12

526 105 39
                                    

💜💜💜💜

"Eonni sadar tidak, Yewon itu selalu berada di sekitar Chef Yoongi. Ia bahkan berani meminta belajar masak," bisik Hani kepada Serim. Mereka memperhatikan Yewon yang mengolah makanan, sesekali ia terlihat mengobrol dengan Yoongi.

"Aku sudah memberitahu padanya, kalau aku menyukai Yoongi. Jadi, dia tak akan berani mendekati Yoongi. Lagi pula, aku bisa lihat, dia tak tertarik pada Yoongi," sahut Serim yang fokus memasak.

"Bagaimana bisa Eonni yakin bahwa Yewon tidak menyukai Yoongi?"

"Maksudmu?" Serim menatap Hani yang berdiri di sampingnya sambil memotong sayuran.

"Bisa saja Yewon menyukai Chef Yoongi. Ia menyembunyikannya karena tahu Eonni menyukai Chef."

Penjelasan Hani membuat Serim berpikir. Yewon hanya asisten koki, namun hanya dia yang berani dekat dengan Yoongi. Yewon juga tak segan untuk belajar masak kepada Yoongi. Apa yang Hani katakan, masuk akal bagi Serim. Tapi, ia yakin bahwa Yewon tidak memiliki perasaan untuk Yoongi.

"Kau ini, jangan asal menuduh," sahut Serim. Ia tak ingin berburu sangka sebelum melihatnya lebih jelas.

Hani hanya mengangkat bahunya. Serim kembali memperhatikan gerak Yewon yang kadang terlihat takut pada Yoongi, namun terkadang ia bisa terlihat sedikit santai. Lalu Serim memperhatikan Yoongi yang fokus memasak. Senyum Serim terkembang saat ia melihat Yoongi. Ia telah jatuh cinta saat merasakan kebaikan Yoongi. Saat itu, Serim yang sangat membutuhkan uang dan juga pekerjaan. Yoongi yang merupakan teman sekelasnya saat kuliah, dengan tulus membantunya meminjamkan uang untuk membayar kontrakan, dan juga menawarkan pekerjaan. Saat itu, ia tak berpikir jika Yoongi memiliki sifat yang sangat hangat.

Seperti biasa, Serim yang memang terlihat dekat dengan Yoongi, dengan santai, ia kembali meminta untuk pulang bersama Yoongi. Yoongi menatap Serim sebentar, lalu menangguk. Hal itu tentu saja membuat Serim begitu senang.

"Yoongi, kau ingin mampir ke suatu tempat?" tawar Serim saat ia berada di atas motor Yoongi. Mereka sedang dalam perjalanan menuju tempat tinggal Serim.

"Aku ingin segera pulang. Lagi pula, ini sudah terlalu malam jika hanya untuk bersantai."

"Sayang sekali. Harusnya kau itu mulai menyisihkan waktu untuk bersantai."

Tidak ada jawaban dari Yoongi. Ia fokus mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan sedang.

"Terima kasih, Yoongi."

"Sama-sama," sahut Yoongi.

"Kau tidak keberatan kan, jika aku terus meminta tumpangan?"

"Jika hanya sekedar tumpangan, bukankah koki lain ada yang satu arah denganmu?"

"Eum..., ya," Serim merasa tak enak dengan pertanyaan Yoongi. Ia merasa pria itu keberatan.

"Jadi, kau ada maksud lain? Kau menyukai ku?"

Pertanyaan Yoongi sontak membuat Serim membolakan matanya. Ia tak menyangka Yoongi akan memberikan pertanyaan seperti itu.

"Apa tidak boleh?"

"Aku tak melarang mu untuk menyukai ku. Tapi, aku tidak bisa membalasnya. Aku menganggap mu sebagai teman. Jadi, aku harap kau tidak berharap lebih atas tindakan ku ini. Aku mengantar mu, sebagai temanmu."

Serim mencoba tersenyum, walau pun hatinya terasa sakit. "Kau ini, aku hargai perasaan mu. Lagi pula, aku kan tidak mungkin memaksakan kehendakku. Apa aku sangat terlihat begitu mengejar mu?"

"Syukurlah, jika kau mengerti. Awalnya aku tidak sadar, tapi Yewon yang memberiku penjelasan," jelas Yoongi.

"Baiklah... Maaf jika selama ini membuatmu repot."

ChefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang