Hahoe Villa, Kaki Gunung Hwasan, Cabang Gunung Taebaek (20 kilometer dari Desa Hahoe)
Jumat, 13 Agustus 2021
Pukul 16.10"Akhirnya sampe juga!" sorak Jeong In. Pemuda bermata rubah itu meregangkan tubuhnya setelah turun dari taksi tumpangan mereka.
"Jeong, bayar jangan lupa." Seung Min dengan cepat merampas kesenangan Jeong In. Senyum lebar Jeong In sirna digantikan oleh wajah terlipat.
"Harus bagi rata? Gue sama Hyun Jin kan numpang nggak sampe seperempat jalan." Jeong In mendengus kesal.
Seung Min mengangguk tanpa menengok ke arah bayi besar di seberangnya. Merasa butuh bantuan, Jeong In menatap penuh harap pada Hyun Jin. Namun pria itu sama sekali tidak membantunya—Hyun Jin mengangguk—dia berada di pihak Seung Min. Jeong In merasa terkhianati.
Dengan tidak ikhlas, pria Yang itu mengeluarkan beberapa lembar uang kertas dan menyerahkannya pada sopir taksi. "Ambil aja kembaliannya, Pak."
"Nggak mau bayar, nggak mau bayar, tapi ujungnya, 'ambil aja kembaliannya, Pak.' Gentleman banget lo," ledek Hyun Jin.
"Iyalah ... emang Seung Min." Jeong In tersenyum sombong sambil berlalu melewati Hyun Jin menuju villa.
Mendengar Jeong In, Seung Min hanya memutar mata malas.
Ketika masuk, villa dalam kondisi kosong tanpa penerangan lampu. Untungnya di luar masih cukup terang bagi ketiga pemuda itu untuk menyadari mereka berada di ruang tengah yang kosong. Hyun Jin, Seung Min, Jeong In melempar tatap pada satu sama lain.
"Jin, bukannya cuman tinggal kita?" Jeong In menoleh pada Hyun Jin di belakangnya. Pemuda Hwang itu mengangguk dengan wajah heran. "Iya kok, emang cuman tinggal kita."
Seung Min tidak berkata apa-apa. Pemuda berwajah menggemaskan itu melangkah memasuki ruangan lebih jauh. Kepalanya menengok kanan kiri mencari keberadaan teman-temannya. Jeong In membuntuti Seung Min dari belakang.
Hyun Jin mengeluarkan ponsel, mencoba menghubungi Ye Ji. Tapi sayang, daya ponselnya habis. "Yah ... lowbat." Hyun Jin mendecih.
Di tengah ruangan lengang, hanya ada mereka bertiga. Semakin lama jarak ketiganya semakin rapat pada satu sama lain. Kengerian mulai terasa merambat dari ujung kaki hingga ujung kepala. Atmosfer terasa amat janggal.
"Ngerasa aneh nggak, sih?" Jeong In memegangi ransel Hyun Jin. Membuat pemuda yang tasnya dipegang berjingkrak kaget.
"MAK! Aduh! Lo jangan megang-megang gitu napa. Bikin kaget aja." Hyun Jin menepuk-nepuk tangan Jeong In supaya lepas dari area ranselnya.
"Jin, cek lantai atas. Jeong, cek halaman belakang," titah Seung Min.
"Siapa lo ngatur-ngatur gue? Terus, kenapa gue disuruh ngecek lantai dua sendirian? Jelas-jelas di sana ada banyak kamar. Nggak kayak di sini kosong melompong, cuman ada kamar mandi," geram Hyun Jin dengan wajah julid dan tangan bersilang di dada.
Seung Min menarik napas dalam melihat kelakuan Hyun Jin yang mulai drama. "Terserah lo aja lah." Seung Min lanjut menginvestigasi ruang tengah mencari keberadaan teman-temannya.
"Kenapa nggak telepon aja? Handphone gue lowbat." Hyun Jin berujar.
Seung Min spontan mengeluarkan ponselnya dari saku jaket. Dia mengangkat ponselnya tinggi ke udara, berjalan beberapa langkah ke depan—mengarah ke pintu kaca akses menuju halaman belakang—berharap menemukan sinyal. Sayangnya, ponsel canggih milik Seung Min tidak dapat menangkap apa-apa.
"Aneh, harusnya di sini masih ada sinyal," gumam Seung Min.
Jeong In menatap cemas ke arah Seung Min. Takut sesuatu hal buruk terjadi pada teman-teman mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth or Die
Fanfic{COMPLETED} "Persahabatan ini tercemar oleh dusta, kebohongan, dan kebusukkan manusia di dalamnya." ‐ Hwang Ye Ji • 'Permainan akan berakhir dalam tiga belas jam.' Bayangan kedua belas remaja untuk bercanda tawa saat reuni harus pupus, ketika malam...