*#FOLLOW SEBELUM MEMBACA#*
Spionase...
Galaxy....
Saturnus....
Tentang Dia.... Yang mencoba mencari sebuah kata bahagia. Tentang Seseorang.... Yang tak tau dimana keberadaannya. Alur hidup yang selalu dipaksa untuk sempurna. Masalah yang selalu d...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
****
"Ketika hidup punya ribuan alasan untuk menangis, Kamu harus punya satu alasan untuk tersenyum. "
—Aksara Shaka—
****
"Manusia adalah monster yang sesungguhnya dalam hal balas dendam. "
—Ankara Shaga—
****
Bel pulang sekolah baru saja berbunyi. Dengan segera, Aksara turun dari rooftop menuju kelas Ziva. Meninggalkan Andhika yang masih tertidur pulas di sofanya tadi. Setelah bergulat dengan pikirannya tentang Reya, Aksara berniat ingin mengunjungi makam Reya. Tapi, sebelum itu ia akan meluruskan masalahnya dengan Ziva dan mengajak sahabatnya itu.
Aksara memperlambat langkah kakinya, kala kedua matanya melihat dua orang lawan jenis yang tengah berbicara. Posisinya, didepan kelas Ziva. Tangan kanannya membenarkan letak tas yang ia tenteng di bahu kanannya. Sedangkan tangan kiri, ia masukkan ke saku celana seragamnya. Kedua matanya menatap datar dua orang yang sekarang malah tertawa bersama. Menyebalkan memang!
"Zee." Panggil Aksara saat sudah berdiri di samping Ziva yang berduaan dengan Shaga. Membuat keduanya menoleh bersamaan.
Detik itu juga, Ziva merubah ekspresi nya datar. Tak menyahuti panggilan Aksara.
"Aksara? Lo... bolos, ya? " Tanya Shaga. Pasalnya, Aksara harusnya keluar dari kelas IPA 2. Tapi, ia malah melihat Aksara yang muncul dari arah berlawanan.
Aksara menatap Shaga datar. "Bukan urusan lo. Mending lo cabut. Gue mau ngomong berdua sama dia. " Ucapnya sembari memberi kode lewat kedua matanya.
Shaga dibuat kikuk sendiri. Tatapan yang diberikan Aksara sangat membuatnya terintimidasi. "Oh, ya silahkan. Ya udah kalo gitu gue cabut dulu, Zee. Duluan, Sa. " Pamitnya pada Aksara dan Ziva berlalu begitu saja tanpa menunggu jawaban keduanya. Ia ingin cepat-cepat pergi sebelum Aksara memakannya hidup-hidup.
Sedangkan Ziva memberengut sebal saat Shaga pergi begitu saja tanpa menunggunya. Bangke emang!
"Pulang bareng gue! Nggak ada penolakan! " Ucap Aksara terdengar memerintah di pendengaran Ziva.
