《 chapter 4: the pure and the guilty 》

116 27 73
                                    

chapter kali ini agak panjang, jadi bacanya pelan-pelan aja yaa, gak usah buru-buru ^^
happy reading~

✮ ⋆ ˚。𖦹 ⋆。°✩

Hahoe Villa, Kaki Gunung Hwasan, Cabang Gunung Taebaek (20 kilometer dari Desa Hahoe)
Jumat, 13 Agustus 2021
Pukul 18.10

Semua sudah berkumpul di dalam ruangan. Lebih tepatnya di ruang tengah villa. Kedua belas anak muda itu duduk melingkar di atas karpet berbulu berwarna abu-abu muda.

Posisi duduk mereka saat ini melingkar. Dimulai dari Ji Sung, melingkar ke kanan ada Chan, Chang Bin, Ryu Jin, Seung Min, Jeong In, Hyun Jin, Ye Ji, Min Ho, Lia, Yu Na, dan Chae Ryeong.

Chae Ryeong meletakkan botol hijau bekas miras di atas talenan-berhubung mereka duduk di atas karpet, botol tidak akan bisa berputar tanpa media datar yang licin.

"Sebelum kita mulai, ada yang mau tanya?" Ji Sung menatap teman-temannya satu per satu.

"Nggak." Hyun Jin merespon.

"Jelas, Kapten!" Min Ho menimpali.

"Oke ... kalo gitu gue puter, ya." Ji Sung memutar botol hijau tersebut. Botol berputar, melewati mereka dengan cepat. Semua menahan napas, memandangi botol dengan intens.

"Wah, gue deg-degan." Hyun Jin memegangi dadanya dramatis.

Lama-kelamaan, perputaran botol mulai melambat. Chae Ryeong, Ji Sung terlewati; Chan serta Chang Bin juga tidak menjadi pilihan si botol; Ryu Jin, Seung Min hampir saja dipilih. Dan akhirnya botol benar-benar berhenti tepat di hadapan orang paling bersih di antara mereka, Yang Jeong In.

Jeong In yang mendapat giliran menghela napas pasrah, teman-temannya yang lain tertawa heboh sambil menunjuknya.

"Yah ... kesian banget belom apa-apa si Jeong In udah kena." Ryu Jin tertawa.

"Santailah, Jeong. Lo nggak ada sesuatu yang personal-personal amat, kan." Chang Bin menimpali.

"Eh, kita main doang, lho. Muka lo napa tertekan banget sih?" goda Hyun Jin.

"Bukan apa-apa. Gue masih takut sama konsekuensinya sumpah. Ambigu banget." Jeong In mengusap wajahnya kasar. "Ji, lo beneran apa ini konsekuensinya karma? Nggak minum aja?"

"Minum, minum, emang situ kuat?" ejek Min Ho. Jeong In memicingkan matanya ke arah Min Ho. Dia tidak bisa mengelak dari fakta yang diungkapkan pemuda Lee itu barusan, dia tidak kuat minum. Dua teguk sudah cukup untuk membuatnya teler.

"Serius. Ngapain gue main-main. Lagian nggak lucu kalo semua mabok di sini. Bahaya, nanti ada yang khilaf." Ji Sung bertopang dagu. "Udah, santai aja, Jeong. Lagian tanpa permainan ini, pasti selalu ada karma atas semua perbuatan lo. Kenapa panik banget?"

Jeong In menekan kedua sisi bibirnya, menonjolkan kedua lesung pipinya. "Yaudah, apa pertanyaannya?"

"Gue yang kasih, ya." Ji Sung bersukarela. Sedikit memaksa.

"Yah ... padahal gue baru mau kasih." Yu Na memajukan bibirnya.

"Nanti aja, masih banyak yang belom kena." Ji Sung tersenyum licik ke arah Jeong In sembari menggosok kedua tangannya. "Lo tau sesuatu soal Min Ho sama Yu Na, gak?"

Senyum di wajah semua orang seketika sirna.

"Apa-apaan lo, Ji?" sentak Min Ho.

"Sorry, ini nggak ada pertanyaan lain aja yang lebih ... nyaman didenger semua orang?" Ye Ji bertanya ragu.

"Lho ... gue kira kalian semua mau tau lebih lanjut soal dua orang ini." Ji Sung memasang raut jengkel.

"Lo ada masalah sama gue? Kalo ada ya selesaiin sekarang. Nggak kayak gini caranya. Gue udah bilang gue sama Yu Na nggak ada apa-apa." Min Ho bangkit dari duduknya.

Truth or Die Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang