39. Broken

31 2 3
                                    


Happy Reading!!!

*

*

*

****

****

"Bukankah terlihat sangat menyedihkan ketika bahkan keluargamu sendiri tidak tahu keadaan mu? "

—Aksara Shaka—

****


Orang tua mana yang tega melukai anaknya sendiri dengan melempar vas bunga hingga membuat dahinya berdarah? Jawabannya adalah Arion. Pria dengan setelan jas itu benar-benar terlihat murka. Dadanya naik turun karena emosi yang meluap-luap. Kedua bola matanya menatap nyalang kedua putranya yang berada di hadapannya. Pria itu sama sekali tidak menyesali perbuatannya saat melihat Aksara yang berdiri limbung karena hantaman vas bunga mendarat tepat di dahinya. Kedua kakinya bahkan tak bisa seimbang untuk menopang tubuhnya.

Arion menatap datar. Itu bukan salahnya. Jika saja Aksara tidak mendorong Andhika untuk menghindari vas bunga itu, maka dahi putranya tidak akan berdarah. Niat awalnya ingin melemparnya ke Andhika, tapi Aksara yang malah terkena. Hanya untuk melindungi anak sulung dari adiknya. Padahal, orang yang Aksara lindungi adalah sumber dari segala masalah yang ia dapat. Arion tak habis pikir dengan Aksara. Bagaimana bisa putranya itu masih berbuat baik pada Andhika?

Andhika yang melihat Aksara nyaris jatuh beringsut maju. "SA?!! OM UDAH GILA YA?! " Kedua matanya menatap nyalang Arion yang berdiri diam di tempat nya. Tanpa rasa bersalah.

"Tidak usah ikut campur, Andhika! Pergi dari rumah saya sekarang!! " Gertak Arion tanda tak bisa di bantah.

"Om bener bener udah nggak waras!! Dhika nggak akan pergi kalo nggak sama Aksara. "Sanggahnya sungguh-sungguh. Ia tidak akan bersikap bodoh karena meninggalkan Aksara bersama Om gilanya itu. "Sa, kita pergi—"

Arion yang melihat Andhika begitu berani mengeraskan rahangnya. Anak itu memang mirip sekali dengan Arron. Selalu ikut campur urusannya. "Berani kamu membawa pergi saudara kesayanganmu itu, jangan salahkan saya jika hukumannya nanti bertambah semakin berat, Andhika! Kamu lupa peraturan keluargamu? "

Andhika terdiam. Kedua tangannya masih membopong tubuh Aksara yang masih diam tanpa mengeluarkan suara ataupun pembelaan sedari tadi. Seolah Aksara menerima dengan senang hati atas ucapan Arion tadi.

Melihat keponakannya hanya diam, Arion tersenyum miring. "Harusnya sebelum kamu membela dan melindungi saudara kesayangan mu itu, lihat dirimu sendiri. Selama ini siapa yang membuat orang yang kamu anggap saudara, menderita seperti ini, Dhika? " Tutur Arion memutar kesalahan nya pada Andhika.

AKSARAZIVA (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang