BAB 44

159 6 0
                                    

Shanum mengikuti langkah Aidan keruang kerja sedangkan Aira sibuk main dengan pengasuhnya.

Shanum duduk di sofa sedangkan Aidan masih berdiri dengan bersandar dimeja dan menghadap Shanum. Lima menit mereka hanya terdiam, Shanum juga merasa ada yang harus dibicarakan tapi dia menunggu Aidan untuk memulai karena dia yang mengajak bicara lebih dulu sebelum makan siang tadi

"Aku bertekad untuk benar-benar tidak akan menandatangai surat perceraian kita" kata Aidan

Shanum menoleh
"Karena kamu menginginkan Aira?"

"Bukan hanya itu"

"Terus apa lagi yang kamu inginkan?" Shanum bangkit dari duduknya menatap Aidan tajam

"Kamu"

Shanum terdiam. Aidan mendekat mencoba meraih tangan Shanum namun Shanum mundur selangkah menghindari Aidan

Aidan bergerak maju mencoba meraih tangan Shanum kembali ia ingin Shanum merasakan ketulusannya, merasakan kesepiannya dan kerinduan yang ia tahan selama ini

Shanum mengibaskan tangannya namun Aidan meraih pinggangnya dan membuat Shanum bergerak mendekat dengan terpaksa

"Kenapa kamu masih saja sulit buatku?" Tanya Aidan
"Apa aku harus mengejar kamu lagi? Atau kamu memang senang dikejar-kejar sama aku?" Aidan menatap Shanum dengan jarak dekat

"Aku masih saja belum menemukan jawaban kenapa kamu se ambisi itu sama aku" kata Shanum sedikit mendorong dada Aidan dengan tangannya namun sia-sia

"Ambisi?" Aidan melepaskan Shanum mundur beberapa langkah dan tersenyum sinis pada Shanum
"Ternyata itu yang kamu rasakan. Ambisi" lanjut Aidan

Aidan tidak mengerti kenapa yang dirasakan Shanum hanya ambisinya tidak dengan perasaannya. Apa karena dikamusnya tidak ada yang namanya cinta tak harus memiliki. Bagi Aidan yang namanya cinta harus diperjuangkan, harus dirasakan sama-sama.

Kata Ambisi sungguh membuatnya kecewa

"Padahal sebelum kita berpisah kita baik-baik saja. Bahkan kita sampai ...." Aidan menggantungkan kalimatnya
"Setelah empat tahun berpisah apa membuatmu merasa kamu bisa hidup tanpa aku?"

"Jangan bahas soal itu. Ada hal yang lebih penting yang harus kita bahas. Soal Aira"

"Ini juga penting karena menyangkut Aira juga. Ok terserah kamu mau melakukan apa. Yang jelas aku nggak mau cerai" Aidan pergi meninggalkan Shanum diruang kerja

Aidan menuju kamarnya untuk menenangkan diri agar wajah tegangnya tidak tampak oleh Aira

Shanum diam tertegun sejenak kemudian mendekati Aira yang sedang bermain.
"Mbak. Saya pulang duluan ya. Agak sorean aja Mbak sama Aira pulangnya. Ayahnya Aira masih mau Aira disini. Jaga Aira ya" kata Shanum pada pengasuh Aira kemudian menuju dapur menemui Marni untuk berpamitan.

Aidan yang baru keluar dari kamar melihat Shanum menuju pintu

Shanum menaiki taksi menuju rumahnya. Dia menyenderkan kepalanya ke jendela mobil dengan sesekali memejamkan matanya. Ia ingin sekali jujur pada diri sendiri dan pada Aidan, dia sangat ingin mengakui kalau dia sangat merindukannya. Namun ada sesuatu yang mengganjal dalam hati Shanum, dulu dia hanya memikirkan orang tua Aidan yang menginginkan mereka berpisah. Sekarang ia memikirkan orang tua Aidan kini menginginkan mereka bersama apa karena Aira atau karena Aish?

Zacky memberitahu Doni kalau Ibunya Aidan dengan lantang mengatakan ia akan mengambil alih Aish pada acara pertemuan investor rumah sakitnya. Ya Ibunya Aidan menjadi salah satu investor rumah sakit Zacky

Aish adalah yang harus ia teruskan pada Aira. Dan Aish juga sebagai pengingat masa sulitnya dengan kata lain Aish adalah bagian dari dirinya. Shanum memang hanya sedikit tahu cara akuisisi Syahm Corp pada perusahaan lain, menjatuhkan saham dan mengakuisisinya itu cara yang sering mereka lakukan.

Just Love, Dikejar Presdir GalakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang