《 chapter 33: i'm the problem 》

49 12 0
                                    

Gangname Elite High School, Gangnam, Seoul
5 April 2015
Pukul 10.00

Kelas

Han Ji Sung tidak pernah merasa hidupnya begitu beruntung; memiliki banyak teman, tidak ada lagi yang merundungnya. Hidupnya damai. Semua itu berkat pemuda kelahiran Australia yang kini menjadi teman akrabnya, bahkan saking akrabnya mereka sering dikira saudara karena terlalu sering menghabiskan waktu bersama.

Lee Felix datang bagai kunang-kunang kecil, lalu menarik kawanan kunang-kunang lainnya untuk datang mendekati Ji Sung yang tertunduk putus asa dalam kegelapan. Orang-orang baik mulai bermunculan.

Bang Chan; kakak angkat Felix. Ramah, pintar, dan pandai dalam banyak bidang. Perawakannya pun termasuk idaman bagi para kaum wanita. Chan memiliki teman sekelas yang sifatnya berbanding seratus delapan puluh derajat darinya; Lee Min Ho. Si tengil banyak gaya yang hobinya balapan liar dan main futsal. Min Ho bisa dibilang termasuk yang dekat dengan Ji Sung, tetapi bagi pemuda berwajah chubby itu, Min Ho lebih seperti senang menjahilinya dibandingkan benar-benar tulus berteman. Ada juga beberapa teman lainnya seperti Kim Seung Min dan Seo Chang Bin dari kelas Chan dan Min Ho.

"Ji, lo ada catetan kimia, gak?" tanya Yu Na. Selain laki-laki, Ji Sung juga berteman dengan seorang wanita di kelasnya—Shin Yu Na, si primadona sekolah. Wajahnya yang kecil dengan kedua mata besar membuatnya persis bak boneka, kecantikannya pun bukan main. Lagi-lagi semua berkat Felix. Siapa yang tidak suka dengan orang ramah dan fleksibel seperti laki-laki berbintik manis itu?

Menanggapi pertanyaan Yu Na, Ji Sung mengangguk, menyerahkan buku catatan kimia bersampul coklat polos.

"Thanks." Yu Na menyambar buku catatan kimia dari tangan Ji Sung. Buru-buru menyalin catatan dari buku pemuda berambut cokelat itu.

Sama seperti Min Ho, Ji Sung merasa Yu Na mau berteman dengannya karena ada maksud—meminta catatan. Namun, lebih baik seperti itu daripada tidak punya teman lagi, pikir Ji Sung.

"Woi, makan siang malah nyalin catetan orang!" Min Ho tiba-tiba datang dan menggebrak meja Yu Na, membuat gadis itu tersentak.

"Apaan, sih? Ganggu!" Yu Na lanjut menyalin tanpa memalingkan pandangan dari catatan Ji Sung.

"Lah, lo napa baru nyalin? Quiz-nya abis ini, mana keburu?" tanya Ryu Jin—teman dekat Yu Na. Satu lagi wanita yang berhasil menjadi teman Ji Sung di sekolah baru ini.

"Aduhh ... jangan pada ganggu dulu, tolong! Nanti gak selesai!" gerutu Yu Na.

"Parah, sih, Na. Masa ke Ji Sung kalo minta catetan doang," sindir Min Ho dengan wajah tengilnya. Lagi-lagi membuat Yu Na kesal. "Ji, lo kalo emang gak nyaman bilang aja kali, masa Yu Na tiap datengin lo cuman buat catetan."

"Apaan, sih, Ho? Si Ji Sung aja diem-diem aja." Yu Na geram dengan tindakan Min Ho barusan.

"Ho, nanti nangis anak orang!" peringat Ryu Jin.

Ji Sung melihat kondisi teman-temannya yang semakin bersitegang. Kedua tangannya mengepal keras di atas paha.

"Gue emang mau pinjemin ke Yu Na, kok." Ji Sung buka mulut takut-takut. "Kalo emang butuh catetan minta ke gue aja, Na. Ga masalah, kok."

Kerutan-kerutan halus di wajah Yu Na perlahan hilang. Namun, wajahnya masih sama masamnya. "Ya ... oke, Ji. Makasih. Kalo emang lo keberatan bilang aja, gak apa-apa."

Ji Sung menggeleng. "Gua ikhlas, kok. Temen emang harus saling bantu, kan?"

Yu Na menggigit bibir dalamnya dan mengangguk singkat. Gadis itu tidak jadi menyalin catatan Ji Sung, ia menutup buku catatan bersampul cokelat itu dan mengembalikannya pada si pemilik. Kemudian beranjak pergi meninggalkan kelas. Teman-temannya hanya diam memandangi kepergian Yu Na dengan kepala tertunduk.

Truth or Die Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang