21

8.2K 1.8K 407
                                    

“MAS!” Han terkejut setengah mati saat melihat Jeno yang berada di sebelahnya melotot tidak bergerak.

Diguncang guncang tubuh besar itu sambil berulang kali mengucap istighfar hingga akhirnya Jeno berhasil disadarkan. Pemuda yang terbaring itu lekas duduk dan menarik napasnya panjang hingga menyesakkan paru-paru nya.

Astaghfirullahalazim, mas kenapa mas?” tanya Han panik. Mana ia juga baru bangun. Mendapati orang di sampingnya bukan Mahes melainkan Jeno. Lalu kondisi Jeno pagi ini begitu mengejutkan, Han beneran hampir kena serangan jantung.

Nyong panggilin yang lain dulu ya...” tutur Farhan hendak pergi namun lengannya ditahan, “Gak usah. Gue gapapa.”

°°°

“Lo ngapain?” tegur Yiren saat melihat Haje bermain main di rerumputan.

Pemuda itu menoleh, “Nangkep belalang.”

Yiren membulatkan mulutnya dan memerhatikannya dari belakang saja. Sedangkan Haje meneruskan pekerjaannya hingga akhirnya ia mendapatkan cukup banyak belalang. Tidak sia-sia ia bagun sepagi ini, saat cuaca masih dingin, belalang jadi mudah untuk di tangkap.

“Lo kok udah bangun? Karin mana?”

“Masih tidur, katanya masih ngantuk banget,” ujarnya, “Terus hasil diskusinya gimana? Sorry ya kemarin gue gak enak badan jadi tidur duluan.” lanjutnya.

“Nanti bakalan di omongin pas makan. Kemarin juga gak semuanya ikut. Santai aja sih, yang terpenting kan kondisi lo. Jangan sampe sakit, Yi!” ucap Haje, “Yuk, balik ke tenda!” Yiren mengangguk dan berjalan di samping rekannya memerhatikan belalang di dalam botol plastik. Haje pun menyadari akan hal itu, “Udah pernah makan belalang?”

Yiren menggeleng.

“Ntar cobain ya, katanya bagus buat ibu hamil.”

Pemudi itu sedikit menunduk setelah mendengarnya. Ia mengelus perutnya sebentar, rasanya keras dan kian membesar setiap harinya.

“Tau dari mana?” tanyanya.

“Dari mba Chaay.”

“Dia kayaknya tau semua tentang ibu hamil ya.”

“Karena dia anak kebidanan, Yi,” jawab Haje memberi senyum miringnya.

Pemudi itu menganga, “Aaa, pantes...”

“Oy bang! Dapet banyak?” ujar Haje pada Malik dan Surya yang baru kembali dalam pencarian bambu subuh ini. “Lo tunggu di tenda aja biar anget. Nanti kalo makanan sama airnya udah jadi, gue panggil,” ucapnya pada Yiren.

“E-eh ikut!” tutur Yiren berusaha mengejar langkah pemuda itu meski ia tidak bisa cepat cepat.

Sedangkan di pusat lahan, 2 buah bambu telah tergeletak. Disusul oleh Nalen dan Chaaya yang datang dari tenda membawa jerigen kosong untuk di isikan air. Malik memotong bambu tersebut dengan parangnya dan Surya membantu agar air jatuh tepat di lubang jerigen. Air mulai mengalir dari ruas ruas bambu. Sepertinya akan cukup untuk memberikan rekan rekannya yang sudah tidak minum sejak kemarin malam.

“Di bambu, ada air?” tanya Yiren saat sudah tiba di pusat lahan. Haje mengangguk, “Hampir semua tanaman juga punya air.”

SerenadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang