BAB 9

245 13 2
                                    

Setelah adanya pengakuan itu. Sikap Aidan terhadap Shanum sudah tidak jaim lagi. Aidan dengan jelas mengejar Shanum. Aidan yang sering tiba-tiba ada didepan pintu rumah Shanum dan sering mengirim makan siang atau hanya sekedar kopi dengan note yang ambigu menurut Shanum

"Ini adalah makanan kesukaan saya"

Begitu dibuka, beef steak lengkap dengan kentangnya

"Apa perlu dia saya kasih tau juga? Kalo aku engga suka daging?" Gerutu
Shanum dengan senyum sarkastiknya

Besoknya kopi yang Aidan kirim

"Ini dari tempat favorit saya"
Shanum melihat label pada cup kopi, tempat kopi ini persis depan kantor Shanum.

"Ampuun deh, maksudnya dia apa sih?" Gumam Shanum
"Pernikahan dia bulan depan kok malah sikap dia kayak gini?"
Shanum mengabaikan kopi diatas mejanya. Dia berjalan keluar ruangan dengan santai hendak menuju kantin dilantai satu. Begitu Shanum
Sampai depan pintu ruangan dia pun berpapasan dengan Aidan dan Ryo yang hendak ke ruang direktur

"Shanum" sapa Ryo

"Siang pak"

"Mau kemana?" Tanya Aidan dengan menatap Shanum

"Mau ke lantai 1 pak" jawab Shanum

Aidan melongok ke meja kerja Shanum. Dilihatnya kopi yang dia kirim seperti belum tersentuh sama sekali.

"Kopi kamu masih utuh" kata Aidan

Ryo mengernyitkan dahinya. Bingung.

"Eh? Oh iyaa..." Shanum masuk ke ruangan lagi mengambil kopi dari mejanya kemudian menyodorkannya pada Ryo

"Ini kesukaan kopinya pak ryo. Ada seseorang yang naroh kopi di meja saya, tapi saya engga begitu suka kopi jenis ini pak. Terlalu pahit" kata Shanum

"Oh... makasih kalo gitu" Ryo meraih kopi dari tangan Shanum. Aidan hanya memperhatikan transaksi tersebut tanpa komentar
"Shanum sepertinya kamu punya fans" lanjut Ryo dengan menatap Aidan sambil senyum meledek. Yaa Ryo paham dengan situasi ini.

Shanum dan Aidan berjalan dengan arah berlawanan.

*

Shanum merapihkan meja kerjanya dengan terburu-buru, dia izin untuk pulang lebih awal karena orang tua Shanum sudah tiba dirumahnya. Dia pun terheran kalau ada hal mendesak saja orang tuanya berkunjung kesini.
Shanum meninggalkan parkiran kantornya dan dengan tidak sengaja berpapasan dengan Aidan yang baru memasuki parkiran, Shanum tau Aidan menoleh kearah mobilnya tapi Shanum hanya mampu bersikap pura-pura tidak melihat.

Shanum dulu mungkin membencinya, karena dulu bahkan mungkin sampai sekarang Aidan selalu merepotkannya dalam hal kerjaan meski saat ini status dia bukan lagi karyawannya.
Pernah suatu kali saat Shanum masih menjadi bawahannya, dia harus pulang sampai subuh, Aidan meminta revisi berkali-kali dalam satu hari. Shanum yakin ada yang salah sama bigbossnya itu. Setiap kali dia mau menghadap Aidan dia selalu konsultasikan dulu pada Pak Liam, manajernya.

*
Shanum memarkirkan mobilnya di garasi rumahnya. Dia pun dengan segera memasuki rumah.

"Ayah sama Ibu kok mendadak banget sih? Biasanya bilang dulu kalo mau kesini" kata Shanum begitu mendapati sosok Ayah dan Ibunya sedang bermain dengan Milka.

"Kamu itu bukannya salam dulu malah langsung ngomel" gerutu Ibunya

Milka hanya terkekeh mendapati Maminya diomeli

"Assalamualaikum" kata Shanum

"Waalaikumsalam" jawab Ayah, Ibu dan Milka bersamaan

"Anak Mami gimana hari ini sekolahnya?" Kata Shanum sambil meraih Milka dan memeluknya

Just Love, Dikejar Presdir GalakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang