💜💜💜💜
Yewon akhirnya mengurungkan niatnya untuk belajar membuat Aglio Olio. Walaupun terkadang Yewon mendapat jadwal malam, ia tak berani mengganggu Yoongi. Pria itu sedikit bicara, membuat nyali Yewon menciut lebih dahulu sebelum mencoba bertanya. Yewon hanya terus-terusan memperhatikan Yoongi memasak dengan takjub.
"Kau terlihat ingin mempelajarinya," suara Yoongi membuat Yewon terkesiap. Sedari tadi, Yewon memperhatikan Yoongi memasak tanpa berkedip, dan itu tertangkap oleh pandangan Yoongi.
"Ha? Eumm ... iya Chef. Itu terlihat ... keren," Yewon mengacungkan jempolnya pada Yoongi. Yewon ingin mencoba bersikap santai, walaupun masih ada rasa takut.
"Aku tak butuh pujian."
Senyum Yewon yang semula terkembang, seketika bibirnya melengkung kebawah. "Sombong, dan menyebalkan!" itulah yang Yewon teriakkan dalam hatinya.
"Sebenarnya, aku pernah mencoba membuat itu, tapi rasanya tidak sama buatan Chef. Bahkan aku sudah menggunakan bahan yang sama juga," Yewon mencebikkan bibirnya. Yoongi terlihat sedikit terhibur melihat raut wajah Yewon yang begitu ekspresif, mudah berubah-ubah menurut suasanan hatinya.
"Apa yang tidak sama?"
"Rasanya. Aku kan sudah mengatakannya, tadi. Rasanya tidak seperti buatan Chef," keluh Yewon.
"Ada bumbu yang kurang?" Yoongi kembali bertanya sambil mengaduk masakannya. Walaupun sambil berbicara, itu tidak mengurangi kecepatannya dalam memasak.
"Sudah. Aku selalu memperhatikan Chef memasak," jawab Yewon serius.
Yoongi menatap sebentar ke arah Yewon, lalu kembali melanjutkan masaknya untuk porsi baru. Yoongi tak menyangka jika Yewon selalu memperhatikannya memasak, dan itu artinya ada keinginan memasak dari Yewon.
"Kau sungguh ingin memasaknya?"
Yewon berkedip beberapa kali. Ia terkejut dengan respon Yoongi yang tidak ketus. Pria itu malah menanggapi ucapannya dengan pertanyaan, dan sekarang, ia mendapat tawaran untuk memasak.
"Eumm... ingin sekali, tapi aku selalu gagal. Bahkan sudah menonton videonya," ungkap Yewon sedih.
"Aku akan mengajarimu, mungkin kau akan terlambat pulang tiga puluh menit."
Mata Yewon tak berkedip. Apa ia tak salah dengar? Yewon tak tahu harus bereaksi senang atau takut. Takut jika saat belajar, Yoongi akan mengeluarkan kata-kata pedas yang hanya akan menyurutkan semangatnya.
"Kau tidak mau?" tanya Yoongi karena tak mendapat respon dari Yewon.
"Ha? Emm... apa aku tak merepotkan?"
Yoongi hanya mengangkat bahunya. Ia tak senang dengan respon Yewon yang terlihat plin-plan. Yoongi lebih suka jika Yewon memberi jawaban tidak, jika tidak ingin, atau pun sebaliknya.
Tak ada percakapan lagi diantara mereka. Yoongi fokus memasakkan makanan untuk pelanggan, dan Yewon membantu apa yang Yoongi butuhkan.
Yewon sesekali melirik Yoongi saat membereskan dapur. Semua karyawan sudah bersiap untuk pulang, begitupun dengan Yoongi, ia sudah masuk ke ruangannya. Tinggallah Yewon yang menatap bimbang pada pintu ruangan Yoongi. Ia tak tahu harus bagaimana? Tapi, kesempatan yang Yoongi tawarkan itu belum tentu ia dapatkan lagi. Dengan terburu-buru, Yewon berlari dan berdiri di depan pintu Yoongi, menunggu pria itu keluar.
Yewon menatap sepatunya. Ia terus menunduk, hingga pintu terbuka. Yewon segera mengangkat wajahnya, mendapati Yoongi yang sudah berganti baju dan menyampirkan tas ke bahunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chef
Teen FictionYewon. si gadis cantik berpipi yang sedikit berisi membuat wajahnya terlihat imut di usia 23 tahun. Bekerja di sebuah restoran, namun ia hanya sebagai asisten dapur karena belum memiliki pengalaman. Yewon harus menghadapi atasannya, Yoongi si kepala...