BAB 8

495 13 2
                                    

Mata Aidan yang tajam menatap lekat Shanum. Shanum diam sejenak kemudian tersadar, jika lebih lama lagi dia menatap mantan bossnya itu dia mungkin akan makin hanyut dan susah untuk kembali... kembali untuk menerima kenyataan bahwa Aidan hanya mantan bossnya yang tidak akan bisa dia raih.

Shanum menundukan wajahnya kemudian memalingkan wajahnya ke jendela.

"Kita lanjutkan perjalanan Pak" ujar Shanum tanpa mengalihkan pandangan dari jendela

Aidan tersenyum tipis

"Lebih enak yang barusan didengernya" kata Aidan pelan dengan terus menatap Shanum

Shanum memalingkan wajahnya berbalik kearah Aidan.

Aidan menangkap kebingungan diwajah Shanum

"Barusan... saat kamu marah, panggil saya 'kamu', Sebut 'aku kamu'. Engga panggil saya bapak seperti biasanya" jelas Aidan sambil tersenyum

"Maaf"

Shanum memalingkan kembali wajahnya menghindari tatapan Aidan

"Bisa lihat saya sebentar?" Kata Aidan

"Kita lanjutkan perjalanan aja" kata Shanum tanpa memalingkan wajahnya dari jendela

"Lihat saya sebentar" Aidan dengan suara tegas

Shanum memalingkan wajahnya pelan.

"Saya engga tau, kamu tau semua itu darimana, kamu tau saya mengikuti kamu sampai sini. Saya harus merasa bersyukur, setidaknya saya hanya perlu melakukan sedikit penjelasan, oh bukan... pengakuan tepatnya" Jelas Aidan

"Ya benar, saya suka sama kamu, entah dari kapan tapi yang jelas bukan sejak saya memecat kamu, bukan juga setelah itu" Lanjut Aidan

"Saya memecat kamu karena saya takut saya akan terobsesi sama kamu. Maaf karena saya tidak profesional" jelas Aidan

"Bapak pecat saya bukan karena saya salah bicara?" Tanya Shanum kaget.

"Kamu pikir saya sekejam itu?" Aidan tertawa kecil

"Pergaulan saya, pertemanan saya dan pernikahan saya bukan saya yang menentukan. Kamu perempuan mandiri dan bebas kalo saya memilih kamu jadi pasangan saya, saya merasa kasihan sama kamu. Kamu hanya melihat kehidupan saya dari jauh, itu tidak seperti apa yang kamu lihat. Saya adalah pelarian dari ambisi kedua orang tua saya, karena kakak saya lebih memilih jadi dokter daripada meneruskan usaha orang tua"

Shanum menundukan wajahnya menyembunyikan matanya yang sudah berkaca-kaca. Memang benar apa yang Aidan katakan, dirinya hanya melihat kehidupan seorang Aidan dari kejauhan.

Shanum tidak tau banyak tentang mantan bossnya itu.

"Saya pikir dengan saya memecat kamu saya akan bisa tidak memikirkan kamu karena kamu menjauh dari pandangan saya, tapi ternyata semakin saya coba membohongi hati saya, semakin kuat saya memikirkan kamu"

Kata Aidan

"Ada Merry yang harus bapak pikirkan" kata Shanum

"Merry. Sebenarnya dia sudah seperti adik buat saya, kami berteman sejak kecil. Dulu kami sangat akrab, dia selalu mengadu pada saya kalo dia di jahili seseorang. Tapi semenjak orang tua kami menjodohkan kami rasanya sudah tidak bisa sedekat seperti dulu. Aneh" jelas Aidan sambil menoleh kearah Shanum. Dan dilihatnya Shanum sambil menunduk menyeka matanya. Aidan kemudian mencondongkan kepalanya mendekat kearah Shanum menyentuh kepala Shanum yang berbalut kerudung biru.

Shanum kaget dan lansung mendongakan wajahnya

"Kamu kenapa? Kisah saya sangat memilukan ya? Sampai kamu menangis cuma gara-gara dengeri cerita saya?" Ujar Aidan dengan senyum tipisnya

Just Love, Dikejar Presdir GalakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang