25

7.5K 1.6K 330
                                    

"JEN!"

"LIA!"

Keduanya saling menyerukan nama. Begitu juga dengan mereka yang berada di belakang. Namun dunia seperti menutup telinga, semua menjadi sunyi sesaat setelah teriakan itu berseru. Dan semua menjadi gelap.



°°°

31 Desember 2017, pukul 21:00

Malam itu, pemuda berambut gondrong gelisah dalam tidurnya. Balik ke kanan dan kiri, mengeratkan sleeping bagnya namun tak jua tertidur tenang. Akhirnya, ia memutuskan untuk membuka matanya dan mencari sedikit udara malam barang kali ia bisa mengantuk karena angin malamnya. Tak lupa juga ia membawa senternya untuk berjaga jaga apabila di luar sangatlah gelap.

Kalian tau, pemandangan apa yang pertama kali Haje lihat setelah keluar dari tenda?

Ya, kurang lebih sama mengejutkannya seperti melihat hantu dimalam hari. Beruntungnya, ini adalah manusia. Karena reflek itu pun, Haje menyalakan senter dan mengarahkannya pada seseorang di depan sana. Membuatnya menoleh akibat cahaya senter yang menyorotnya.

"Siapa?" tanya Haje sambil mendekat.

"Silau silau!" ucapnya. Dan tentu suara itu sudah hafal terekam ditelinga Haje.

"Lo ngapain malem malem di luar?! Sendirian lagi."

"Lo juga!" ujar Yiren saat Haje telah duduk di sampingnya.

"Gue gak bisa tidur."

"Nah yaudah, sama."

Hening. Keduanya bergeming. Hanya jangkrik yang melanjutkan obrolan mereka. Entah menggosipi apa sampai sampai suaranya lebih lantang sampai tak memberi celah untuk Yiren dan Haje berbicara.

Tiba tiba terbesit dipikiran, sesuatu yang telah lalu mendorong Haje untuk duduk agak berjarak dengan Yiren untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. Pemudi itu menyadari pergerakan itu, namun ia tidak tersinggung dan tak ambil pusing.

Yiren mengeratkan selimut berbahan tenun miliknya. Kini seluruh tubuhnya tertutup hingga ke kaki dan rasanya hangat.

"Je..." panggil Yiren saat mendapat kesempatan dari para jangkrik ya lelah berceloteh. Pemuda yang di panggil namanya menoleh, "Lo tau kan maksud gue kesini apa?"

Haje meliriknya singkat, tidak mengucapkan sepatah kata pun yang membuat Yiren kembali mencerca pertanyaan untuknya.

"Gue calon ibu yang jahat ya?"

"Kok ngomong gitu..." sanggah pemuda itu. Kedua mata itu bertemu. Berbinar dalam gelap seperti seonggok jawaban di kegelapan.

"Bahkan sebenernya gak pantes untuk di sebut ibu, kan?" ujarnya melanjutkan kalimat sebelumnya. Tangannya perlahan merambat ke perut dan meremasnya.

Dari jarak yang cukup jauh, Haje masih bisa meraih tangan Yiren untuk menghentikan perbuatannya.

"Gue gak berhak berkomentar atas diri lo. Gue gak tau jawaban apa yang mau lo denger dari mulut gue, tapi yang perlu lo tau, gue gak mau lo terbebani dengan tanggapan orang. Gue tau lo udah cukup kesulitan, Yi. Nanggung sakit dan mual sendirian padahal harusnya Biyan juga rasain apa yang lo rasain."

SerenadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang