Chef 28

468 100 30
                                    

💜💜💜💜

Sejak mengetahui Yoongi tidak lagi bekerja di restoran, Yewon seperti kehilangan jejak tentang Yoongi. Mungkin, Yewon dan Yoongi memang ditakdirkan hanya sebatas itu. Yoongi  yang hanya menyampaikan perasaannya tanpa balasan, dan Yewon yang tahu perasaan Yoongi tanpa membalasnya.

Yewon memikirkan kembali tentang Yoongi. Bisa jadi, pria itu memang sungguh menyukainya. Masih sangat jelas bagi Yewon, Yoongi yang menyelamatkan nyawanya, merawatnya saat sakit, selalu menawarkan tumpangan untuk pulang, sampai pada pria itu bersedia menjadi kekasihnya yang hanya sebagai kekasih bohongan, dengan sikap yang begitu berbeda.

Yewon tersenyum ketika mengingat Yoongi yang menolaknya membeli es krim, namun pada akhirnya ia membawa Yewon ke toko es krim hanya karena Yewon yang terus merengut. Yewon juga ingat saat berbelanja, Yoongi membelikannya es krim tanpa diminta. Harusnya Yewon sudah menyadari itu sejak lama, namun ia yang terlalu takut. Takut terlalu berharap jika pada akhirnya ia hanya akan kecewa. Anggap saja Yoongi adalah bagian dari perjalanan hidup Yewon.

****

"Ayaaah!" seru Yewon saat melihat ayahnya di loby kantor.

Tuan Kim membalikkan tubuhnya saat mendengar suara Yewon.

"Hai putri kecil ayah," Tuan Kim tersenyum melihat Yewon yang menghampirinya.

"Aku sudah besar, bukan anak kecil lagi," sahut Yewon kesal. Bibirnya maju seperti anak bebek.

"Kalian mau kemana?" Tuan Kim melihat Vernon yang juga menghampiri Tuan Kim.

"Mau pulang lah," sahut Yewon. "Aku ikut ayah, ya?"

"Tidak sama Vernon?"

"Tadinya mau sama Vernon oppa, tapi kan karena ada ayah, jadi sama ayah saja. Lagian lucu sekali kalau Vernon oppa mengantar ku, padahal ayah juga pulang," sahut Yewon sambil memamerkan  giginya saat tersenyum.

"Memangnya kalian tidak mau jalan-jalan dulu?"

"Yewon kelihatannya lelah. Lagi pula, tadi sudah makan siang di luar," Vernon menjelaskan.

"Yasudah kalau begitu," Tuan Kim merangkul putrinya.

"Baik paman," Vernon membungkuk saat Tuan Kim dan Yewon masuk ke mobil.

"Bye, oppa!" Yewon melambaikan tangannya.

Vernon balas melambai ke arah Yewon. Ia cukup senang melihat Yewon tidak lagi terlihat murung. Vernon berharap, Yewon mau membuka hatinya. Mungkin terlalu cepat untuk saat ini, tapi Vernon bersedia menunggu.

.

.

"Ayah lihat, kau semakin akrab dengan Vernon," ucap Tuan Kim, saat mereka sedang dalam perjalanan pulang.

"Ya seperti itu lah. Memangnya kenapa?"

"Dulu kau selaku memasang wajah cemberut saat ayah bilang ingin mengenalkanmu pada Vernon," Tuan Kim tertawa saat mengingat Yewon selalu menolak.

"Karena saat itu ayah bilang mau menjodohkanku. Kan aku sudah bilang, kalau tidak suka dijodohkan," sahut Yewon yang kesal dengan Ayahnya.

"Tapi nyatanya sekarang kalian jadi dekat."

"Ayah jangan salah mengartikan. Aku tidak ada hubungan apa pun dengan Vernon oppa."

"Iya, tentu saja saat ini kalian memang belum ada hubungan apa pun. Tapi tidak tahu beberapa bulan mendatang, tidak tahunya malah pacaran," goda Tuan Kim sambil tertawa.

"Ayaaah!" protes Yewon yang masih kesal karena candaan ayahnya.

"Bercanda, sayang."

"Percintaan bukan untuk bercanda, Ayaah."

ChefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang