tangannya pun bergetar hebat. Rasanya Ziva ingin menangis keras sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARAZIVA (ON GOING)
Teen Fiction*#FOLLOW SEBELUM MEMBACA#* Spionase... Galaxy.... Saturnus.... Tentang Dia.... Yang mencoba mencari sebuah kata bahagia. Tentang Seseorang.... Yang tak tau dimana keberadaannya. Alur hidup yang selalu dipaksa untuk sempurna. Masalah yang selalu d...