Happy Reading*
*
*
****
Diantara salah satu musibah terbesar adalah kamu jatuh cinta, akan tetapi orang itu tidak cinta padamu.—Athlas Fernandez Adijaksa—
****
"Lo tau nggak sih? " Ucap Vanna yang memulai acara menggibahnya. Cewek dengan bandana biru itu berada di meja kantin bersama Ziva dan Abel.
"Mulai." Bukannya menjawab, Abel malah menyindir kebiasaan temannya yang satu ini.
"Belum. Lo kan belum cerita. " Jawab Ziva memang benar adanya.
Vanna menyengir. "Iya juga sih, tapi—" Ucapan Vanna terhenti kala matanya tak sengaja melihat ke arah Nezza dan Ara yang sepertinya sedang mencari meja kosong. Kebetulan, di mejanya masih ada untuk dua orang. Maka, dengan hati nurani yang terdalam, Vanna memanggilnya untuk bergabung.
"NEZZA, ARA, SINI! " Teriaknya yang membuat seluruh pasang mata menatap nya. Termasuk Nezza dan Ara yang tiba-tiba gugup karena diperhatikan.
Seolah mengerti dengan lambaian tangan Vanna, keduanya pun berjalan menghampiri.
"Suara lo, Van. Gila! Budeg lama-lama kuping gue! " Gerutu Ziva sembari mengusap usap telinganya.
Vanna terkekeh. "Ya elah, ini belum seberapa, Zee. Lo pengen denger yang lebih tinggi daripada ini? "
"Nggak! Makasih. " Tolak Ziva mentah-mentah.
"Kenapa, Van? " Tanya Nezza.
"Duduk aja sini. Lo sama Ara lagi cari tempat duduk kan? " Tanya Vanna yang mendapat anggukan dari keduanya. "Ya udah sini aja, sama kita. Masih kosong tuh. Pas buat lo berdua. "
"Emang nggak papa? " Tanya Ara.
"Ya nggak papa lah. Santai aja kalo sama kita. " Ziva menimpali.
"Kek sama siapa aja lo, Ra. Kita kan pernah sekelas. " Vanna terkekeh mengingat mereka berlima pernah satu kelas tahun lalu. Hanya saja mereka dulu, sekedar tahu nama.
"Iya juga ya. " Ara tertawa kecil.
"Oh iya, betewe lo kan ikut Olimpiade nih, Za. Lo kenal Shaga kan pasti. " Tanya Vanna.
Nezza yang sedang memainkan sedotannya mengangguk. "Iya, emang kenapa, Van? "
"Lo nggak ngerasa janggal gitu? Masa iya dia udah ikut Olimpiade aja. Baru tiga minggu nggak sih dia di Exa? "
"Emang kenapa? Kan dia emang pinter, jadi wajar dong. " Ziva memberikan pendapat.
"Awalnya sih iya. Tapi setelah liat kemampuan dia, jadi biasa aja. Shaga emang pinter kok orangnya. Apalagi pas kemaren bimbel, skor dia paling tinggi daripada Andhika. " Jelas Nezza membuat Ara mengangguk.
"Iya anjir. Lo pada bayangin aja, Andhika yang notabene nya juara satu paralel di kalahin sama tuh cowok. Gue jadi punya firasat kalo si Shaga bakal bisa jadi yang pertama. " Seloroh Ara membuat ketiga temannya saling pandang. Ara itu sama seperti Vanna. Mudah bergaul dan ceria. Bedanya, Vanna terlalu heboh, jika Ara stay kalem.
"Kalo iya, terus kenapa dia nggak dimasukkin satu kelas sama, Dhika? Kenapa harus satu kelas sama kita yang pas-pasan? Aneh! " Ucap Abel.
Nezza mengangkat kedua baju. "Nggak tau. "
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARAZIVA (ON GOING)
Teen Fiction*#FOLLOW SEBELUM MEMBACA#* Spionase... Galaxy.... Saturnus.... Tentang Dia.... Yang mencoba mencari sebuah kata bahagia. Tentang Seseorang.... Yang tak tau dimana keberadaannya. Alur hidup yang selalu dipaksa untuk sempurna. Masalah yang selalu d...