BAB 20

213 14 1
                                    

Keesokan harinya Aidan membicarakan rencana pernikahannya dengan kedua orang tua Shanum karena alasan kesibukan Aidan kedua orang tua Shanum pun mengerti dan menyetujuinya. Pernikahan akan diadakan lusa dirumah orang tua Shanum dan hanya dihadiri oleh saksi dan keluarga inti pihak Shanum. Tidak sampai sore hari asisten Aidan pun sampai dirumah orang tua Shanum kemudian menyerahkan beberapa hal penting untuk pernikahan bahkan kebaya pengantin sederhana namun tampak elegan yang akan dikenakan Shanum tampak pas dibadannya meskipun tidak dilakukan pengepasan kebaya. Ayahnya Shanum diam-diam menaruh rasa kagum pada Aidan karena dia hanya tinggal menelpon kemudian persiapan pernikahan pun selesai karena belum tau seberpengaruh apa Aidan diluar sana. Bahkan ketika Aidan larut malam minta di design kan cincin pernikahan pun sang pemilik toko perhiasan tidak berani menolak karena keluarga Aidan merupakan pelanggan inti, potensial dan berpengaruh.

Shanum membawa kopi untuk Aidan dan asisten Moya yang sedang mengobrol di teras depan
"Diminum Pak" ujar Shanum pada asisten
"Susah ya Pak kerja sama dia" kata Shanum sambil menunjuk Aidan dengan dagunya

Pak asisten pun tersenyum
"Saya bekerja dengan Pak Presdir sudah 7 tahun"

"Artinya bapak betah kerja sama dia?" Shanum tidak percaya. Tidak bisa dibayangkan bagaimana sibuknya waktu Aidan menghubunginya untuk menyiapkan kebutuhan untuk acara lusa
"Bapak sampai nggak tidur kan semalam? Karena banyak permintaan dari dia" lanjut Shanum

"Sepertinya anak buah saya yang nggak bisa tidur" kata asisten Moya sambil tersenyum

"Artinya bapak juga tinggal tunjuk?"

"Kalau semua dikerjain sendiri sama asisten kamu pikir bisa secepat itu dia datang kesini?" Kata Aidan

Pak asisten yang usianya jauh diatas Aidan pun tersenyum

Tak lama ponsel Shanum berdering begitu melihat ada panggilan video call dari Doni. Shanum segera menjawabnya dengan diikuti tatapan penasaran oleh Aidan. Asisten yang melihat hanya kembali tersenyum. Presdirnya benar-benar telah jatuh cinta dan dia sangat mendukung pilihannya adalah Shanum karena menurut penilaiannya Shanum sangat berbeda dari perempuan-perempuan yang mencoba mendekatinya mereka hanya menginginkan harta dan status sosial

"Hai Don"

"Hai. Bagaimana persiapan pernikahan kamu?" Tanya Doni yang mendengar kabar pernikahan Shanum dari Ibunya Shanum

"Amaan. Milka mana?"

"Sedang ganti baju. Baru pulang sekolah"

"Mamii" panggil Milka begitu namanya terdengar disebut dengan berlari kecil Milka menghampiri Papahnya diruang TV dengan pakaian yang masih belum rapih

"Dirapihkan dulu dong bajunya" kata Doni pada Milka

"Mami mau menikah sama Om tampan ya?" Milka terdengar bersemangat tidak memperdulikan perintah Papahnya

"Menikah? Milka tau menikah itu apa?"kata Shanum sambil tertawa kecil

"Tau. Nanti Mami tinggalnya dirumah Om tampan kan?"

Shanum dan Doni tertawa kecil mendengar jawaban Milka

"Maaf ya Sha, kami tidak bisa hadir"

"Nggak apa. Baik-baik yaa Milka disana dengerin apa kata papah" kata Shanum

Milka mengacungkan kedua jempolnya

*
Hari pernikahan
Shanum memakai kebaya berwarna putih dengan riasan minimalis hasil make up sendiri dengan kepala dibalut kerudung berwarna senada. Ia keluar kamar begitu dapat perintah untuk segera keluar karena bapak penghulu sudah tiba. Aidan sudah duduk dengan setelah jas hitamnya Ia selalu tampak menonjol dari orang-orang sekelilingnya karismanya yang selalu tidak bisa disembunyikan dimana pun Ia berada.

Dilihat oleh Shanum, Shabila sudah tiba dan duduk berdampingan dengan Ibunya. Dilihatnya pula Pak asisten yang siap untuk jadi saksi dari pihak Aidan. Ryo dan Bimo pun hadir sebagai tamu dari pihak Aidan.

Shanum duduk disebelah Aidan. Aidan tampak tenang untuk seseorang yang akan mengucapkan akad, itu yang terlihat oleh Shanum setidaknya Aidan pandai menutupi kegugupannya

Dengan mahar satu set berlian Shanum resmi menyandang status nyonya Syahm

Hembusan nafas lega oleh Aidan terlihat jelas oleh Ryo, akhirnya sahabatnya itu sudah memperistri pujaan hatinya meski dengan cara yang tidak wajar

*
Malam hari Shanum dan Aidan dalam perjalanan kembali kerumah Shanum. Mereka duduk di kursi belakang dengan asisten yang mengemudikan mobilnya

"Pak antarkan saya kerumah saya ya" kata Shanum

Asisten melirik Aidan melalui spion tengah meminta persetujuan dan Aidan mengangguk

"Baik"

"Saya mau tinggal dirumah saya dulu" kata Shanum

"Oke" kata Aidan singkat
"Ada baju ganti kan di bagasi?" Tanya Aidan pada Asistennya

Shanum langsung menengok ke Aidan

Aidan membalas tatapan Shanum
"Kenapa?"

Shanum mendengus kesal kemudian kembali menatap jendela. Maksud Shanum karena Ia belum siap untuk tinggal satu rumah tapi Aidan pura-pura tidak mengerti dan malah memilih tinggal dirumah Shanum

Sesampainya dirumah Shanum Aidan memerintahkan asisten untuk pulang dan menjemputnya keesokan pagi untuk mengantarnya ke bandara

Shanum dan Aidan berjalan beriringan memasuki rumah.

"Tadi kamu bilang besok mau ke bandara?"

"Iya"

"Bukannya minggu depan?" Kata Shanum sambil membuka pintu rumahnya

"Perubahan jadwal"

"Berapa lama?"

"Kenapa?" Aidan menarik tangan Shanum pelan menahannya masuk kerumah

Shanum menatap Aidan
"Setidaknya saya merasa lega beberapa hari nggak liat kamu" kata Shanum menepis tangan Aidan dan masuk kerumah

Aidan tersenyum kecil kemudian mengikuti langkah Shanum. Shanum meletakkan tasnya diatas meja tamu sedangkan Aidan melihat-lihat rumah Shanum seolah baru pertama kali kerumahnya. Aidan membuka kamar Shanum dan mengamatinya dari pintu kamar. Kamar tidur yang jauh lebih kecil dari kamar tidurnya namun sangat bersih dan cukup nyaman dengan nuansa warna biru

"Cukup untuk berdua" gumam Aidan

Shanum yang mendengar langsung menghampiri
"Hah? Kamu nggak akan betah tidur di kamar yang sempit karena kamu terbiasa tidur diruangan yang besar. Lebih baik kamu tidur saja diruang tamu. Ruangannya jauh lebih besar dari kamar tidur saya" kata Shanum sambil menunjuk ruang tamu

"Nggak masalah kamar kamu sepertinya cukup nyaman" kata Aidan kemudian memasuki kamar Shanum namun langkahnya terhenti karena Shanum menarik tangannya

"Kamu tidur diruang tamu"

"Saya nggak mau. Masa Presdir tidur diruang tamu"

"Ini rumah saya jadi terserah saya dong"

"Dan ini rumah istri saya" kata Aidan sambil tersenyum licik

Aidan kemudian menutup pintu kamar sedangkan Shanum tidur di sofa ruang tv.

Keesokan harinya pagi buta asisten Moya dan Romi supir pribadi Aidan sudah sampai didepan rumah Shanum dan Aidan sudah bersiap hendak berangkat. Ia pun keluar dari kamar dan Shanum baru saja bangun dari tidurnya

"Berangkat sekarang?" Tanya Shanum

"He'em" Aidan mengancing lengan kemejanya

"Oke" kata Shanum kemudian kembali duduk di sofa

"Thats it?" Kata Aidan

"Terus?" Shanum mengangkat bahu

"Oke nggak apa-apa tapi begitu saya kembali kamu harus jemput saya dibandara" kata Aidan kemudian meninggalkan Shanum dan berangkat kr bandara dengan asistennya


Just Love, Dikejar Presdir GalakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang