14

6.9K 1.5K 674
                                    

Mustahil bagi mereka untuk mengingat dengan jelas jalan pulang. Selain berpegang teguh pada kain yang di ikatkan pada ranting di persimpangan, mereka tidak punya apa apa lagi. Kanan kiri tampak sama seperti tak bergerak kemanapun juga. Menghabiskan waktu berjam-jam tanpa kejelasan, yang tersisa hanya separuh sinar matahari sebelum datangnya malam.


"Gak ke kejar bis nya, udah jam segini." ucap Haje menunjukkan jam tangannya pada Malik.

"Jadi mau dilanjut atau istirahat?" tanya Haje sambil mengelap keringatnya dengan handuk kecil. Malik menoleh kebelakang, semua sudah dalam posisi rukuk dengan napas tersengal karena lelah.

"Gak apa kalau kita bermalam disini lagi?" tutur Malik.

°°°

"Yiren udah bisa tidur?" tanya Malik pada Karina didepan tenda dengan penerangan sebatas rembulan di langit gulita. Karina mengangguk, menyibak pintu tenda bermaksud memberi celah agar keduanya bisa memastikan dengan kedua mata kepala sendiri.

"Syukurlah," gumam pemuda itu. "Kalau butuh apa apa lagi, kami ada di depan. Selamat istirahat Karin, good night!" ucap Malik sebelum beranjak pergi dari tenda Karina. Surya dan Haje yang berada di sisi Malik pun mengekori pergi. Namun sebuah tangan dengan jemari dingin menahan pergelangan tangan Surya.

"Bisa ngomong sebentar?" kedua bola mata Surya menatap tangannya lebih dulu lalu membidik manik mata Karina dengan tatapan bingung.

Ia melengos, memperhatikan kedua punggung Malik dan Haje yang telah meninggalkannya, "Sebentar aja..."
















"Logistik kelompok kita, besok pagi adalah yang terakhir. Tapi semoga aja, gak nyampe siang pun kita udah nyampe." ujar Lia ditengah saut sautan orang berbincang malam. Yang mana kemudian sunyi setelah Lia menghabiskan kalimatnya.

"Kalau belum sampe juga, gimana?" ucap Haekal yang mendapat senggolan dari Jeno. "Antisipasi bre....antisipasi," ujarnya.

"Ya apalagi? Kita makan apa yang ada disini."

"Emang enak ya?" cicit Windu yang mendapat timpalan dari Nalen. "Kalau kelaperan, lo gak akan lagi ngurusin mana yang enak mana yang enggak, Win."

"Yaudah, gak usah berpikir terlalu jauh. Palingan besok pagi kita juga udah-"

"Lagi pada ngomongin apa?" tiba tiba suara datang dari belakang mereka. Semua menoleh dengan serempak dan tersontak kaget karena Haje mengarahkan lampu senter tepat di bawah wajahnya. Terutama yang perempuan.

"KAK!!!" Haje tersenyum saat yang lainnya memelas terkejut.

"Chill chill, peregangan. Kaku amat sih," ujar Malik yang bersekongkol dengan Haje.

"Jantungan aku kak..." ucap Maudy sambil mengelus dadanya.

"Hehehe maaf ya," ujar Haje namun kemudian kembali menyalakan senternya seperti yang ia lakukan tadi. Dan mendapat cubitan di pinggang dari Lia. "Dibilangin ih!"

"Adah adah! Maaf maaf gak diulangin!" mohon Haje agar cubitan nya di hentikan.

"Ini masih pada belum ngantuk?" tanya Malik.

"Belum, overthinking nih!" jawab Windu.

"Mikirin apa sih lu bocil," gumam Nalen yang masih bisa di dengar oleh Windu.

"Yang pasti bukan mikirin lo lah! Najong!"

"Siapa juga-"

"Lahaula walakuwata, terusin brantemnya, terusin!" kesal Ekal.

SerenadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang