💜💜💜💜
"Chef, aku ingin pulang," Yewon melirik takut ke arah Yoongi.
Mendengar permintaan Yewon, Yoongi berjalan menuju kasur. Lalu, ia menempelkan punggung tangannya ke kening Yewon.
"Kau masih demam, istirahat saja dulu. Hooaaaaammm...," Yoongi menguap lebar. Ia baru saja bangun tidur. Semalaman ia tak tidur karena menjaga Yewon, lalu saat di restoran, para karyawan malah membuatnya emosi. Setelah tidur, Yoongi akan bersiap untuk kembali ke restoran.
"Tapi, aku ingin istirahat di apartemenku saja. Aku merasa menyusahkanmu, Chef," Yewon mencebikkan bibirnya.
"Aku tidak ada waktu untuk mengantarmu sekarang, jadi istirahatlah."
Yoongi berjalan menuju kamar mandi. Ia harus kembali lagi ke restoran.
Yewon hanya memperhatikan apa yang Yoongi lakukan. Mulai dari masuk kamar mandi, lalu saat keluar, ia sudah mengenakan baju. Yewon melihat Yoongi bercermin sambil merapikan rambutnya. Lalu menyemprotkan parfum di lehernya.
"Berhenti menatapku seperti itu. Aku tidak tanggung jawab jika kau menyukaiku," ucap Yoongi yang sadar sejak tadi mata Yewon memperhatikan geraknya.
Yewon mengedipkan matanya beberapa kali. Ia malu, tertangkap basah sedang memperhatikan Yoongi. Lagi pula ia bingung harus melakukan apa, selain berbaring.
"Istirahatlah sampai aku pulang. Kau masih demam. Jika keadaanmu membaik, aku akan mengantarmu pulang," setelah mengucapkan itu pada Yewon, Yoongi mengambil tasnya dan keluar dari kamar. Ia harus kembali bekerja.
Yewon hanya diam saat tubuh Yoongi menghilang di balik pintu kamar. Sungguh kepribadian Yoongi yang baru bagi Yewon. Ia tak pernah berpikir jika Yoongi bisa bersikap sangat perhatian seperti itu padanya.
"Apa aslinya dia seperti itu?" gumam Yewon. Akhirnya ia kembali merebahkan tubuhnya dan kembali terlelap. Yewon masih merasa tak enak badan, sehingga kepalanya sangat pusing.
.
.
Yoongi pulang hampir pukul dua belas malam, lebih lambat dari biasanya karena hari minggu. Saat ia masuk kamar, Yewon sudah tidur dengan lelap. Setelah mengecek suhu tubuh Yewon, Yoongi masuk ke kamar mandi. Yoongi tidur di sofa ruang tamu, setelah mengambil selimut dari lemari.
Yewon bangun lebih dulu saat pagi hari. Tubuhnya sudah terasa lebih segar. Yewon meraih ponselnya yang ada di nakas, lalu melihat jam menunjukkan pukul tujuh pagi. Baru saja ia meletakkan kembali ponselnya, benda itu berdering tanda panggilan masuk.
"Hallo, Ibu?" Yewon tersenyum senang saat menerima panggilan dari Ibunya.
"Hallo, sayang... kenapa tidak pulang hm?"
"Aaa.. itu... aku kelelahan, jadi langsung kembali ke apartemen. Minggu ini aku tidak pulang dulu ya, Bu?" Yewon tak ingin memberitahu kondisinya kepada sang Ibu. Ia tak ingin Ibunya khawatir. Biasanya, Yewon akan pulang kerumah setiap hari minggu malam. Pada hari senin, restoran hanya buka pada malam hari.
"Kau baik-baik saja, kan? Jangan terlalu lelah. Ibu mengkhawatirkanmu."
"Aku baik-baik saja, Bu," Yewon sedikit terharu, mengingat kemarin ia hampir saja kehilangan nyawanya, jika saja Yoongi tak menolongnya.
"Baiklah. Istirahatlah lagi. Ibu hanya menanyakan kabarmu."
"Baik,Bu. Aku sayang, Ibu."
Panggilan terputus. Ia benar-benar terharu. Ia tak menyangka, masih bisa bernafas sampai hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chef
Teen FictionYewon. si gadis cantik berpipi yang sedikit berisi membuat wajahnya terlihat imut di usia 23 tahun. Bekerja di sebuah restoran, namun ia hanya sebagai asisten dapur karena belum memiliki pengalaman. Yewon harus menghadapi atasannya, Yoongi si kepala...