32. Sebuah Pilihan

65 3 0
                                    


Happy Reading!!!

*

*

*

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Apa yang akan datang, mungkin lebih baik dari apa yang telah hilang. "

—Arion Diaksa

***

Tentang masa lalu. Tentang dia yang tidak akan kembali pada pelukanmu. Kecuali, takdir yang mungkin membawanya berjalan kembali untuk bersamamu. Tapi, masa lalu yang seperti apa? Yang pergi, yang masih menapaki bumi, bisa saja kembali. Tapi, yang sudah hilang dari bumi? Itu tidak mungkin. Yang ada hanya lembaran kenangan. Tidak dengan orangnya.

Arion terlalu berharap pada semesta. Berharap, agar Reya nya kembali ke pelukannya. Hingga membuat kedua matanya tertutup dengan keadaannya sekarang. Semua sudah berubah. Berakhir dengan cerita yang menyesakkan. Reya pergi darinya tanpa kembali.

Arion hanya tidak bisa menerima. Semesta terlalu jahat untuknya. Setelah dunianya direnggut, fisik dan batinnya di ambil alih, dan sekarang wanita yang sangat ia cintai juga meninggalkannya sendiri. Tidak ada yang salah. Yang benar pun juga sama. Semua yang Arion jalani sudah terealisasikan dari Pencipta-Nya.

Manusia hanya tinggal menerima takdirnya. Tidak seharusnya protes dengan alur kehidupan masing-masing. Tuhan, sudah memberikan kenikmatannya sendiri. Meski merasa kedua bahunya tidak sekuat baja, jiwanya harus tetap hidup. Berjalan kembali seperti sebelumnya.

Tuhan saja percaya jika bahumu kuat untuk menampung berbagai jenis luka, lantas apa yang kamu ragukan dalam dirimu?

Pria itu teringat. Dulu, saat Reya masih ada disampingnya, wanita itu selalu memberikan ultimatum tentang kehidupan. Bahwa, segala sesuatu yang Arion miliki sekarang, mungkin saja bisa hilang dari genggamannya. Siap, tidak siap. Mau, tidak mau. Suka ataupun tidak, semua tidak bersifat abadi ditangan manusia. Dan jika itu sampai terjadi, Reya pernah berkata,

"Jangan pernah menyalahkan Tuhan atas apa yang menimpamu. Suka ataupun duka, manusia tidak berhak memaki kepada yang menciptakan-Nya. "

Benar. Sejatinya, manusia itu ibarat sebuah boneka, yang digerakkan oleh penciptanya. Dan boneka itu hanya perlu berjalan lurus sampai pada takdir yang telah ditentukan.

"Maaf.... harusnya saya tidak membawamu masuk ke dalam duniaku. Saya hancur, Reya.... saya tidak bisa... " Lirihnya pilu. Sekeras apapun sikap Arion. Seburuk apapun perilakunya, Arion tetaplah manusia yang membutuhkan bantuan saat dirinya terjatuh.

AKSARAZIVA (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang