Beberapa orang sudah tumbang dan memilih masuk ke tenda untuk tidur lebih cepat. Sebagian lainnya berkumpul di luar mengobrol seperti biasa. Malam ini tidak ada api unggun, semua hanya bisa saling merapat membentuk lingkaran hangat.
Melihat Maudy berkali kali mengusap tangannya, Nalen pun berinisiatif memberikan selimut yang membentang di punggung nya.
"Matur suwun," ucap Maudy berterimakasih. Nalen hanya berdeham dan membuang mukanya kelain arah. Namun beberapa saat setelahnya, selimut yang ia berikan dikembalikan. Saat Nalen menoleh, ternyata sebuah selimut lainnya sudah terbentang di punggung pemudi itu. Selimut yang sama yang membentang juga di punggung orang di sampingnya. Mahesa, keduanya berbagi selimut bersama.
Nalen menatapnya sebentar dengan tatapan flat seperti biasa dan kembali memakai selimutnya seorang diri. Kalau kalian mengharapkan hal romantis terjadi, mari kubur dalam dalam harapan itu. Nalen bukan orang yang seperti itu, terlebih Maudy...siapa dia, hanya rekan Jaemin semata.
"Ji, kamu satu almamater sama Farhan?" tanya Surya. Jia yang sedari tadi menyimak akhirnya kebagian bersuara.
"Iya, beda fakultas aja."
"Fakultas apa?"
"Gue hukum," jawab Jia membuat orang di sekitar nya melotot.
"Pantes, ada aura aura mencekam." celetuk Ekal. "Ampun, ntar gue kena pasal lagi." lanjut Ekal saat di tatap Jia.
"Kalo maneh apa, Han?" Surya bertanya lagi.
"Nyong...fakultas ilmu pendidikan."
"Wedeh, pak guru. Bukan maen." saut Ekal sambil merangkul Han dengan bangga.
"Kok logat bicara lo berdua, beda ya?" tanya Malik menatap Han dan Jia bergantian.
"Nyesuain aja, gue juga bisa kok inyong inyongan." jawab Jia.
"Kalo anyong anyongan bisa?" sudah pasti ini pertanyaan tidak berbobot yang dilempar oleh Ekal.
"Anyong apaan?" tanya Haje.
"Anyonghaseyo." ujar Ekal cengar cengir. Haje menghela napas berat sambil membanting rumput yang ia cabuti sambil mengumpat pelan, "Serah lo deh nyet,”
"Btw, besok kita jadi turun pagi kan?" tanya Malik.
"Iya, abis subuhan, berangkat." jawab Nalen.
"Nyarap energen aja kali ya biar gak kerepotan masak."
"Iya, ngopi kek, terserah. Jangan sampe perutnya kosong aja."
"Yaudah kalo gitu, ayo bubaran! Biar bisa bangun pagi." ajak Malik. Semua setuju dan konferensi malam yang tak lengkap anggotanya ini pun di bubarkan.
Maudy berjalan kearah tenda milik Jia karena sekarang keduanya setenda. Tak lain dan tak bukan, untuk menghemat space dan juga energi membangun tenda. Tenda Jia juga cukup besar, untuk berguling ke kanan dan kiri pun masih cukup. Mahes pun juga begitu, ia jadi satu tenda dengan Han untuk menghemat lahan. Dan sisanya sesuai dengan tenda tenda sebelumnya.
°°°
[Little bit uhukkk 👁👄👁]
Dini hari, sekitar pukul setengah 4 pagi. Ada gerimis datang mengawali hari. Di saat semua orang masih terlelap, Lia terbangun dan mengendap endap keluar tenda dengan hati hati agar Windu tidak terbangun. Tentu saja ia lakukan demi bertemu Jeno yang ternyata sudah menunggunya entah sejak kapan di bawah pohon, dekat tenda putri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Serenade
Fanfiction"Ini udah mustahil gak sih?" collaboration with dreamizluv cover by happyytal