16

6.7K 1.3K 370
                                    

"Kenapa mesti gak bisa?"

"Karena kita bawa orang hamil!" Semua diam bertanya tanya. Sedangkan lidah pemudi yang tak sengaja mengucapkan rahasia berujung kelu.

Yiren menjatuhkan tasnya ketanah, memisahkan diri dari kerumunan tak bertujuan. Ia sempat bertukar tatap dengan Lia dengan tatapan penuh amarah. Ia sedikit kecewa, atau bahkan sangat kecewa Lia tidak menepati janjinya untuk menjaga rahasia ini. Menjaga aib ini, sehingga kini ia menanggung malu.

Pemuda berambut gondrong itu mengejar langkah sang pemudi. Membuatnya terbujuk agar lekas kembali. Sedang yang lain, yang belum tau tentang kabar ini masih bertanya tanya padahal apa yang baru saja terjadi di depan mata cukup untuk menjelaskan.

Lia menyibak rambutnya frustasi. Malik mengambil alih pembicaraan, giliran ia yang bersuara.

"Oke sekarang kesepakatannya mau bagaimana? Lo tetep mau coba susurin sungai?" tanya Malik pada Nalen. Pemuda bernama Nalendra itu mengangguk dengan yakin.

"Kalau gak berhasil?" tanya Malik.

"Gue akan balik lagi kesini...ya, gue akan tunggu kalian disini."

"Oke, begitu juga sebaliknya. Sepakat?"

"Sepakat!" jawab Ekal.

Tak berselang lama setelah kesepakatan itu, Haje berhasil membawa Yiren kembali. Meski saat datang, mata keduanya itu sembab, mungkin habis menangis bersama.

"Jadi, hasilnya gimana?" tanya Haje.

"Kita akan mencar, lo mau ikut siapa?"

Kemudian Ekal berbisik pada Haje, "Tim kita lewat dalem aja, jalurnya gak se-ekstrem lewat sungai. Pikirin tentang Yiren." Haje mengangguk paham.

"Tim gua lewat dalem, kalian semua boleh lewat sungai kalau mau." ujar Haje untuk mengonfirmasi kelompoknya. "Gue akan bawa Karina, Yiren, Ekal, Jeno. Siapa lagi yang mau ikut kami?"

Lia mengangkat tangannya, "Aku!" Jeno melotot, bahkan yang lainnya juga.

"Hah, lo yakin?" tanya Ekal.

"Lia, mending aku yang pindah ke kelompok kamu." bujuk Jeno. Pemudi itu menggeleng. Bukan tak percaya dengan Nalen, rasa khawatir nya pada Yiren lebih besar dari pada rasa takutnya menghilang di tempat ini.

"Aku mau jagain Yiren, Jen."

Kemudian Mahes mengangkat tangannya dan juga tangan Maudy secara paksa. Ia tau situasinya tidak akan baik jika Lia dan Karin di satukan, terlebih ada Jeno di dalamnya.

Maudy memaksa tangannya agar terlepas dari genggaman Mahes, namun pemuda itu sudah memberinya kode lewat mata untuk menuruti perkataannya.

"Biar aku sama Maudy yang masuk kelompok mas Haje."

"Nah iya, Mahes aja yang masuk sana. Dia a-anak kedokteran, kamu gak perlu khawatir lagi Yiren kenapa kenapa karena dia ahli banget." Jeno masih membujuk kekasihnya.

"Ada Maudy juga, dia bisa apa aja." celetuk Surya mengompori karena ia sepaham dengan Jeno.

Kemudian Jia mengangkat tangannya, "Gue juga ikut!"

"Nahh tuh, ada Maudy, ada Jia, ada Karin. Kurang apa lagi?"

"Lagipula, i've promised your father to take care of you, Li." ujar Malik. Benar adanya, ia harus terus bersama Malik karena Malik adalah orang nomor satu yang selalu ayahnya hubungi untuk menanyai keadaannya. Ia tidak boleh membuat khawatir banyak orang hanya karena keegoisannya.

Lia mengangguk, "Oke, aku akan tetep di kelompokku." akhirnya orang orang bisa bernapas dengan lega setelah mendengar keputusan bijaksana itu.

"Berarti, yang ikut gue ada Karina, Yiren, Ekal, Mahes, Maudy, Jia..."

SerenadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang