《 chapter 25: let me go》

62 15 0
                                    

Hahoe Villa, Kaki Gunung Hwasan, Cabang Gunung Taebaek (20 Kilometer dari Desa Hahoe)
Sabtu, 14 Agustus 2021
Pukul 02.55

Ruang Tengah

"—gue udah gak kuat."

Empat kata penuh mimpi buruk itu dengan tidak sopan keluar dari belah bibir tipis Jeong In.

Ketika semua orang berjuang setengah mati demi bertahan hidup, pemuda bermata rubah itu memilih mati sebagai jalan pintas.

GREP!

"Kepala lo abis kebentur apa, sih? Sadar, anjir! Lo mau mati cuman karena Hyun Jin?" protes Chang Bin dengan kedua tangannya mencengkram erat kerah baju abu-abu Jeong In.

"Pada akhirnya kita semua mati, kan?" Nada bicaranya naik beberapa oktaf. Jeong In bukanlah tipe yang mudah marah, namun jika seorang Yang Jeong In sudah menaikkan nada bicaranya, maka itu adalah sesuatu yang serius.

"Lo yang gila! Jelas-jelas kita semua bakal mati dan lo masih mau bertahan hidup!" Jeong In menepis kencang tangan Chang Bin. Pemuda itu mengalihkan pandangannya pada teman-temannya yang masih hidup. "Kalian semua yang gila! Jelas-jelas tadi Ji Sung sendiri yang bilang kalo kita semua gak akan keluar hidup-hidup malem ini. Terus buat apa kita susah-susah bertahan hidup? Yakin mau lawan orang gila yang tiba-tiba punya kekuatan gaib entah dia dapet dari mana?"

"Lo bilang gue apa tadi? Orang gila?" Ji Sung maju menghampiri Jeong In hingga jarak di antara keduanya hanya terpisah beberapa senti saja.

Seulas senyum terukir di bibir Jeong In. Senyum pemuda itu begitu getir dan putus asa.

"Kenapa? Mau bunuh gue? Bunuh aja!"

"Nantangin lo?"

"Jeong, jangan ngelantur!" Lia memperingati.

Ji Sung menghadap wanita bersurai hitam legam itu. "Sayang, jangan ikut campur, ya."

"Gue bukan sayang lo!"

Ji Sung mendecak kesal. Ia menghentakkan kakinya ke tanah dan semuanya terpental beberapa senti dari tempat semula mereka.

Sialnya, kepala Jeong In terbentur bingkai salah satu lukisan di dinding ruang tengah. Sebuah luka baru terbuat di antara rambut lebatnya. Ia mengaduh kesakitan.

"Cupu, baru kena sedikit aja udah kesakitan! Katanya tadi mau mati aja," ejek Ji Sung.

"Cukup! Kita—kita turutin kemauan lo!" Seung Min menghampiri Ji Sung.

"Tapi dengan satu syarat ...."

Ji Sung menaikkan sebelah alisnya.

"Kalo kita jujur, lepasin kita dan kita gak akan buka mulut soal ini. Kita juga akan bantu lo sembunyiin tubuh mereka semua."

Ji Sung masih bungkam.

Chang Bin tertawa gugup. "Min, bercanda lo dari dulu emang garing, sih, tapi ini beneran gak lucu."

"Siapa bilang gue bercanda?" Seung Min berbalik menghadap Chang Bin yang masih terduduk di lantai. Tawa pemuda yang ditengok hilang seketika.

Lia bangkit sembari memegangi bahunya yang nyeri akibat terbentur. "Lo mau kita semua jadi tersangka pembunuhan, Min?"

"Kita gak akan ketauan," jawab Seung Min enteng, "karena Ji Sung pasti udah merencanakan semuanya dengan mateng. Kita tinggal bantu dia melaksanakan tugasnya. Bener, kan, Han?"

Ji Sung tertawa keras.

"Seneng banget akhirnya kalian semakin peka sama gue. Gue jadi luluh, tapi ... gimana, ya, sebenernya yang mau kalian mati itu bukan gue."

Truth or Die Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang