kalian yang berubah!!!

3.1K 267 0
                                    

Saat ini, BP sedang ada di salah satu Mansion besar. Itu milik Lisa, lebih tepatnya Vanisa.

Beruntung disana ada tempat nge dance juga, jadi mereka memilih Mansion itu sebagai markas. Bahkan ada tempat menyiksa juga. Berbagai alat membunuh juga ada disana. Tinggal ambil, kalo udah rusak buang.

Sekarang udah jam 19.30, Lisa dan Jennie belum pulang. Mereka tau, nanti jika mereka sampai di rumah. Kejadian besar pun terjadi. Tapi mereka gak peduli. Toh, mereka juga gak salah kan?

"Eh Lo gak pulang Lis? Jen?" Tanya Rose.
"Nanti malem. Males gw pulang jam sekarang." Ucap Lisa.
"Hooh. Mending malem, kan enak. Masa iya, psikopat pulang jam segini. Kan keren bat lah njirr.." Ucap Jennie.
"Gak di marahi Lo?" Tanya Jisoo heran.
"Di marahin si.. cuman gw bodo amat. Mereka kan cuma peduli sama PPB itu." Ucap Lisa datar.
"Udah Lis, Jan di inget terus. Biarin aja." Ucap Jennie.
"Eh Lo bertiga bisa nge hack gak? Atau bisa bantu gw nyelidikin sesuatu." Ucap Lisa.
"Bantuin apa emang? Kalo nge hack gw bisa." Ucap Rose dan di angguki yang lain.
"Bantuin gw, nyelidikin ****************** bisa kan?" Ucap Lisa.
"Bisa!! Tenang aja. Gw bakal bantuin Lo, dan buat mereka nyesel." Ucap Rose.
"Gw juga bakal bantu." Ucap Jisoo.
"Gw bakal bantu dek. Gw gak mau, mama, papa, oppa, Eomma sama appa jadi korban sama PPB itu." Ucap Jennie.

Lalisa mengangguk. Mereka langsung saja menulis lirik. Yang lirik nya bagus, langsung buat nada nya. Jika udah selesai buat lagu, mereka langsung nyanyi, edit, terus share ke YouTube. Lalu mereka akan membuat dance nya.

Rencana mereka udah mantap buat jadi grub dance. Yaa mereka gak tau, sesuatu apa yang akan menunggu mereka. Jadi jalani saja.

Saat ini udah pukul 21.55. BP baru aja pulang. Lisa dan Jennie sampai di Mansion, dan masuk dengan santai nya. Mereka masuk, dan... Terlihat semua keluarga nya sedang menatap mereka tajam. Tapi mereka berdua? Santai Broo...

"Kalian dari mana aja hah!!" Ucap Vino emosi.
"Dari Mansion gw." Ucap Lisa datar.
"Kenapa gak pulang!! Kenapa gak ijin hah!!" Ucap Vano.
"Ngapain ijin? Kalian kan gak peduli." Ucap Jennie.
"Maksud kamu apa Jennie!!" Ucap Reinhard tegas.
"Ck.. gak usah nyangkal Lo!! Kita pergi, Lo pada juga gak akan peduli kan? Udh jangan peduli lagi. Peduliin Sono, si kesayangan Lo semua." Ucap Lisa menekan kata kesayangan.
"Hiks.. Lisa, kamu kenapa berubah nak hiks.." Ucap Zerina menangis.
"Berubah ck.. nyadar diri dong. Justru YANG BERUBAH ITU KALIAN!!" Ucap Lisa lalu membentak.
"SELALU GW YANG SALAH!! KEMARIN KAKI GW LUKA, JADI MELEPUH, PARAH, KALIAN TETEP AJA NYALAHIN GW KAN!! SALAHIN AJA GW TEROOSSS TEROSS.. GW GAK PEDULI!! Bahkan gw mati aja pasti kalian gak peduli kan." Bentak Lisa berakhir lirih.
"KALIAN JUGA MENYEMBUNYIKAN SESUATU KAN!! MEMANG APA YANG KALIAN SEMBUNYIKAN HAH!! KALO EMANG KAMI GAK DI BUTUHKAN, KENAPA KALIAN NGERAWAT KAMI BNGST!! ck.. sia sia gw sabar." Bentak Jennie.

Lisa dan Jennie segera pergi dengan emosi yang mendalam. Meninggal kan mereka yang tertegun karena ini pertama kali nya, Lalisa dan Jennie membentak mereka.

Apa mereka benar² salah? Tapi dimana letak kesalahan mereka? Apa karena memanjakan Cia? Masa karena Cia, hubungan mereka dengan princess mereka renggang.

"Ini semua, karena keberadaan j@l*Ng itu!!" Batin Ash emosi.
"Ck.. gegara j@l*Ng kek dia. Hubungan gw sama adek gw renggang!! Ck.." Batin William.

Mereka semua terdiam. Hingga suara Ash membuyarkan lamunan mereka.

"Gw udah bilang kan? Jangan manjain tu cewek. Dia gak baik. Kalian malah tetep manjain dia. Kalian tau gak sih, kita rugi besar gara² tu cewek? Sadar diri dong. Gw dukung adek gw. Maaf, tapi gw menentang keras kalo cewek itu, tinggal disini. Ingat, penyesalan datang di akhir." Ucap Ash lalu pergi di ikuti William.

Mereka terdiam memikirkan perkataan Ash. Apa benar kalo cewek sepolos (polos Bangsat) Cia itu jahat? Gak mungkin. Mereka tetep aja menyangkal hal itu. Padahal hal itu emang fakta.

Tangan Cia mengepal marah, mendengar ucapan Ash. Ternyata Ash dan William masih mendukung Lisa. Dia kira, semua orang udah luluh terhadap nya. Ternyata nggak. Masih 2 orang lagi. Tatapan tajam yang berisi kebencian itu terpampang jelas di wajah Cia. Ia tidak sengaja oke.

Saat sadar, dia segera merubah wajahnya menjadi sendu. Tapi naas, seseorang melihat wajah munafiknya.

"Apa bener ya? Kalo Cia itu jahat? Ck.. gw harus nyelidikin hal ini." Batin orang itu.

Di sisi Lisa dan Jennie. Mereka berada di balkon kamar Jennie.

Saat ini mereka fokus membuat nada untuk lagu nya. Judul? Masih belum. Jika lagu selesai, maka mereka akan memberi judul.

Tok tok tok

Lalisa dan Jennie hanya diam. Mereka gak peduli dengan mereka. Mereka mencoba fokus dengan pekerjaan mereka.

Ceklek

Pintu terbuka, terlihat Ash dan William memasuki kamar Jennie. Kedua gadis itu menatap jengah kedua oppa nya itu.

"Apa!! Mau nyalain lagi? Ck.. lagi males debat gw." Ucap Jennie.
"Dek. Oppa udah tau Sebenarnya. Kalo Cia itu, j@l*Ng dan seorang PPB." Ucap William membuat kedua gadis itu menatap mereka heran.
"Terus?" Ucap Lisa dingin.
"Maafin oppa dek. Oppa baru tau, beberapa hari ini." Ucap Ash sendu.
"Huh.. terus kalian selama ini kemana aja? Kenapa pas gw di jebak sama tu PPB, kalian tetep diem?" Ucap Lisa jengah.
"Maaf dek. Oppa juga gak tau, kenapa oppa gak belain adek pas itu. Entah lah, kamu liat kan, oppa masih gak berani sama appa, eomma, mama, papa, Rein Hyung sama Kyle Hyung." Ucap Ash dan di angguki William.
"Udah ya. Kita baikan. Oppa janji deh, oppa bakal dukung kamu." Ucap William.

Jennie dan Lisa terdiam. Mereka menunduk, dengan wajah yang gelap. Tubuh mereka juga bergetar hebat.

"Dek.. o--" Ucap Ash terpotong.

Lisa memeluk Ash, Jennie memeluk William. Mereka berdua memeluk oppa mereka dengan sangat erat. Dan tumpah lah air mata mereka. Hati mereka sudah terluka cukup parah. Bahkan, hampir saja hati mereka memilih untuk mati. Tapi otak mereka tidak selemah hati mereka.

Sang otak terus menyemangati sang hati, agar tak selalu berputus asa. Pasti akan ada kebahagiaan suatu hari nanti.

Ash dan William tersenyum, lalu memeluk mereka tak kalah erat. Mereka berjanji akan terus mendukung kedua adiknya, yang menjadi korban atas pahitnya kehidupan yang seenak jidat memainkan takdir mereka.

Lalisa dan Jennie terus saja menangis di pelukan mereka. Hingga, mereka tertidur di pelukan itu.

Ash dan William membaringkan Lisa dan Jennie di kasur. Mereka juga ikut tidur, menemani sang adik.

-bersambung-

Transmigrasi Queen Psikopat (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang