BAB 34

167 10 1
                                    

Romi setengah berlari menuju ruang rapat untuk menemui Aidan yang berkali-kali tidak mengangkat telponnya. Setelah mengetuk pintu Romu langsung masuk dan mendekati Aidan dan membisikan sesuatu. Terlihat oleh semua karyawan yang mengikuti rapat termasuk Hani ada ekspresi kaget pada wajah Aidan

"Rapat dilanjutkan besok" perintah Aidan mengakhiri ia pun langsung meninggalkan ruang rapat di ikuti Romi

*
"Jadi ini rumah yang kalian tempati?" Kata Ny. Renata Ibunya Aidan

Shanum duduk dengan canggung tidak disangka begitu ia hendak ke toko mertuanya sudah ada di depan rumah

"Maaf kami belum sempat memberitahukan" kata Shanum canggung

"Saya nggak yakin kalian akan memberitahu saya alamat ini"

Shanum terdiam

"Kamu jangan terlalu senang Aidan merilis berita tentang pernikahan kalian"

Shanum mendongak sambil berkata dalam hati
'Syukurlah Ibunya tahu kalau Aidan sengaja merilis berita itu bukan atas bujukan ku'

"Dia hanya mencegah berita skandal yang akan saya rilis, itu bukan rencana utama saya" Lanjut Ny. Renata

"Saya minta maaf karena berita itu, saya sudah mengingatkannya untuk tetap merahasiakan pernikahan kami"

"Saya lebih mengenal anak saya"

"Maaf"

*
"Kenapa kamu nggak beritahu saya lebih awal?" Kata Aidan tegas pada Romi ketika mereka sedang dalam perjalanan menuju rumah

"Maaf Tuan saya sudah menghubungi Tuan beberapa kali begitu Mbak Marni memberitahukan saya kalo Nyonya besar ada dikediaman Tuan"

Ia ingat meninggalkan ponselnya di ruang kerja sebelum pergi rapat

*
Marni membawakan minuman teh herbal untuk disajikan ke majikannya

"Makasih Mbak Marni" kata Shanum pelan

Marni menanggapi dengan senyum

"Silahkan diminum.... Bu" kata Shanum bingung untuk memanggil mertuanya dengan sebutan apa

Ny. Renata tersenyum dia senang Shanum tau diri untuk tidak memanggilnya dengan sebutan Mamah

"Saya nggak sangka Aidan mengorbankan banyak hal hanya untuk menikahi kamu. Mulai dari sanksi pembatan tender, kesempatan menjadi perusahaan nomor satu di negeri ini, dan menjadi menantu dari keluarga terhormat. Tapi itu bukan salah kamu, itu salah saya yang terlalu percaya terhadap anak saya"

Shanum ingin rasanya menanggapi pernyataan mertuanya itu. Bahwa ia juga tidak menginginkan pernikahan ini

"Aidan itu penurut dari kecil dia nggak pernah mengecewakan saya, hal apapun dia selalu diskusikan dengan saya. Sekarang saya merasa tersisihkan sebagai ibu"

"Bukan begitu. Sampai detik ini pun Dia masih sangat menghormati anda"

Ny. Renata tersenyum sinis mendengar kalimat Shanum

"Dia mengingatkan saya untuk tidak membantah anda" kata Shanum

Ny. Renata melirik ke arah Shanum. Apa itu sebabnya dari tadi dia hanya mendengarkan perkataan saya tanpa ada pembelaan? Pikir Ny. Renata

'Ya aku nggak akan membantah anda sekalipun anda menyuruh saya untuk meninggalkan anak anda. Akan dengan senang hati aku akan meninggalkannya' kata Shanum dalam hati

"Sekalipun saya menyuruh kamu untuk meninggalkan anak saya kamu nggak akan membantahnya?" Kata Ny. Renata

Dalam hati Shanum bersorak

Dubrak... pintu terbuka dengan keras. Aidan memasuki rumahnya dengan langkah cepat

"Mamah apa-apan sih? Aku nggak akan meninggalkan Shanum sampai kapan pun juga" kata Aidan lantang

Shanum mendekati Aidan untuk menenangkannya agar Mamahnya tidak makin marah dan khawatir setelah ini dia akan mendatangi rumah orang tuanya

"Jangan ngomong keras seperti itu sama Mamah kamu" kata Shanum pelan namun cukup terdengar oleh Ny. Renata

Aidan meraih tangan Shanum
"Dia adalah perempuan pertama yang mengisi hati aku dan akan menjadi perempuan terakhir. Mamah tega menyuruhnya ninggalin aku?"

Shanum tertegun. Tidak disangka dirinya menjadi cinta pertama si presdir galak

"Aidan. Untuk menikahi dia kamu belum betul-betul berkorban. Korbankan dulu keluargamu dan jabatanmu sekarang kalo kamu bertahan selama 1 tahun dan perasaan kamu terhadap dia nggak berubah. Aku akan menerima dia"

"Maksudnya Aidan harus pergi dr keluarga dan perusahaan?" Tanya Shanum kaget

"Oke. Hari ini juga...."

Shanum memukul punggung Aidan sehingga Aidan menghentikan kalimatnya

"Kamu nggak perlu melakukan semua ini" kata Shanum berbisik

Aidan diam

"Lihatkan... istri kamu ternyata ngga sepolos yang kamu kira. Dia mau sama kamu karena kamu punya harta" kata Ny. Renata

"Mamah salah..."

Lagi-lagi Shanum memukul punggung Aidan, Aidan pun kembali menghentikan kalimatnya

"Aku pergi. Kamu kembali sama orang tua kamu. Kamu akan menyesal kalo kamu terus mengikuti ego kamu" kata Shanum pelan
"Kamu disini ngobrol baik-baik sama mamah kamu. Aku pergi" kata Shanum tanpa menunggu persetujuan Aidan langsung keluar rumah. Romi yang mencoba membujuk untuk mengantarkan Shanum namun tidak ia hiraukan

Shanum berjalan cukup jauh untuk mendapatkan taksi. Berkali-kali Shanum menengok ke belakang namun tidak ada sosok Aidan yang mengejarnya, ia pun tidak menyalahkannya karena memang ini yang dia inginkan tapi hati kecilnya kenapa merasa tak rela, kenapa muncul harapan dan keinginan Aidan untuk mengejarnya

Shanum menaiki taksi menuju tokonya, dipegangnya ponsel erat-erat agar ia bisa langsung mengangkat panggilan Aidan. Namun sesampainya di toko pun tidak ada panggilan darinya beruntungnya hari ini tokonya ramai ia disibukkan dengan beberapa pelanggannya sampai tidak terasa jam tutup toko pun mundur dua jam

Shanum memutuskan untuk pulang ke rumahnya yang dulu. Dengan muka lelah Shanum membaringkan badannya di sofa ruang tamu. Rumahnya tetap bersih karena ada Shabila yang menempati namun berhubung hari ini Shabila pulang kerumah orang tuanya Shanum pun hanya sendiri dirumah. Ia merasa kesepian

Shanum tersadar dari kantuknya karena mendengar ketukan dipintu yang cukup keras. Dengan malas Shanum membuka pintu

"Kamu?"

Aidan berdiri tegap dengan koper besar disampingnya. Tanpa dipersilahkan Aidan sudah melangkah masuk rumah dan langsung menuju kamar Shanum. Shanum mengikutinya dibelakang

"Apa ini?" Tanya Shanum

"Bukannya udah jelas?"

Shanum terpaku ditempatnya berdiri. Ia memikirkan bagaimana Ia rela meninggalkan semuanya demi dirinya. Keluarga, perusahaan yang sudah bertahun-tahun ia perjuangkan

"Dan aku marah sama kamu kenapa tadi siang kamu bilang aku menuruti ego ku sendiri? Aku pikir kamu sudah paham. Sudah merasakan ketulusan aku"

"Apa maksud kamu?"

"Aku ke kamu itu bukan menuruti ego, tapi menuruti hati"

Shanum baru merasakan yang namanya benar-benar ingin dimiliki, merasa dicintai yang sesungguhnya. Sebenarnya ia pun tidak ingin merelakan perkawinannya begitu saja terlebih sudah ada perasaan lain yang ia rasakan terhadap Aidan. Kesabaran Aidan menghadapinya dan setiap usaha Aidan yang membuatnya benar-benar merasa ingin dimiliki membuat rasa benci itu memudar. Sekarang Shanum menyukai Aidan namun karena perasaan itu Ia juga harus merelakan perpisahan. Shanum tidak ingin Aidan kesusahan hanya demi dirinya, dia tidak merasa pantas sampai diperjuangkan seperti itu. Shanum memutuskan untuk menjauhinya

Perdebatan panjang itu pun diakhiri dengan tidur terpisah. Shanum memilih untuk tidur di sofa ruang tv

*

Just Love, Dikejar Presdir GalakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang